Thursday, December 28, 2006

Catatan Akhir Tahun

* Hidup adalah kesempatan, gunakan itu.
* Hidup adalah keindahan, kagumi itu.
* Hidup adalah mimpi, wujudkan itu.
* Hidup adalah tantangan, hadapi itu.
* Hidup adalah kewajiban, penuhi itu.
* Hidup adalah pertandingan, jalani itu.
* Hidup adalah mahal, jaga itu.
* Hidup adalah kekayaan, simpan itu.
* Hidup adalah kasih, nikmati itu.
* Hidup adalah janji, genapi itu.
* Hidup adalah kesusahan, atasi itu.
* Hidup adalah nyanyian, nyanyikan itu.
* Hidup adalah perjuangan, terima itu.
* Hidup adalah tragedi, hadapi itu.
* Hidup adalah petualangan, lewati itu.
* Hidup adalah keberuntungan, laksanakan itu.
* Hidup adalah terlalu berharga, jangan rusakkan itu.

Hidup adalah hidup, berjuanglah untuk itu.
(Dikutip dari tulisan suster Theresa)

SELAMAT TAHUN BARU
GOD BLESS YOU ALL

Friday, December 22, 2006

Tulisan tentang para ayah di di HARI IBU

Subuh tadi saya melewati sebuah rumah, 50 meter dari rumah saya dan
melihat seorang isteri mengantar suaminya sampai pagar depan rumah.

"Yah, beras sudah habis loh...", ujar isterinya.

Suaminya hanya tersenyum dan bersiap melangkah, namun langkahnya
terhenti oleh panggilan anaknya dari dalam rumah "Ayah, besok Agus
harus
bayar uang praktek".



Iya..., jawab sang Ayah. Getir terdengar di telinga saya, apalah lagi
bagi lelaki itu, saya bisa menduga langkahnya semakin berat.


Ngomong-ngomong, saya jadi ingat pesan anak saya semalam,Besok beliin
lengkeng ya dan saya hanya menjawabnya dengan Insya Allah sambil
berharap anak saya tak kecewa jika malam nanti tangan ini tak
berjinjing
buah kesukaannya itu.



Di kantor, seorang teman menerima SMS nyasar, "Jangan lupa, pulang
beliin susu Nadia ya". Kontan saja SMS itu membuat teman saya bingung
dan sedikit berkelakar, Ini, anak siapa minta susunya ke siapa.



Sayapun sempat berpikir, mungkin jika SMS itu benar-benar sampai ke
nomor sang Ayah, tambah satu gundah lagi yang bersemayam. Kalau
tersedia
cukup uang di kantong, tidaklah masalah. Bagaimana jika sebaliknya?



Banyak para Ayah setiap pagi membawa serta gundah mereka, mengiringi
setiap langkah hingga ke kantor. Keluhan isteri semalam tentang uang
belanja yang sudah habis, bayaran sekolah anak yang tertunggak sejak
bulan lalu, susu si kecil yang tersisa di sendok terakhir, bayar
tagihan
listrik, hutang di warung tetangga yang mulai sering mengganggu tidur,
dan segunung gundah lain yang kerap membuatnya terlamun.



Tidak sedikit Ayah yang tangguh yang ingin membuat isterinya tersenyum,
meyakinkan anak-anaknya tenang dengan satu kalimat, Iya, nanti semua
Ayah bereskan, meski dadanya bergemuruh kencang dan otaknya berputar
mencari jalan untuk janjinya membereskan semua gundah yang ia genggam.



Maka sejarah pun berlangsung, banyak para Ayah yang berakhir di tali
gantungan tak kuat menahan beban ekonomi yang semakin menjerat cekat
lehernya. Baginya, tali gantungan tak bedanya dengan jeratan hutang dan
rengekan keluarga yang tak pernah bisa ia sanggupi.



Sama-sama menjerat, bedanya, tali gantungan menjerat lebih cepat dan
tidak perlahan-lahan.



Tidak sedikit para Ayah yang membiarkan tangannya berlumuran darah
sambil menggenggam sebilah pisau mengorbankan hak orang lain demi
menuntaskan gundahnya. Walau akhirnya ia pun harus berakhir di dalam
penjara. Yang pasti, tak henti tangis bayi di rumahnya, karena susu
yang dijanjikan sang Ayah tak pernah terbeli.



Tak jarang para Ayah yang terpaksa menggadaikan keimanannya, menipu
rekan sekantor, mendustai atasan dengan memanipulasi angka-angka, atau
berbuat curang di balik meja teman sekerja. Isteri dan anak-anaknya tak
pernah tahu dan tak pernah bertanya dari mana uang yang didapat sang
Ayah. Halalkah? Karena yang penting teredam sudah gundah hari itu.



Teramat banyak para isteri dan anak-anak yang setia menunggu kepulangan
Ayahnya, hingga larut yang ditunggu tak juga kembali. Sementara jauh
disana, lelaki yang isteri dan anak-anaknya setia menunggu itu telah
babak belur tak berkutik, hancur meregang nyawa, menahan sisa-sisa
nafas
terakhir setelah dihajar massa yang geram oleh aksi pencopetan yang
dilakukannya. Sekali lagi, ada yang rela menanggung resiko ini demi
segenggam gundah yang mesti ia tuntaskan.


Sungguh, di antara sekian banyak Ayah itu, saya teramat salut dengan
sebagian Ayah lain yang tetap sabar menggenggam gundahnya, membawanya
kembali ke rumah, menyertakannya dalam mimpi, mengadukannya dalam
setiap
sujud panjangnya di pertengahan malam, hingga membawanya kembali
bersama
pagi. Berharap ada rezeki yang Allah berikan hari itu, agar tuntas satu
persatu gundah yang masih ia genggam. Ayah yang ini, masih percaya
bahwa
Allah takkan membiarkan hamba-Nya berada
dalam kekufuran akibat gundah-gundah yang tak pernah usai.


Para Ayah ini, yang akan menyelesaikan semua gundahnya tanpa harus
menciptakan gundah baru bagi keluarganya. Karena ia takkan menuntaskan
gundahnya dengan tali gantungan, atau dengan tangan berlumur darah,
atau berakhir di balik jeruji pengap, atau bahkan membiarkan seseorang
tak dikenal membawa kabar buruk tentang dirinya yang hangus dibakar
massa setelah tertangkap basah mencopet.


Dan saya, sebagai Ayah, akan tetap menggenggam gundah saya dengan
senyum. Saya yakin, Allah suka terhadap orang-orang yang tersenyum dan
ringan melangkah di balik semua keluh dan gundahnya.



Semoga.



Sumber: Segenggam Gundah (Ode untuk Para Ayah) oleh Bayu Gautama

Thursday, December 07, 2006

Poligami? Halah... lha mbok biarin aja!!! Suka-suka orang!!

Lah...!!!

Lha kok setelah AA Gym kawin lagi. .. kok jadi pada ribut poligami sih..
apa mau orang orang sih....

terus pada ribut PP 10
terus pada bikin diskusi
terus tema pengajiannya pada poligami

seolah olah dan se akan akan poligami itu topik yang menarik dibicarakan.
Yang membuat saya dengan sangat terpaksa bikin ini postingan adalah, gara gara dapat undangan pengajian (padahal ndak biasa biasanya dapat undangan pengajian), terus di sub judul tema tertulis "poligami menurut sunnah rassul.. "
Ini gimana sih orang orang. Kok sukanya latah ya.
Orang Indonesia ini memang suka latah kali.
Dulu pernah ditanya oleh temen laki laki, dia tanya apa pendapat saya tentang poligami. Saya jawab, kalau memang ada alasan yang tepat dan masuk akal, ya silakan aja. Itu pertanyaan diajukan saat buka bersama kemaren...
Eh lha kok sekarang malah poligami jadi topik dimana mana.
Halah!!!!
Lha kok saya jadi nulis tentang poligami juga ya....

Satu saran saya untuk para perempuan Indonesia dan dunia... jadilah perempuan mandiri, mandiri dalam semua semua nya, jadi.. bisa bilang
"Poligami??? Emang Gue Pikirin...??......"
udah ah. berhenti.

Memang ndak ada urusan lain apa? Kok ngeributin poligami.

Daripada ngurus poligami, mending mikirin mobil yang sudah ndak keruan ini. Ya tho???? Ada sukarelawan ??



Tuesday, November 28, 2006

Antara Anyer dan Panarukan ... kita kerja paksa

Jalan Raya Pos, Jalan Daendels
Pramoedya Ananta Toer
Penerbit: Lentera Dipantara, 2005
145 hal.

Membaca buku tersebut diatas jadi teringat penyanyi negeri jiran sana yang melantunkan..

Antara Anyer dan Jakarta
Kita jatuh cinta
Antara anyer dan Jakarta…



Iya. Lha untung lagunya masih antara Anyer Jakarta, kalau Anyer Panarukan, lha kan jadi cinta rodi.

