Tuesday, September 27, 2005

Sebuah Keputusan

Ya Tuhan,
Maafkan aku, karena aku telah berbuat dosa di mataMu.
Maafkan aku, karena telah berbuat yang menurutMu dosa.
Namun, buatku, itu bukan sebuah dosa, tetapi itu sebuah keputusan yang harus aku ambil dan lakukan.
Karena mungkin itu bisa jadi hal yang terbaik yang pernah terjadi dalam kehidupan ku.

(dari "Ironweed".. Merryl Streep dan Jack Nicholson)

Monday, September 26, 2005

Di dalam bus yang membawa anak-anak serta ibunya ke TMII dalam rangka lomba anak anak TK se Jakarta Timur.
Kebetulan aku duduk di baris paling belakang, sehingga dapat melihat keadaan dalam bus secara keseluruhan.
Sebelah kiriku dua orang ibu-ibu yang umurnya ya sekitar 4 or 5 tahun di bawahku. Didepan ku ibu dua orang anak, mungkin umurnya tidak jauh dari aku. Dan di sebelah kananku seorang ibu yang past lebih muda dari aku.

Sejak awal perjalanan sampai akhir, tak henti hentinya aku mendengar mereka saling bersilang cerita. Seakan masing masing tidak mau kalah dengan ceritanya masing-masing. Seakan masing masing merasa paling hebat ceritanya dibanding cerita yang lain. Begitu seterusnya. Setiap topik berganti, masing masing tidak mau kalah dengan cerita yang setopik. Dan masing masing merasa lebih seru dari yang lainnya.

Dan aku?
Hanya diam, senyum, ikut tertawa kalau lucu, komentar komentar kecil seperti “o ya?”.. “iya bener..” dan komentar komentar kecil yang lain.
Bla.. bla.. bla...
Tak sedikitpun aku ingin join obrolan tersebut dengan sebuah cerita dari sisiku. Rasanya sudah capek dengar mereka bercerita tak henti-hentinya. Seakan-akan seperti lomba bercerita dengan waktu yang amat sangat minim.
Hhh... untung tempat tujuan sudah terlihat di depan mata. Jadi cerita mereka dapat segera berakhir. Thanks God.

Aku hanya berpikir.. apa demikian juga ya kalau bapak-bapak pada ngumpul. Juga rebutan cerita gitu?
Tapi, satu yang aku tahu pasti.... mereka pasti tidak akan bercerita tentang anak-anak.

Friday, September 23, 2005

Hidup Sendiri, Menikah, Cerai


Beberapa hari yang lalu sam nanya, “apakah pernikahan itu membuat bahagia?”. Pertanyaan itu mengingatkan aku akan pertanyaan moki yang pernah menanyakan “apakah perceraian itu membahagiakan?”.

Alasan sam, mengapa harus menikah, jika hal tersebut ternyata tidak memberikan kebahagiaan.
Alasan moki, mengapa harus mempertahankan pernikahan, jika hal tersebut tidak memberikan kebahagiaan lagi.

Sebagai seorang perempuan, sekaligus istri dan jadi ibu dari tiga anak pula, bingung aku menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut. terus terang saja, pertanyaan itu sangat sangat pribadi sifatnya. Mengapa pribadi?.. karena kalau jawabannya aku tulis di blog ini.. wah.. bisa banyak persepsi muncul dan akan ada penilaian pula.

Pikiran-pikiran liar ku berlompat-lompatan dengan senang, menjawab pertanyaan pertanyaan itu. Namun, koridor norma social masih membatasi nya hanya sampai tataran wacana.

Living single dan being single, benar benar pilihan hidup. Sepanjang kita dapat menikmati hidup, why not? It’s about enjoy the life.