Kesadaran akan betapa banyak nyawa manusia hilang dalam pembuatan jalan Daendels ini membuat kita sadar, betapa tiada harganya nyawa manusia pada jaman penjajahan Belanda yang ratusan tahun tersebut.
Data jumlah yang sebenarnya tidak pernah terungkap. Jika memang dapat diungkap, pastilah akan menggemparkan dunia, betapa demi sebuah jalan pos, terjadi pembunuhan tidak direncanakan terjadi di pulau Jawa ini.

Mengikuti deskripsi sejak anyer sampai dengan panarukan membuat ingatan kita melayang ke wajah kota kota tersebut yang pernah kita singgahi.
Kota besar. Kota kecil. Kota sedang. Desa kecil. Semua terlintas di benak kita.

Secara keseluruhan, buku ini memang hanya berisi deskripsi kota kota yang dilewati jalan pos tersebut. Sedikit diberi uraian sejarah kota, jika memang terdapat sejarah kota yang dilewatinya. Bahkan diberi sedikit riwayat pembangunan jalan saat melintasi kota tersebut, jika memang ada data sejarah yang mendukung. Namun om pram tidak memberikan detail sejarah kota yang dilewati oleh jalan pos, karena memang bukan hal tersebut focus penulisan buku ini.

Secara sekilas, saya dapat membayangkan bagaimana perkembangan dan perjalanan penulis dalam menyusuri jalan tersebut. Apalagi jalan tersebut adalah jalan urat nadi pulau Jawa bagian utara. Namun satu hal yang meleset dari perkiraan saya. Ternyata jalan pos itu membelok ke selatan setelah sampai Jakarta. Kalau menurut urutan kota kan harusnya lurus ke Cirebon ya?. Ternyata tidak.
Jalan tersebut membelok ke Bogor, Priangan, Cianjur, Cimahi, Bandung, Sumedang, Karangsembung, dan kemudian Cirebon. Satu bagian jalan yang terkenal sampai sekarang adalah daerah yang disebut Cadas Pangeran di Sumedang. Terkenal karena pembangkangan Pangeran Kornel terhadap Daendels.

Gila memang Daendels itu. Gugur gunung dengan alat alat yang kita tahu sendiri.. belum ada alat berat saat itu untuk membuat jalan baru. Rakyat setempat dikerahkan habis habis sampai titik darah penghabisan demi obsesi Daendels ini.

Dari Cadas Pangeran, jalan menuju ke Cirebon, dan kemudian seterusnya lurus ke arah timur seperti jalan yang kita kenal sekarang ini yang mengarah ke Surabaya.
Pembuatan Jalan dari Tegal mengarah ke timur tidak menemui kesulitan, karena memang dari Tegal hanya meningkatkan dan melebarkan jalan yang ada. Pada saat itu Mataram sudah membuat sarana jalan demi tujuannya untuk ekspansi ke wilayah Barat.

Cirebon menuju Semarang, rutin selalu dilewati semua orang saat akan mudik lebaran. Jadi,..semua orang mengenal masing masing kota yang dilewati.

Anehnya, mengapa Daendels dulu tidak membuat jalan dari Jakarta langsung Cirebon ya???

Dari Semarang sampai Sidoarjo, saya juga beberapa kali melewatinya. Sehingga kota kota kecil yang disebutkan oleh om Pram saya mengenalnya dengan baik. Semua. Kota kota dari semarang ke Surabaya merupakan kota kota yang mempunyai sejarah yang cukup panjang, dan dengan dukungan data sejarah yang akurat juga. Namun, kenyataannya kota kota tersebut mengapa tidak bisa berkembang menjadi lebih besar daripada yang ada sekarang ya?

Saat ini Semarang ke Kudus, jalan yang melintasinya merupakan jalan lebar dan bagus yang merupakan jalan 6 lajur pada beberapa bagian, dan 4 lajur pada beberapa bagian yang lain. Sekilas pandang, merupakan jalan yang asyik untuk dilalui.
Namun begitu keluar dari Kudus mengarah ke Surabaya, jangan ditanya lagi. Jalan dua lajur untuk dua arah. Jadi kita hanya dapat berjalan beriringan sepanjang jalan tersebut. Jika ingin mendahului kendaraan di depan, jangan harap bisa seenaknya. Harus benar benar menunggu jalanan kosong dari arah yang berlawanan.

Mengherankan juga ya, mengingat jalan tersebut kan merupakan jalan utama di bagian utara pulau Jawa.

Om pram, menceritakan sedikit kisah yang terjadi pada masa lalu yang merupakan latar belakang sejarah masing masing kota tersebut.

Betapa kayanya wilayah tersebut jika memang tidak dijadikan rayahan oleh para pengusaha nakal. Dahulu wilayah tersebut dapat memproduksi kapas dalam jumlah besar. Demikian juga kayu jati. Wah…!!!

Sesampainya di Surabaya, jalan tersebut mengarah ke timur melewati Sidoarjo, Porong, Bangil, Pasuruan, Probolinggo, Besuki dan berakhir di Panarukan. Beberapa kota terakhir saya mungkin pernah melintasinya saat melakukan perjalanan darat ke Bali, namun hanya lamat lamat ingatan akan gambaran kota kota tersebut.

Jadi, begitu panjangnya jalan (lebih kurang 1000 km) yang mengorbankan ratusan ribu bahkan mungkin jutaan nyawa manusia. Tragedi kerja paksa pada jaman Daendels.
Entah kita harus berterima kasih atau menghujat Daendels untuk programnya tersebut.

Dari berpuluh kota yang dilewati jalan pos tersebut, beberapa kota yang membuat saya tertarik adalah kota kota setelah Kudus yang menuju Surabaya. Saya sering melewati jalan darat dari Semarang ke Surabaya, dan tiap kali melewati jalan tersebut berpuluh tanda Tanya menghiasi benak pikiran saya. Dan saya memang sengaja memilih perjalanan darat dengan mobil daripada dengan kereta api, karena ada perasaan ketertarikan saya dengan kota kota yang terlewati tersebut.

Mengapa? Sepertinya terdapat misteri di balik kota kota kecil yang pada masa lalu mempunyai peranan yang cukup penting bagi eksistensi nusantara ini. coba bayangkan, kota yang di kitab kitab kuno baik dari nusantara maupun dari Cina tertulis dengan jelas dan gagah, sekarang hanya menjadi kota kota persinggahan kecil kurang begitu raya.
Bayangkan saja, Tuban dengan pelabuhan yang besar di masa lalu, bahkan jadi tempat pendaratan pasukan Kubilai Khan yang akan menyerang Singosari. Pati dengan Adipati Pragolanya, dan bahkan cerita Roro Mendut nya juga menjadi trade mark.
Demak dengan Kerajaan Islam pertama nya di Jawa. Jepara dengan pelabuhannya saat Pati unus akan menyerang portugis di melayu sana. Hebat kan?
Sekarang???
Mau menyalip kendaraan yang ada di depannya saja, sulitnya bukan main. Harus urut urutan panjang. Mana kondisi jalannya juga bikin duduk di mobil jadi tidak jenak, karena permukaan jalan yang kurang halus.

Akhirnya, hanya ingatan kerja rodi pembuatan jalan anyer panarukan sajalah yang meninggalkan kesan akan kejamnya Daendels, kejamnya para penjajah Belanda tersebut.
Para penguasa wilayah pada masa tersebut benar benar tidak punya gigi untuk melawan kesewenang wenang an tersebut. Entah mengapa.

Om Pram bilang, bisa jadi kejadian kerja paksa di balik pembuatan Jalan Raya Pos Daendels ini adalah sebuah genosida kemanusiaan paling besar pada masanya.
“Indonesia adalah negeri budak. Budak diantara bangsa dan budak bagi bangsa lain”.

Sekarang???
Bagaimana Indonesia ku saat ini???

Monday, November 27, 2006

NOVEMBER Rain

November Rain by Guns N Roses.

lha.. november udah mau habis... november rain belum dateng juga..
yang ada.. hujan kicik kicik... ndak niat gitu..
tik tik tik... sudah seneng nih... bau tanah yang khas sudah tercium..
eh... baru berapa menit terus berhenti...
gimana sih ini...
mana sumur sudah mengering pula...
....

Thursday, November 23, 2006

Ndak Mau .."Insya Allah" ..!!!!

My lil sweetie, alias si bontot, sekarang lebih kritis. Dia bisa menilai kapan ibu nya serius jawab pertanyaan dia atau Cuma basa basi saja.