Andai waktu ini bisa diputar kembali ke masa lalu…. Aku akan……

Monday, September 19, 2005

Menghapus coretan


Tidak dapat diingkari, suatu kejadian yang membuat seseorang merasa terpukul atau shock atau sekedar sakit hati, biasa menimbulkan trauma di kemudian hari. Bahkan kadang kadang, begitu traumanya, sampai kadang kadang membuat orang jadi par-no. Sedikit sedikit khawatir, jangan jangan nanti akan terjadi lagi hal yang sama. Prasangka negative kadang kadang menyertai jika terjadi suatu kondisi yang hampir mirip.
Walau tidak pada tempatnya kita jadi par-no gitu, namun sedikit sulit untuk mengubah keadaan tersebut. Membutuhkan usaha yang cukup kuat untuk menjadi “ndableg”. Tentu saja juga membutuhkan waktu untuk dapat kembali seperti semula. Ibarat kertas kosong yang sudah tercoret-coret, tentu saja membutuhkan penghapus untuk membuatnya jadi bersih kembali. Apalagi jika tercoret oleh ballpoint, tentu saja butuh penghapus dan waktu untuk membuatnya jadi kertas bersih kembali.
But, don’t worry, usaha itu selalu ada. Kalaupun kadang kadang terlihat sedikit terhambat, percayalah, tidak pernah berhenti usaha untuk membersihkan coret-coretan dari kertas tersebut.

Saturday, September 17, 2005

Enaknya jawab gimana ya?

“Nang, gimana rambut Ibu?, dipotong atau tetep di panjangin?”
“Bagus gitu aja bu”.
“Memang Ibu bagus pake rambut gini?”. “Ndak pendek aja spt dulu?”
“Jangan bu. Cantik gitu bu. Ibunya temen-temenku juga cantik cantik. Rambutnya bagus bagus”.
“hmm.. ya udah.. kalau gitu nanti dirapikan aja kalau udah panjang semua ya nang. Jadi menurutmu yang cantik itu yang rambutnya panjang dan lurus?"..
(dasar iklan shampoo itu bikin salah image deh)
.....
“bu , kenapa sih ada ibunya temen-temenku yang rambutnya pada ditutupin?”
“... maksudmu pake kerudung rambutnya?”
“iya”
......
(kalau jawabnya bener.. bisa panjang dan lebar ini uraiannya, dan pasti respon pertanyaan balik dia bisa lebih banyak. anak jaman sekarang.....)

“mmm kali biar ndak kepanasan kali nang.. atau mungkin biar rambutnya ndak merah”.(sambil ketawa)

Ternyata belum NARSIS

Baru aja baca artikel soal narsis. Kesimpulannya?

Narsis. Suka mengetengahkan diri sendiri. Self centered. Menurut Spencer A Rathus dan Jeffrey S Nevid dalam bukunya, Abnormal Psychology (2000), orang yang narcissistic memandang dirinya dengan cara yang berlebihan. Mereka senang sekali menyombongkan diri dan berharap orang lain memberikan pujian.
Orang narsis cenderung menjadi sangat self conscious alis sangat perhatian pada diri sendiri. Kalau kecenderungan ini makin gawat, muncul imaginary audience dalam pikiran mereka. Menurut David Elkind, dalam buku Human Development (Diane Papalia dan Sally Olds-1998), imaginary audience berarti adanya pikiran kalau semua orang itu memperhatikan kita. Contohnya, banyak orang merasa apapun yang dipakainya pasti akan menjadi perhatian semua orang.

Brrggh!
Jadi… kekhawatiranku dulu tidak terbukti. Thanks God.. berarti aku belum punya kecenderungan narsis. Hanya perasaan kagum yang muncul pada hasil karya seni fotografi, yang dapat membuat obyek jadi menarik.
Selain itu, aku juga belum punya kecenderungan untuk sangat perhatian pada diri sendiri.

Jadi… aku belum masuk kategori narsis… hore!!!!

Tuesday, September 13, 2005

ALL or NOT AT ALL


Perempuan hanya memberikan dua pilihan kepada laki laki
1. Semuanya, atau
2. Tidak sama sekali

Begitulah seorang perempuan.
Sederhana kan? tapi jadi rumit buat laki laki....
(Hidup perempuan!!!)