* kiri : si bontot sekarang, kanan : aku 33 tahun yang lalu

Suatu hari terjadi percakapan berikut ini:
Sweetie : Bu, liburan sekolah nanti boleh ndak aku liburan ke semarang?
Saya : Ya,.. insya allah, kita lihat nanti..
Sweetie : Ah.. ndak mau Insya Allah Insya Allah… Boleh atau tidak!
Saya : Lho.. kan kata bu guru juga selalu bilang Insya Allah kalau bisa to?
Sweetie : Ndak mau. Boleh atau tidak!!!
Saya : ………….????

Kadang kadang dalam percakapan percakapan yang lain pun, my lil sweetie ini tidak mau jika diberi jawaban Insya Allah. Kepada kakaknya juga begitu, jika kakaknya menjawab Insya Allah, malah dia laporan "bu.. ini lho danang insya allah - insya allah terus..". Harus ya atau tidak boleh,!" katanya disertai dengan nada galaknya…

Entah, apa yang ada di benak si bontot. Sepertinya dia tahu, kalau jawaban Insya Allah itu jawaban yang tidak pasti alias basa basi. Terutama untuk jawaban jawaban dari pertanyaan dia yang sifatnya meminta. Hahaha….

Jadi inget diri sendiri.. kalau dapat jawaban dari seorang teman yang berbunyi “Insya Allah”… saya biasanya bilang.. “jangan Insya Allah lah..yang pasti gitu bisa atau ndak”.

Dan jika tetap hanya mendapat jawaban “Insya Allah”.. biasanya saya cuma bisa bilang.. ya sudah. Lha sudah bilang Insya Allah mosok mau maksa.

Hanya kepada teman teman terdekat, saya tidak mentolerir jawaban Insya Allah. Jawaban harus pasti. Ya atau tidak. Karena didalam jawaban Insya Allah tersebut, bisa terkandung jawaban positif dan negatif dengan ukuran prosentase yang sama besarnya. Jadi.. harus yang pasti. Ya.. orang kadang menghindar dari sesuatu dengan jawaban “Insya Allah.. aku usahakan”.. begitu biasanya.

Jadi… sekarang kalau menjawab pertanyaan anak anak… saya selalu memilih jawaban yang pasti. Ya atau tidak. Boleh atau tidak. Atawa tidak sekarang. Jika mereka diberi jawaban tidak, biasanya berlanjut dengan pertanyaan “mengapa?” dari mereka…untuk itu saya selalu sudah mempersiapkan alasan alasannya. Begitu kan?…

Susahnya punya anak kriting... eh kritis.....

Saturday, November 18, 2006

Dia pikir saya ........ PADAHAL

Hari Jumat sore, jam 16.00.

Sambil menunggu jam pulang kantor, saya berbincang bincang dengan teman. Pembicaraan berkisar tentang kendaraan umum.

Dia pikir saya tidak pernah naik kendaraan angkutan umum, jadi dia memberikan tip tip kecil praktis untuk naik kendaraan umum, PADAHAL saya kan juga kadang kadang naik kendaraan umum saat mobil harus diservis rutin.

Dia pikir saya manja tidak mau naik kendaraan umum, jadi dia bilang bahwa orang yang miliarder saja masih mau naik busway, PADAHAL saya kan tidak manja, wong jutawan juga bukan, apalagi miliarder, dan saya hanya cerita, bukan mengeluh. Bukannya mengeluh naik kendaraan umum, hanya cerita. Hanya cerita.

Dia pikir saya tidak berani berjalan di jembatan penyeberangan sendirian, jadi dia memberi nasihat agar saya pe-de aja kalau mau jalan di jembatan penyeberangan, PADAHAL saya juga kan kadang kadang lewat jembatan penyeberangan sendirian.

Dia pikir saya mencari teman untuk jalan di jembatan sore itu, PADAHAL kan saya pikir lebih menyenangkan jika jalan bersama teman, daripada sendirian jalan sambil manyun plus mecucu.

Dan saat bis teman ini sudah datang, dia meninggalkan saya. Tinggallah saya sendirian menunggu bus jurusan rawamangun ac 16.

17.30, masih menunggu dengan bersemangat, berharap bus tersebut segera lewat.
17.45, patas ac 16 lewat, tp penuh nuh nuh.
18.00, masih belum ada bus yang kutunggu. Telpon satpam, selain ac 16 bisa naik apa lagi? Tunggu 32, katanya.
18.15, masih menunggu… belum ada yang lewat juga, hari mulai surut.
18.30, sudah gelap… belum dapat kendaraan, air mata sudah mau menetes. Telpon satpam lagi, selain ke rawamangun, naik bis apa lagi? Patas ac 50 ke kampung melayu, katanya.
18.45, memutuskan, jika sampai jam 19.00 tidak ada bus yang lewat, saya naik taxi
18.50, lewat juga patas ac 50, untunglah… masih banyak kursi kosong…
alhamdulillah!!!!


Melamun di dalam bus, tiba tiba tersadar, rasanya pengin balik tinggal di yogya lagi….!!!

Wednesday, November 15, 2006

Our dangerous mind

Duluuuuu sekali, teman saya bilang bahwa saya ini ada kecenderungan atheis. Menurut saya dia salah besar. Terlalu cepat dia mengambil kesimpulan.

Beberapa waktu yang lalu, teman saya yang lain bilang bahwa saya ini dapat dimasukkan kategori semi atheis. Entah dari sudut pandang mana muncul kategori semi atheis ini.
Menurut saya, dia salah besar juga.

Teman saya yang lain bilang, bahwa apa yang saya lakukan dan pikirkan bisa dibilang seperti sufi.

Kemarin siang , teman saya menggeleng-gelengkan kepalanya saat saya bilang, mana ada yang pernah ke sorga atau ke neraka.

Hari ini?…seorang teman berkomentar bahwa saya itu sebenarnya bukan atheis.. tp skeptis.

Yang pasti, saya bukan atheis. Jikalau banyak ungkapan pemikiran saya terlihat agak keluar jalur dari yang biasanya, ya maklumlah.. pikiran kita ini kan seperti kuda liar. Yang jika tidak di rem akan meloncat dan meronta ronta tanpa kendali.

Pikiran kita memang berbahaya. Jadi.. memang lebih baik tidak usah bermain main dengan pikiran. Jalani saja hidup apa adanya.

Tuesday, November 14, 2006

Kompor Meleduk di Ciledug

Entah untuk keberapa kalinya dalam satu minggu ini, saya mendengar berita kebakaran di pemukiman lewat radio elsinta. Sepertinya lebih dari 3 kali kebakaran untuk kebakaran dalam satu pemukiman padat, dan mungkin beberapa kali lain kebakaran satuan dalam skala besar.
Wuih!! Prihatin saya mendengarnya, apalagi jika yang terbakar adalah pemukiman padat yang dihuni beratus ratus orang. Yang terbayang otomatis adalah, hari ini bakalan ada lagi orang orang yang kehilangan tempat bernaung dari panas terik, kasihan anak anaknya.
Bahan bangunan yang mudah terbakar pada area pemukiman padat tersebut menyebabkan, satu kebakaran kecil saja bisa dengan cepat melahap satu area yang cukup luas.
Berita tadi pagi yang saya dengar adalah kebakaran yang disebabkan oleh kompor meleduk. Iya kompor meleduk, bukan meledak.

Seharusnya jika pemilik kompor merupakan orang yang rajin dan selalu memeriksa keaadaan kompor, jangan sampai minyak tanah di wadah kompor tersebut habis sama sekali, sepertinya peristiwa kompor meleduk bakalan jarang terjadi.

Ah, kompor meleduk membawa ingatan saya kembali ke masa kecil.
Dulu, saat saya kecil, kompor bersumbu merupakan bagian dari dapur kecil dari rumah tempat tinggal saya yang juga kecil. Saya ingat sekali, dengan rutin ibu selalu membersihkan kompor tersebut, biasanya seminggu sekali atau dua minggu sekali, saya tidak begitu ingat. Namun, proses pembersihan kompor itu merupakan hal rutin yang saya lihat saat itu. Saya sendiri tidak ambil bagian dalam proses tersebut, maklum masih kecil, paling Cuma melihat prosesi tersebut.

Membersihkan kompor bersumbu merupakan hal penting jika kita memakai kompor model tersebut. Bagian jajaran sumbu yang melingkar, harus bersih dari arang arang kecil bekas sumbu yang terbakar. Sumbu yang sudah pendek harus diganti yang panjang. Kemudian sumbu tersebut harus memenuhi lubang sumbu dengan padat. Tidak boleh ada yang longgar, karena jika longgar, dikhawatirkan bisa terjatuh ke wadah minyak tanah, dan kemudian api dapat menyambar minyak tanah dari lobang sumbu tersebut.
Riskan sekali memakai kompor minyak tanah kalau tidak rajin membersihkannya.