Friday, September 09, 2005

Bad Mood

Sedang benci pada sesuatu.
Sedang benci pada keadaan.
Sedang benci pada keraguan.
Sedang benci pada kelemahan.

Thursday, September 08, 2005

Miskomunikasi dan misunderstanding

Suatu hari suatu tempat suatu waktu...


X : hei
Y : dimana
X : di jalan
Y : mau kemana
X : ke senayan
Y : sama siapa
X : ada lah…

(mau bilang sama temen… wong bukan temen.. mau bilang sama klien.. ndak enak orang se mobil pasti pada dengerin apa jawaban jawabanku .. mereka adalah orang yang levelnya diatas aku… jadi aku jawab seperti itulah…)
Klik… putus

Jika kita sedang dalam pembicaraan serius dan krusial tentang suatu proyek yang sedang dalam titik kritis dan penting… maka jika ada telpon masuk dari temanlah, or sahabat lah, or bahkan pasangan kita sekalipun, pasti kita akan canggung, karena biasa hahahehe.. tiba tiba formal jawabnya….namun jika tidak dijawab.. ndak enak juga sama rekan-rekan karena mereka dengar ada telpon masuk..mengapa tidak dijawab…. Dan pasti yang telpon akan bertanya Tanya kenapa tidak diangkat
Setelah itu hp aku silent, karena tidak enak kalau mengganggu pembicaraan orang orang yang notabene ada di level atasku….

Kesel ndak sih....untung pulsaku lagi minim.. kalau ndak.. udah tak sms balik deh dengan segala cicit cuitnya.... (hahahha)...

Begitulah.. kadang kadang orang lain tidak mengerti ada saat dimana kita dapat dengan gampang berkomunikasi sesuai dengan sifat masing masing komunikasi tersebut.
Kadang kadang ada yang membuat kita jadi formal dalam menjawab suatu pertanyaan, jika kita ada di tengah tengah rekan-rekan untuk urusan formal juga.

Sometime they don’t understand the situation here. And they don’t understand who am I in office hour. I’m so cruel (LOL).

Wednesday, September 07, 2005

Jadi narsis .. stl...



Jadi narsis... setelah kenal Indie.
Entah apa yang aku mau pamerin... view nya.. or person nya..
hehehe...
by the way.. thanks to Indie yang bikin pics aku jadi lumayan enak dilihat karena kemampuan editingnya yang kuat. Cukup bagus untuk photografer editor amatir an (hahahaha!!!).

Hidupku adalah Guruku



Ketika kita memiliki keberanian untuk menyadari bahwa hidup kita sendiri adalah guru kita. Maka kita sadar bahwa pengalamanmu adalah milikmu sendiri dan pengalamanku adalah milikku sendiri. Tak seorangpun dapat menyamakan pengalamannya dengan orang lain. Bahkan tak juga ia dapat mengklaim dapat merasakan apa yang dirasakan dan dialami oleh orang lain, baik itu berupa kebahagiaan atau kesedihan. Kita hanya dapat berpikir bahwa kita mengetahui tentang apa yang terjadi pada orang lain.

Ada seorang temanku yang selalu menuduhku bahwa aku tidak akan pernah merasakan dan mengerti apa yang terjadi pada dirinya, saat dengan tegas aku memberikan beberapa masukan-masukan yang positif (tentu saja menurut standard norma yang berlaku) akan apa yang terjadi pada dirinya, sehingga dengan gampangnya aku dapat menghakimi atas segala yang terjadi. Ya, tentu saja begitu lah. Siapa juga yang merasa sok mengerti dan sok dapat merasakan apa yang dialami olehnya.
Apa yang dialami seseorang tidak akan pernah dapat dirasakan dengan sama persis oleh orang lain. Namun tidak ada salahnya jika masukan masukan yang nilainya positif dapat diterima dengan lapang dada. Toh itu hanya masukan. Mau diterima ya monggo , kalau tidak diterima ya tinggal dibuang ke keranjang sampah

Tuesday, September 06, 2005

Bersiaplah untuk mati

X : Lha ndak naik pesawat juga mati. Ketiban pesawat!! 40 orang lho. it's mean, mati bener bener takdir? Tapi kalau human error?? Ada di tangan 1 orang takdirnya?

Y : 1 orang kan bisa bikin jutaan orang mati! Hitler membunuh berapa juta Yahudi? Kematian adalah takdir yang pasti, dan rahasia sifatnya

Hati-hati!!

Mulai sekarang, kalau mau pasang foto di blog harus hati hati... harus minta ijin dulu kepada si pemilik wajah. Boleh ndak gambarnya nampang di blog kita.
Ternyata riskan akibatnya kalau asal pasang gambar teman di blog.
Gawat...

Monday, September 05, 2005

Nikmatilah walau hanya sesaat


Hidup ini tak selamanya indah dan selalu dapat dinikmati. Ia penuh kerja keras, persaingan dan akhirnya menimbulkan kejenuhan dan kebosanan karena rutinitasnya. Dan tragisnya kadang dapat menimbulkan pemikiran, untuk apa aku hidup? Mengapa hidup hanya berulang dan terus berulang? Mengapa?

Untuk itu jika kita mendapatkan momen momen indah dan dapat membuat kita menikmati hidup, nikmati dan rasakanlah dengan sepenuh hati. Nikmatilah seolah olah tidak akan ada lagi momen momen seperti itu. Syukurilah bahwa ternyata kita mendapatkan momen yang indah dalam hidup kita. Walau hanya sesaat. Walau hanya sekejap mata.
Dan jangan pernah kamu menyesalinya.

Saturday, September 03, 2005

Tiga Dinding Pemisah


Kita katakan bahwa ada tiga dinding yang memisahkan kita dari kebenaran. Dinding-dinding ini adalah rasa iri, kemarahan dan kebanggaan. Jika kita cermati, kadar tiga hal negative ini pada diri kita, kita bisa melihat apa yang memotivasi kita, juga apa yang menghalangi kita dari mendengar dan melihat kebaikan.

Dinding pertama, rasa iri, lebih samar daripada yang kita pikirkan secara normal. Rasa iri melahirkan ketamakan, kekikiran, dan hal lain yang semacam itu. Tapi, apakah itu yang terjadi pada kita, sehingga melalui rasa iri kita mencoba mendapatkan pengalaman orang lain? Sekarang, kita benar benar tahu bahwa tak ada dua momen yang sama persis. Pengalaman yang dialami seseorang tidak akan bisa sama dengan pengalaman orang lain. Rasa iri membuat kita bekerja keras mengejar sesuatu yang bukan milik kita, sesuatu yang tidak nyata. Apa yang kita pikir kita rasakan hanyalah bayangan dari kenyataan yang dialami seseorang. jadi bagaimanapun keadaaannya, jangan mencoba meniru orang lain. Kau harus memiliki sesuatu yang nyata bagi dirimu. Dengan begitu, kau punya sesuatu yang nyata untuk diberikan pada orang lain.

Dinding kemarahan, bisa dilihat di berbagai tempat. Look, kita sering memarahi orang lain atau situasi yang kita temukan dalam diri kita. Tidakkah kita selalu berusaha mengubah sesuatu sebagaimana mestinya? Dan ketika kita tidak bisa melakukannya, kita marah? Kemarahan datang dari upaya kita untuk mengubah sesuatu yang kita sendiri tidak berhak mengubahnya. Seperti dinding-dinding yang lain, kemarahan disebabkan oleh shock yang kita rasakan dalam hidup ini.

Kebanggaan berhubungan dengan perasan bahwa kita istimewa dalam satu hal, dan itu berasal dari kebodohan. Akan tetapi, penyebabnya bisa juga karena shock, dan akibatnya kita mencoba mempertahankan diri kita dan menjadi arogan. Tak seorangpun lebih istimewa dari yang lainnya; atau dapat kita katakan bahwa kita semua sama sama istimewa.