Saya senang memperhatikan ibu kala proses pembersihan kompor berlangsung. Sambil berjongkok di sebelah ibu, Tanya ini Tanya itu. Atau ibu bercerita tentang apa saja sambil membenarkan kembali sumbu sumbu yang ada di lobang. Rasanya kangen juga dengan masa masa tersebut.
Tangan ibu yang kotor, alas Koran yang hitam karena jelaga, lap lap kotor di sebelah ibu. Dan akhirnya, kompor menjadi bersih kembali. Senang rasanya melihat kompor bersih. Nyala api kemudian menjadi biru kembali di kompor yang bersih tersebut.

Pada perkembangannya, model kompor bersumbu kemudian berubah,menjadi kompor dengan sumbu dari asbes, dengan wadah minyak tanah berada di samping dari gelas bening. Jadi, ada dua kompor dengan satu wadah minyak tanah di bagian tengah. Kompor seperti ini mungkin sedikit lebih aman daripada kompor yang bersumbu panjang dan banyak tersebut.
Walaupun demikian, ibu tetap rutin membersihkan kompor asbes tersebut, terutama di bagian nyala api, karena sumbu asbes juga dapat habis lama kelamaan, dan harus diganti dengan yang baru.
Yang pasti, proses pembersihan kompor sudah berubah ritualnya, tidak seperti saat kompor bersumbu banyak.

Usia yang bertambah, tidak otomatis membuat saya jadi lebih senang membantu ibu di dapur. Proses pembersihan jadi terlewatkan oleh saya. Sepertinya dapur merupakan bagian yang paling jarang saya jamah. Sehingga urusan kompor mengompor ini saya jadi tidak mengikuti dengan baik.

Sekarang, ibu di rumah sudah memakai kompor gas. Saya ingat sekali, sekitar 20 tahun yang lalu ibu sudah memakai kompor gas. Namun proses pergantian dari kompor minyak tanah ke kompor gas ini melalui proses yang sangat sangat a lot.
Ibu bertahan dengan kompor minyak tanahnya, sedang bapak ingin ganti kompor gas, karena memang saat itu kompor gas sudah mulai banyak di pakai di kalangan rumah tangga.
Ibu khawatir dengan urusan ledak meledak kalau pakai kompor gas, apalagi proses penyalaannya yang sedikit mengkhawatirkan. Sedang bapak ingin supaya dapur bersih, karena bakalan tidak ada panci atau wajan dengan pantat hitam lagi, lagian kan memang kompor gas sudah memasyarakat saat itu.

Ya.. begitulah. Saya ingat sekali proses itu. Saya sendiri pro yang mana coba? Ya pro yang pakai kompor gas lah. Kan lebih modern. Dan tidak repot beli minyak tanah dengan rutin beberapa hari sekali.

Proses perubahan pemakain kompor tersebut tidak saya ikuti dengan baik, karena saat itu saya sudah jadi anak kost di ngayojakarta. Dan jadilah saya bertambah jauh dari urusan dapur.

Kompor gas sendiri juga sebenarnya berbahaya, jika pemakai masih takut takut saat menyalakan apinya. Saat menyalakan api, jika api tidak keluar, yang keluar malah gas nya saja to. Sehingga kadang menyebabkan bau gas menyebar di rumah jika kelamaan tombol api tersebut buka, namun tidak keluar apinya. Selang gas yang bocor juga riskan.
Ya begitulah.
Semua hal yang berurusan dengan api memang riskan.

Tiba tiba jadi teringat, beberapa saat lalu tetangga depan keluar dengan teriak an kebakaran kebakaran. Dan ribut menanyakan nomor telepon pemadam.
Saya panik, apa yang terbakar? Ternyata kompornya terbakar. Bukan kompor yang terbakar sih sebenernya. Namun, di atas kompor yang wajannya penuh minyak goring, menyala api karena loncatan api dari bawah wajan. Nah, berhubung wajan penuh minyak, jadilah apinya agak besar dan kemudian menyambar kitchen set di atasnya.
Berhubung panik, oleh mereka tadi, itu api ditutup oleh anduk basah. Entah sudah berapa handuk basah ditutupkan di kompor tersebut. Namun api tetap menyala.
Lah… ?
Satu hal penting saat terjadi hal seperti itu adalah, jangan panik. Dan copot selang gas dari tabungnya. Then, api pasti akan padam karena sudah tidak ada gas yang mengalir.
Satu hal. Jangan panik. Kemudian, copot selang gas. Itu penting.

Untunglah, ibu tetangga depan tidak terburu-buru memanggil pemadam kebakaran, masalah sudah dapat diatasi dengan kedatangan saya dan satpam.

Dari kejadian tersebut, satu hal lagi yang perlu dicatat. Jangan menaruh kompor di bawah kitchen set. Ya… jika kita bikin kitchen set, kan memang di atas kompor seharusnya tidak ada apa apa. Namun, kan ada itu ibu ibu yang memaksakan diri menaruh kitchen set di atas kompor. Hal tersebut sangat berbahaya. Sangat sangat berbahaya, sudah beberapa kasus yang saya lihat dengan mata kepala sendiri, kitchen cabinet di atas kompor terbakar hangus di dapur.

Dan dari masalah kitchen set terbakar tersebut, beberapa orang yang saya kenal (terutama laki laki), jadi takut menyalakan kompor gas. Sumpah. Beneran. Adik ipar saya sama sekali tidak berani menyalakan api kompor gas. Bahkan hanya untuk memasak air untuk membuat mi instan. Yang kasihan kan anak anaknya, kalau pas ibunya pergi, pengin bikin mi, jadi bengong. Adik ipar saya ini benar benar trauma.
Sedang bude saya di pondok kopi sana, walaupun rumahnya gede magrong magrong, sampai sekarang tetep memakai kompor minyak tanah. Takut katanya. Jadi, jika saya ke dapur di rumah bude, terlihat tiga kompor minyak tanah dari ukuran besar sampai ukuran kecil. Dengan lokasi dapur di ruang dengan area terbuka di sampingnya, membuat saya teringat kembali dapur rumah saya saat kecil.

Ah.. dari urusan kompor minyak tanah sampai ke kompor gas. Cukup panjang ya ceritanya. Sepanjang orang orang yang antri akan membeli minyak tanah seperti yang terlihat di berita berita televisi. Tragis ya.

Walau bagaimanapun, ibu di rumah masih menyimpan kompor minyak tanah lho. Jarang dipakai, hanya dipakai saat: gas sedang langka (tahu sendiri lah, kadang kadang ada masa disaat gas jarang di pasaran dan membutuhkan mobilitas tinggi untuk berburu gas), atau untuk membuat ketupat atau lontong saat lebaran.
Kata ibu, kalau membuat ketupat atau lontong pakai kompor gas, tidak enak. Tidak gempi (bhs.Jawa), dan kenampakan lontongnya jadi tidak hijau cantik begitu. Nah lho!!!

Wednesday, November 08, 2006

Undangan Pernikahan ...... ????

Kemarin saya mendapat undangan pernikahan.
Bagus. Pilihan warnanya hitam putih dan abu abu. Desainnya,…. Lumayan. Cuma agak terlalu rame.
Ramenya dimana???
Foto pre-wedding nya ada 7 buah. Satu untuk cover depan, yang lain sisanya ada di bagian dalam. Tuh.. rame kan jadinya.
Dari segi jenis huruf yang dipakai.. juga terlalu rame juga. Ukurannya terlalu besar.
Dari segi seni fotografi,… ya.. dari skala 1 – 10, saya beri nilai 7 kali ya. Kalau nilai 6 kok sepertinya kasihan.
Jadi memang kemudian tampilan undangan tersebut jadinya ya…. Rame!

Namun.
Sekali lagi namun, bukan masalah tersebut yang jadi ganjelan buat saya.
Satu hal yang membuat saya kurang sreg adalah, pose pose pasangan yang akan menikah tersebut.
Si perempuan, mengenakan kebaya dan kain, rapi jali, pas di tubuh dan saya rasa tubuh si perempuan ini cukup semampai lah, dan di kepala bertengger kerudung yang menutup rambutnya rapat.
Si laki, tak usahlah saya gambarkan detail. Biasa aja. Apa sih model baju laki laki yang bisa dikomentarin.Paling cuma itu itu aja.

Nah. Posenya. Posenya itu lho. Kalau yang menerima saya, saya cuma bisa berkomentar gini.
“Lho, ini yang perempuan pake jilbab, kok pose nya di foto pake peluk peluk an pinggang sih sama si laki nya. Rangkulan, gandengan, pelukan, dan pandang memandang. Aneh. Niat ndak sih ini pake jilbab.”

Begitulah komentarku.
Entah apa komentar seorang kiai atau ustadz jika menerima undangan tersebut.
(sebenernya undangan pengin tak scan dan tak posting di sini, tapi kan harus minta ijin dulu kepada yang berwenang ya jika ingin memasang gambar orang lain??)

Lha yo aneh to. Sepengetahuan saya, memang ada perintah dalam agama Islam untuk para perempuan, agar menutup aurat. Begitu kan. Dengan harapan, agar mata laki laki tidak nyelonong ke mana mana, dan kemudian menimbulkan “….”. begitu kan?
Nah, kalau perempuan sudah menutup aurat, tapi dalam kehidupan sehari hari apa yang dilakukannya tidak menunjukkan azas kepatutan, perlukah aurat itu tetap ditutup.
Lha mending, biasa aja kan. Turutin aja standart dan norma yang berlaku di Indonesia. Budaya Indonesia yang begitu beragam, kan tidak perlu lagi ditambahi dengan satu budaya lagi yang asalnya nun jauh dari Arab sana. Ya kan?

Bagaimanapun, saya tetap berpendirian, jika seorang perempuan, sudah berani memakai jilbab, ia harus melakukan segala konsekuensinya. Harus!!!! Ya, setahu saya, dulu.... dulu nih, orang yang pakai jilbab itu orang yang sholatnya ndak pernah bolong dalam sehari, selalu santun baik dalam sikap dan ucapan. Biasanya bisa jadi teladan bagi orang lain. Mungkin juga, tiap hari mengaji… terus. Begitu.

Jangan setengah setengah. Jika hanya setengah setengah, mendingan tidak usah sama sekali, sehingga tidak menimbulkan gunjingan dan pandangan negatif dari orang lain.
Apalagi jika memakai jilbab, tapi buah dadanya menonjol jelas, pinggang dan pinggulnya juga tercetak sexy. Polah tingkahnya masih mencolok mata. Aduhai!!
Saya prihatin melihatnya. Jika memang masih pengin terlihat sexy, seharusnya jangan pakai jilbab dong.

Atau, memang budaya kita sudah berubah ya? Jilbab hanyalah sebuah asesories dari cara berpakaian. Jadi tidak ada konsekuensi yang mengikutinya…
Begitu kah? Jadi, walau sudah berjilbab, mau pacaran secara terbuka ya pacaran aja, mau gandengan ngalor ngidul, ya silakan. Mau cerita hal hal yang porno, santai aja. Begitu??

Jadi, budaya memakai jilbab yang dari sononya memang tidak mencerminkan apa apa (lha iya to? Di Arab sana, kan kerudung tidak mencerminkan muslim or non muslim, karena baju tersebut memang yang biasa di pakai di sana), di Indonesia berkembang dengan keadaan yang sama pula.
Ke-identik-an seorang yang memakai jilbab adalah muslimah yang santun sudah berubah.
Sehingga busana dilengkapi jilbab, sudah bukan menjadi busana muslimah lagi, namun hanya sekedar busana plus kerudung.
Dan kemudian, dalam perkembangannya, maka jilbab hanya akan menjadi salah satu asesories dalam berbusana dan bergaya, tidak ubahnya seperti topi, bando, jepit, pita, bros, sabuk dan lain lain.
Hanya merupakan tambahan asesori berbusana perempuan, yang selalu up to date mengikut fashion modelnya.

NB: Saya mohon maaf, jika tulisan tersebut di atas mungkin akan menyinggung teman teman yang berkerudung. Namun, tulisan di atas merupakan bentuk keprihatinan saya dengan tendensi busana berjilbab yang saat ini hanya merupakan gaya saja. Tanpa embel embel konsekwensi di balik alasan pemakaiannya.
Saya percaya teman teman blogfam pasti juga prihatin dengan perkembangan yang sekarang terjadi dan jelas di depan mata.

Tuesday, November 07, 2006

Album "Kekagumanku" by Chandra Darusman

Kadang kadang, hal hal kecil, sepele dan mungkin tidak begitu berharga dapat membuat seseorang terpekik girang.
Seperti yang terjadi minggu kemaren, lagi jalan jalan di ITC Kuningan, biasa nemenin temen temen yang berburu mp3 or cd bajakan itu… tiba tiba temenku menunjukkan album Chandra Darusman yang berjudul “Kekagumanku”..dalam format cd.. bajakan tentunya.. dia tahu aku cari cari kaset album itu udah kemana mana.
( Sebenernya agak nyesel, kenapa ada dalam format cd bajakan… tp ada ndak sih cd original nya? Belum sempat ke Duta Suara soalnya.)

Walah! Aku langsung terpekik girang seperti anak kecil dapat mainan yang diimpikannya.
Lha aku itu kan udah cari kaset nya Chandra Darusman yang lama itu baik yang album “Indahnya Sepi” maupun “Kekagumanku” di tempat pedagang kaset bekas di Jalan Surabaya, bahkan sampai tempat kaset bekas di kota kota lain, sampai sekarang belum nemu. Sampai nitip nitip pesen dan no telpon ke si tukang kaset loak itu supaya ditelpon kalau ada barang tersebut.

Bagi yang usianya seumuran aku.. pasti kenal deh dengan nama Chandra Darusman dan album solo maupun grupnya baik yang dengan Chaseiro atawa dengan Karimata nya…
Jaman jaman awal SMA sekitar tahun 83-84 an, lagu lagunya cukup terkenal. Dan dulu sempet punya kasetnya.. tp karena pernah ada peristiwa kebakaran kecil jadilah.. ilang semua koleksi kasetku… then, sekarang kalau ada kesempatan kerjanya berburu kaset kaset bekas jaman dulu.

Wah.. yang pasti.. aku seneng banget nemuin album “Kekagumanku” Chandra Darusman tersebut. Buat yang belum tahu, Chandra Darusman saat ini adalah bekas aktivis Yayasan Karya Cipta Indonesia, dia sempat ngurusin urusan hak cipta karya orang Indonesia, sebelum saat ini entah dia melanglang buana ke luar negeri.

Wednesday, November 01, 2006

Sebelum Majapahit dan Setelah Majapahit ....

Membaca buku Arus Balik karya Pramoedya Ananta Toer ini, saya seolah olah terseret lagi ke masa lalu. Sebagaimana saya membaca buku Senopati Pamungkas nya Arswendo beberapa tahun lalu.

Begitu membuka bab pertama, serasa tak ingin berhenti untuk menyelesaikannya. Akhirnya dengan kadar paksaan yang cukup tinggi, selesai juga buku setebal… halaman tersebut kurang dari dua minggu.
Isinya? Sangat menarik dan seru. Namun kala kita membaca buku tersebut, memori kita akan sejarah harus dipisahkan secara jelas dengan kemampuan kita menyerap cerita fiksi dari om pram ini. kalau tidak, bakalan puyeng deh, karena bolak balik kita jadi memeras memori kita tentang pengetahuan sejarah Indonesia. Bener.
Bisa confuse bener bener deh. Atau bahkan kita bisa jadi tendensius dan memandang alur cerita yang ada adalah hal yang benar benar terjadi dalam salah satu periode sejarah Indonesia kita.

Latar belakang ceritanya berkisa antara akhir abad 15 menuju awal abad 16 saat kerajaan Majapahit sudah runtuh dan menjadi kadipaten atau kerajaan kecil kecil.
Saat dimana portugis mulai meraja lela melanglang buana ingin melebarkan dan memamerkan kemampuannya. Setting lokasi kadipaten Tuban, yang dahulu kala merupakan salah satu kota pelabuhan terkenal juga. Dari latar belakang cerita tersebut, jadi bisa dimengerti mengapa Tuban pada masa kemudian tidak menjadi Bandar pelabuhan besar lagi.

Kerajaan Demak, Pasundan dan beberapa kesultanan kecil kecil beriring berjalan bersama dalam cerita tersebut. Misalnya, Demak, Jepara, Lasem, Blambangan, dan beberapa wilayah lain di sekitar Tuban.
Disamping itu setting waktu yang menurut saya cukup penting adalah setting waktu saat Fatahilah menaklukkan Banten.

Wah.. cerita yang ada tentang fatahilah di banten, bisa bikin kita bingung deh. Berubah total kronologis sejarah Indonesia abad pertengahan.

Betapapun, perang dimanapun dan kapanpun di dunia ini, benar benar bukan hal yang bermanfaaat. Entah bagi yang diperangi maupun yang memerangi. Dibalik hal tersebut ada banyak orang tidak berdosa yang menjadi korban demi masalah politik dan kekuaaan belaka.

Satu hal yang penting dari buku ini menurutku adalah, seolah olah buku ini menggugat, mengapa kejayaan Majapahit tidak bisa dilanjutkan. Dahulu yang terjadi adalah ekspansi dari selatan ke utara, dari singosari ke melayu, ke campa, dan ke wilayah wilayah lain di sebelah utara.
Namun.. pada masa kemudian yang terjadi adalah.. ekspansi dari utara ke selatan. Dari negara Eropa ke Asia. Dari Portugis ke wilayah nusantara.
Itulah yang disebut arus balik.
Arus balik yang sudah jadi tidak terbendung lagi, bahkan sampai berlanjut dengan ekspansi Nederland yang jadi berurat berakar selama beratus ratus tahun tersebut.
Om Pram dengan kemampuan data sejarahnya yang kuat, dapat merangkai dengan bagus dan kuat dengan tokoh tokoh karakter fiksinya.

Sebagaimana buku cerita Senopati Pamungkas karangan Arswendo Atmowiloto yang tebelnya kurang lebih 20 cm karena terdiri dari dua jilid, cerita dengan latar belakang ambruknya raja kertanegara dan kemudian berlanjut dengan berdirinya kerajaan Majapahit oleh Raden Wijaya.

Arswendo juga piawai mengolah data sejarah yang cukup akurat dengan tokoh fiksi yang dia tempatkan. Iya lho, bener.. data sejarah bagus dan karakter fiksi yang bagus, dapat membuat kita jadi terhanyut antara mana yang nyata dan mana yang tidak nyata.

Tokoh Wiranggaleng di buku Arus Balik, adalah tokoh Upasara Wulung di Senopati Pamungkas.

Hebat. Saya jamin data sejarah yang tertulis sebagai setting pada kedua buku tersebut adalah akurat.

Jadi… memang kedua buku tersebut secara tidak langsung merupakan rangkaian cerita yang berlanjut walaupun mungkin kedua pengarang pengarang mungkin tidak bermaksud seperti itu.
Entah, mengapa bisa sama, siapa menginspirasikan siapa. Saya tidak tahu. Yang penting kedua buku tersebut…. Adalah buku yang bagus dan hebat menurut saya. Hanya orang pintar dengan kesadaran sejarah yang kuat yang dapat menulis buku buku tersebut.

Buat saya sendiri, buku Senopati Pamungkas adalah buku dengan isi yang sangat sangat membuat saya jadi sadar, bahwa hidup ini sangat murni jika kita dapat melewati batas batas tidak nyata yang dibikin oleh manusia itu sendiri.
Demikian juga buku Arus Balik, didalamnya banyak terkandung hal hal yang yang hampir sama, didalamnya Wiranggaleng dan Idayu banyak menggugat keberadaan batas batas tidak nyata yng dibikin oleh manusia dengan nama Tuhan.

Ada banyak gugatan dari hati nurani yang terdalam yang muncul jika kita membaca kedua buku tersebut di atas dengan mata dan hati sekaligus.

Monday, October 23, 2006

Maaf Maaf Maaf

Minggu lalu seorang teman bertanya kepadaku, tentang kapan aku akan merayakan lebaran.
Lah?? aku nanya balik kenapa memangnya..
Dia menjawab, kan ada pengumuman dari Muhammadiyah bahwa 1 syawal jatuh pada tanggal 23 Oktober 2006.
O ya to???
then, aku jawab... hmmm ikut Muhammadiyah kali ya...
Si temen ini langsung berkata,".. janganlah kamu mengambil keputusan karena ikut ikutan. Suatu keputusan yang kamu ambil, haruslah berdasarkan pada pengetahuan dan keyakinan yang kamu miliki..., karena sebaik baiknya keputusan... haruslah karena ilmu yang kamu miliki... " demikian katanya.
Plus ditambahi sms nya," sha 1 syawal ditentukan dengan nampaknya bulan di sore tanggal 29 ramadhan dan menurut bbrp ahli hisab berdasarkan pengetahuan mereka menyatakan 1 syawal = 23 Oktober".

Alamak... tahu soal apa aku tentang bagaimana penentuan jatuhnya tanggal 1 Syawal ini..

Untunglah, Harian Kompas, Sabtu tanggal 21 Oktober 2006 menjelaskan dengan lengkap dan jelas bahkan ada visualnya , bagaimana penentuan 1 syawal berdasar hisab dan rukyat tersebut, jadi aku yang tadinya buta.. jadi lumayan mengerti.

Then,.. akhirnya aku ambil keputusan untuk ikut merayakannya pada tanggal 23 Oktober ini...walaupun aku bukan warga Muhammadiyah.

Tak lama kemudian, aku sms ke salah seorang teman baikku yang lain, bahwa hari Senin tanggal 23 Oktober aku sudah lebaran..
Responnya?? "kenapa..?"
Aku jawab,".. kan berdasar perhitungan hisab jatuhnya tanggal 23 Oktober 2006..lagian juga sudah ada yang mengumumkannya..."
Responnya lagi..."ah.. kamu memang suka nyeleneh..."..

Hehehe...

Ah... what ever the date... that's not important..ya to??
Yang penting..
Kepada semua teman teman blogfam....

"Selamat Hari Raya Idul Fitri 1427 H,
Mohon Maaf Lahir Bathin"

Saya yakin, pasti banyak tulisan tulisan saya yang mungkin tidak berkenan di hati teman teman....
Mohon maaf sebesar besarnya ya....

Selamat libur lebaran bersama keluarga tercinta....

Wednesday, October 18, 2006

What your color???

This poem was nominated poem of 2005; written by an African
Kid......... amazing thought!!!




When I born, I Black,
When I grow up, I Black,
When I go in Sun, I Black,
when I scared, I Black, when I sick, I Black,
and when I die, I Still black...

And you White fellow,
When you born, you pink,
When you Grow up, you White,
When you go in Sun, you Red,
When you cold, you Blue,
When you scared, you yellow,
When you sick, you Green,
and when You die, you Gray...
And you call me colored???

Tuesday, October 17, 2006

Tangan Tuhan??

Jodoh, rejeki, kematian, anak, orang orang selalu bilang bahwa semuanya ada di tangan Tuhan. Semua adalah rencana yang Tuhan berikan kepada kita...

Nah kalau perceraian???? termasuk ndak????

Friday, October 13, 2006

PAMRIH adalah......

Suatu pagi karena sesuatu hal saya menyapa sambil menegur teman dan sehabat terdekat saya, isinya sederhana, hanya sapaan dan satu pertanyaan mengapa.... bla bla bla...

Tahu ndak? apa jawabannya...
"Pagi pagi kok sudah menyerang sih...jangan pamrih dong... kalau... bla bla bla".

Wah... saya ini orang Jawa. Tahu dan mengerti apa artinya pamrih. Buat saya pamrih adalah hal yang jauh jauh dihindari dalam suatu persahabatan dan pertemanan yang tulus. Jika dalam suatu persahabatan salah satu pihak sudah menganggap yang lain punya pamrih, atau salah satu pihak punya pamrih terhadap yang lain.
Entah.. apakah akan jadi persahabatan yang baik.
Bahkan dalam hal hal lain yang memang seharusnya dilakukan, kata pamrih itu harus dibuang jauh jauh. Pamrih adalah sesuatu yang bersifat negatif.

Terus terang saya marah sekali. Ingin sekali mempertanyakan apa maksud dirinya mengatakan bahwa saya punya "pamrih".
Namun, karena saya pikir tak ada gunanya mempertanyakan hal tersebut, jadi saya hanya menjawab sms tersebut dengan permintaan maaf.
Lagian bulan puasa ini, katanya harus sabar ya to?
Namun jika hal yang sangat prinsip buat saya dipertanyakan dan diragukan, tentu saja membuat saya tersinggung berat.
Saya tetap marah, namun saya lebih baik marah dalam diam.
Entah, kapan marah saya akan pupus. Namun saat ini saya sedang tidak ingin mempertanyakan masalah kata "pamrih" tersebut kepada yang bersangkutan.
Hati saya terlalu sakit dan sedih, bahkan menangis karena kata tersebut menyentuh hati nurani saya yang terdalam, sambil bertanya kepada diri sendiri, "Sejelek itukah pandangan sahabat saya tentang apa yang saya lakukan?"

Saya ingin protes. Caranya? saya kutip beberapa maksud kata "PAMRIH" di bawah ini. Semoga penjelasan di bawah dapat menjelaskan tentang definisi kata pamrih tersebut.

Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia:
Pamrih adalah maksud yang tersembunyi dalam memenuhi keinginan untuk memperoleh keuntungan pribadi; kepamrihannya : kepentingan khusus yang ingin dikejar untuk diri sendiri.

Dari Buku berjudul "PANEMBAHAN SENOPATI", karangan Dr. Purwadi:
Pamrih merupakan sesuatu hal yang sebaiknya dihindarkan.
Bertindak karena pamrih berarti hanya mengusahakan kepentingan sendiri individualnya saja dengan tidak menghiraukan kepentingan kepentingan orang lain.

Secara sosial pamrih itu selalu mengacau karena merupakan tindakan tanpa perhatian terhadap keselarasan sosial. Pamrih sekaligus memperlemah manusia dari salam, karena siapa yang mengejar pamrihnya memutlakkan ke aku annya sendiri. Dengan demikian ia mengisolasi dirinya sendiri dan memotong diri dari sumber kekuatan batin yang tidak terletak dalam individualitasnya yang terisolir, melainkan dalam dasar numinus yang mempersatukan semua ke aku an pada dasar jiwa mereka. Ia mencari kepentingan-kepentingannya dalam dunia dan dengan demikian mengikat diri pada dunia luar sehingga ia kehilangan kesanggupan untuk memusatkan kekuatan batin dalam dirinya sendiri..

Pamrih terutama kelihatan dalam tiga nafsu, yaitu selalu mau menjadi orang pertama atau nepsu menange dhewe (Jawa), menganggap diri selalu betul atau nepsu benere dhewe dan hanya memperhatikan kebutuhannya sendiri atau nepsu butuhe dhewe.

Sikap sikap lain yang tercela adalah kebiasaan untuk menarik keuntungan sendiri dari setiap situasi tanpa memperhatikan orang lain atau aji mumpung.

Tuesday, October 10, 2006

Kadang kadang hidup tidak berjalan sesuai dengan keinginan dan rencana kita.

Jadi Tukang Kritik?????

Kemarin setelah berdiskusi sejenak tentang festival film Iran di stasiun televisi swasta dengan seorang teman, dengan nada bercanda, temen tersebut bilang begini:” kamu ini apa apa kamu kritik. Mendingan jadi kritikus aja”.

Tiba tiba saya tersadar, sepertinya apa yang teman katakan tersebut mungkin ada benarnya juga.

Saya selalu menulis hal hal yang saya rasa tidak bersifat membangun, karena selalu mengkritik dan mengkritik.

Namun, apakah kritikanku itu selalu bersifat negatif? Kadang kadang positif juga kan? Hanya orang lain yang dapat menilai.

Saya memang selalu mencermati suatu keadaan dan kondisi dengan kritis. Bukan karena negatif thinking, namun, jika memang suatu keadaan tersebut sangat tidak memihak kepada rakyat banyak apakah mengkritik suatu kebijakan atau produk menjadi tidak bersifat membangun???

Sudah barang tentu kita tidak dapat dong, menutup mata dengan suatu keadaan atau pada suatu produk yang menurut kita bersifat tidak mendidik. Ya kan??? Mosok iya kita diam saja. Terima jadi. Sudah.
Mungkin memang ada yang lebih suka seperti itu, karena sadar bahwa kita tidak dapat mengubah keadaan yang ada. Mungkin memang begitu.

Saya pribadi mungkin juga tidak punya daya dan upaya untuk dapat mengubah sesuatu yang dirasa tidak layak. Namun at least, jika saya dapat menulis dan tulisanku dapat terbaca, dan jika ada satu saja yang setuju, berarti rombongan bertambah satu kan???
Jika rombongan tersebut lama lama menjadi besar, dan jika dimasa kemudian ada yang kemudian jadi pejabat negara atau jadi anggota dprd atau bahkan ada yang kemudian jadi pengusaha sendiri pada waktunya, dia kan bisa menyuarakan apa apa yang kita kritisi selama ini. Dan kemudian diharapkan dapat membuat keadaan menjadi lebih baik.
Gampangnya, dapat ditulis… kita harapkan generasi kita nanti akan membuat Indonesia jadi lebih baik.
Begitu kan???

Mungkin seperti pepesan kosong ya tulisan tulisan saya yang bersifat kritik selama ini. Namun, mudah mudahan dapat memberi masukan dan ide untuk ke masa yang akan datang. Paling tidak kan, jika ada sesuatu yang menurut kita tidak baik atau tidak menguntungkan rakyat banyak, atau tidak mendidik rakyat banyak, kita kan bisa say no. Serta tidak menjadi bagian di dalamnya. Itu hal paling kecil yang dapat kita lakukan.

Saya jadi teringat dengan pentas monolog si butet dalam “matinya seorang tukang kritik” beberapa waktu lalu.
Apa jadinya jika negara ini sudah tidak ada yang mengkritisi.. apakah berarti negara ini sudah jadi negara adil makmur sejahtera kerta raharja????
Jadinya… seperti negara yang penduduknya seperti robot. Manut aja. Sana sini manut. Sana sini setuju. Sendhika dhawuh.
Ya kan???

So,.... saya masih boleh kan mengkritisi sesuatu jika saya rasa berjalan tidak sesuai dengan hati nurani????

Film Anak Anak dari Iran,.... membuat iri...

Di tengah tengah maraknya berbagai macam tampilan sinetron bernada dakwah di berbagai stasiun televisi swasta di Indonesia, yang mana kesemuanya satupun tidak ada yang dapat membuat saya tertarik untuk menontonnya, ternyata ada satu rangkaian acara yang cukup membuat saya mau menunggu acara tersebut ditayangkan , yaitu Festival film Iran.
Saya mulai mengenal film Iran beberapa tahun lalu, saat RCTI menayangkan film berjudul children of heaven, atau apa lah..saya lupa judulnya. Ceritanya tentang seorang anak laki laki yang bergantian sepatu dengan adik perempuannya tiap kali akan berangkat sekolah. Dan pada saat diadakan lomba lari dengan hadiah nomer 3 adalah sepatu, si anak laki laki ini dengan semangat ikut lomba tersebut dengan harapan mendapatkan sepatu.
Namun apa daya… di saat akhir perlombaan, ternyata dia mendapatkan juara I yang hanya mendapatkan tropi. Jadi di tengah rekan rekan dan gurunya nya yang gembira dan membopong dirinya, dia terpekur sedih karena tidak dapat membawa sepatu hadiah itu pulang.

Nah, di bulan puasa kali ini, Lativi menayangkan beberapa film anak anak dari Iran pada minggu minggu awal lalu. Sayang memutarnya di hari kerja, namun kadang kadang saya sempatkan pula untuk memaksakan diri menonton tayangan film tersebut. Karena tidak setiap saat film-film tersebut ditayangkan ulang.

Dan ternyata ANTEVE juga menayangkan beberapa film anak anak Iran tersebut pada hari Minggu pukul 13.30. Demi film film tersebut saya bersedia standby di rumah.

Ada yang menarik dari film film tersebut yang tidak saya dapatkan pada beberapa film Indonesia. Beberapa poin yang menurut saya membuat film tersebut saya nilai bagus adalah:
1. Detail setting filmnya sangat natural. Tidak terkesan dipaksakan dan dibuat buat. Dari setting yang ada, kita dapat melihat the real life keadaan di Iran. Baik yang di pedesaan, maupun di pinggiran kota. Sangat nyata. Senyata kehidupan kita sehari hari.
2. Skenarionya sangat dekat dengan kehidupan yang sangat nyata. Tidak ada yang dilebihkan dan dikurangkan.(bandingkan dengan cerita dari Indonesia, kalau tidak jahat banget, yang baik banget, kaya banget, miskin banget, etc, etc).
Penulis ceritanya bagus, karena dia dapat mengeksplorasi satu peristiwa kecil dan sederhana menjadi cerita yang panjang namun tidak membosankan, dengan rangkaian gambar yang bagus pula.
3. Cerita dan karakter tokohnya sangat kuat. Bersifat mendidik namun tidak terkesan menasihati. Bahkan hal hal yang menakutkan yang berbau punishment dari langit tidak ada sama sekali. Jauh banget deh sama sinetron sinetro yang sok mendidik dan menasihati dengan berkedok hukuman dari langit, atau menakut nakuti dengan kedok agama yang ada pada saat ini.
Tokohnya, sangat dekat dengan kehidupan kita. Tidak ada yang terlalu cantik. Tidak ada yang terlalu jelek. Natural, sangat sangat natural.
4. Dan sepertinya biaya produksinya tidak terlalu besar. Mengingat tidak ada mobil merci di sana, baju baju wah yang dipamerkan, atau rumah gedongan yang dipakai sebagai setting, bahkan sekolah sekolah mahal juga tidak ada di sana. Namun rumah yang miskin banget juga tidak ditampakkan. Walaupun kita tahu misalnya latar cerita itu adalah keluarga yang kekurangan, namun kekurangan itu tidak dieksploitasi habis. Yang dieksploitasi habis adalah, bagaimana seorang anak menghadapi hidup yang kekurangan namun tetap bisa survive, misalnya: bagaimana seorang anak berusaha dengan segala cara supaya dapat ikut ujian akhir dengan seorang adik bayi tetap dijaganya (film “Hayat”); atau bagaimana seorang anak membawa kaca jendela, guna mengganti kaca jendela sekolahnya yang dipecahkannya; atau bagaimana seorang anak terkunci dalam gerobag dagangan orang tuanya; dan lain lain yang tidak dapat saya ceritakan satu persatu.

The point is.. saya angkat jempol dengan para pembuat film tersebut. Sepertinya dalam keterbatasan yang ada, mereka dapat membuat film dengan sangat bagus (kebetulan film film tersebut banyak mendapat penghargaan dari sebuah festival film di eropa).
Memang sih, buat penggemar film Hollywood yang dar der dor dan wah.. pasti bakalan agak malas menonton film ini. namun, saya jamin, film film tersebut dapat membuka mata dan pikiran, bahwa ternyata kisah sederhana dapat dituangkan menjadi sebuah film bagus dan kaya makna.

Tulisan di atas tidak bermaksud mengabaikan produksi film dan sinetron Indonesia, karena beberapa dari film Indonesia saat ini sudah mulai menunjukkan kwalitasnya.
Apalagi karya Garin Nugroho dan beberapa sineas muda lainnya yang kadang mendapat penghargaan di festival film internasional.
Namun saya hanya ingin menunjukkan betapa film yang bersifat memberikan nasihat atau didikan masih dapat dikemas dengan rangkaian gambar yang bagus dan jalinan cerita yang kuat juga.
Selain itu.. ingin supaya film anak anak Indonesia ini lebih membumi.

Friday, October 06, 2006

Amuk Massa, memprihatinkan

Entah sudah untuk kesekian kalinya, berita tentang massa yang mengamuk menjadi salah satu berita yang rutin terdengar. Tidak hanya di satu wilayah di bagian Indonesia ini, namun hampir merata di seluruh wilayah Indonesia.
Dari skala kecil yang hanya menduduki kantor, sampai merusak bahkan membakar gedung.
Dari yang menuntut hak, sampai hanya gara gara kesebelasannya kalah main bola, bahkan kadang hanya gara gara satu orang disenggol warga desa lain, kedua warga desa bisa tawuran masal.
Dari yang berkedok mempertahan hak,.. sampai yang memakai adat sebagai alasan. Contohnya.. di papua tuh… antar suku berantem ndak berhenti henti…
Jadi yang ada, massa melawan satpol pp, massa mencari hakim di kantornya, massa merusak kantor orang, massa merusak pagar, massa penghuni liar atas tanah orang marah waktu disuruh pergi, etc etc.. yang kadang kadang tidak masuk akal.

Hal tersebut mengherankan, bangsa Indonesia yang jaman dulu dikenal ramah tamah dan suka bergotong royong sebagaimana dalam buku buku tentang Indonesia, sepertinya sekarang jadi berubah total beberapa tahun terakhir ini.
Amuk massa sudah jadi sikap akhir yang diambil masyarakat jika keinginan mereka tidak terpenuhi, atau.. jika ingin menuntut sesuatu.
Apakah dialog antara petinggi baik itu dari unsur pemerintah atau unsur swasta sudah tidak dapat dilakukan dengan baik baik? Ataukah memang masyarakat sekarang lebih cepat naik darah?


Memprihatinkan memang. Namun kita memang tidak bisa menutup mata dengan factor yang melatarbelakangi semua peristiwa di atas.

Apakah amuk massa tidak dapat dihentikan??? Berdialog lah dengan baik baik. Bukankah musyawarah untuk mencapai mufakat adalah hal yang sering digembar gemborkan jaman dulu???

Salah siapakah ini, sehingga bangsa Indonesia jadi seperti sekarang ini???

Thursday, October 05, 2006

PUASA DAN LEBARAN

SETIAP BULAN RAMADHAN:

1. Hampir di seluruh daerah bunyi dar der dor mercon yang memekakan telinga yang tidak kenal waktu selalu ada. (Cuma di wilayahku aja yang ndak ada kali, tp melihat banyaknya perampasan orang berjualan mercon, tdk menutup kemungkinan pasti banyak orang yang masih senang masang mercon di bulan ini)
2. Suara doa yang hingar-bingar dari loud speaker masjid bergaung ditengah malam sering menggeser lelapnya tidur kita. Sepertinya tidak bertoleransi dengan umat lain yang membutuhkan istirahat juga. Coba bayangkan, jika rumahmu tepat di depan masjid. Alamat tiap kali lagi seru serunya gitu, kita tidak dapat berkomunikasi bahkan via telpon dengan orang lain, saking kencengnya itu volume.
3. Ronda pagi hari untuk membangunkan orang agar sahur dengan bunyi2an yang memekakkan telinga mengalahkan kokok ayam dipagi hari. Syukurlah, hal tersebut tidak terjadi di wilayahku saat ini. Tahun tahun lalu masih ada. Mungkin kesadaran bahwa semua orang sekarang sudah mempunyai jam weker sudah timbul.
4. Tempat hiburan dilarang untuk ini-itu dan gini-gitu walaupun bukan untuk umat Islam, pelarangan ini ujung2nya sering diikuti dengan razia tempat hiburan oleh Organisasi massa Muslim yang sering2nya jadi kerusuhan. Hal tersebut meningkat pesat saat belum masuk bulan Ramadhan. Seolah olah mereka yang merasa jadi tersuci ingin mensucikan bulan Ramadhan ini dari hal hal yang bersifat negatif. Lha nanti.. kalau sudah tidak Ramadhan boleh lagi dioperasikan semua hal hal tersebut. Kalau perlu… kita join. Ya ndak???
5. Harga barang2 dan bahan kebutuhan pokok mengalami kenaikan luar biasa! Aji mumpung. Mumpung bisa dapat untung besar. Mumpung orang pasti pada butuh. Mumpung orang tidak punya pilihan lain selain setuju dengan harga yang melangit tersebut.
6. Harga tiket angkutan pesawat kapal kereta bis dan angkutan umum juga melipat-ganda. Untung untung bensin ndak ikutan naik ya. Kalau iya… bisa terjadi people power kali.

lalu... SETIAP LEBARAN:

Rakyat dibiasakan / dibudayakan ( lihat aja keputusan hari libur kejepit bersama ) untuk menikmati liburan kejepit terpaksa, agar hilir-mudik dari kota kerja ke desa masing2, itupun kalo untuk golongan menengah kebawah dengan cara berdesak-desak seperti ikan asin/teri dengan biaya tinggi, atau naik motor konvoi beratus2 kilometer memusingkan polisi lalu lintas dan DLLAJR, kesemuanya untuk melestarikan konsep budaya tahun 60-han yang bunyinya "mangan ora mangan kumpul"... duh duh.. ajaran ki sopo itu ya? (ingat bukunya UMAR KAYAM.. 4 jilid)

Aneh... anehnya bagi pelaku yang menjalaninya, hal ini justru adalah kebanggaan, bangga bisa pulang kampung bawa barang2 elektronik murahan untuk dipajang di rumah orang tua/ mertua di kampung, bangga beli/bawa seransel baju kodian di pasar senggol yang nampak keren buat keponakan2, bangga pake sepatu NIKE tiruan, kacamata RAYBAN aspal, dan MP3 player asbun yang notabene semuanya buatan negara Taiwan atau cina yang bisa dibeli dg harga murah di glodok.

Lalu sering terjadi migrasi temporer dari anggota partay kay pang Indonesia ( Partai Pengemis ) dari daerah ke kota... " habis di kota uang persenannya lebih gede ketimbang di daerah, dan orang2 kaya numpuknya di kota2 besar" *menurut salah satu anggota kay pang yang kena sweeping penertiban. Walaupun anggota partai tersebut sebenarnya di daerah pada punya rumah dan penghasilan, namun berubah jadi kere saat masuk Ramadhan dan Lebaran.

Ritual agama Islam yang seharusnya indah dan khusyuk itu kok seakan tidak membawa berkah ya di negara kita ini?, malah mengganggu ketenangan umum, dan malah menambah beban berat ekonomi rakyat! Di negara maju, hari besar agama tidak dipakai untuk memeras rakyat lho!, malahan biasanya harga2 barang di sale alias obral, nah malah menyejahterakan toh?.
Itu kalau bisa dibilang ritual agama Islam. Kalau aku bilang sih, itu bukan ritual agama.

Ealah, Ramadhanku dan Lebaranku di Indonesia ini....

Wednesday, October 04, 2006

Dagelan yang paling lucu dan paling menyedihkan

Ada dagelan yang lebih lucu dari grup pelawak manapun yang pernah ada.
Hari Senin sore kemaren ( 2 Oktober 2006), saya sempat melihat satu berita di salah satu stasiun televisi yang isinya adalah sebagai berikut:

Terdapat satu kelompok manusia yang mengatasnamakan dirinya dengan nama kelompok… ???? (saya lupa namanya)mana pake membawa bendera lagi... waduh!!!, mendatangi kantor departemen Hukum dan HAM di Jakarta, mereka berharap dapat bertemu dengan menteri, karena tidak ada mereka hanya diterima oleh salah satu direkturnya.
Tuntutannya????
Menuntut pembebasan Tommy Soeharto secepatnya.

Memang sih setahuku juga minggu lalu atau kapan itu ada berita tommy soeharto mau dibebaskan, namun entah sudah atau belum aku tidak tahu.

Yang menjadikan event itu jadi dagelan yang bikin sedih adalah…. Memang mereka itu siapa sih? Apa koneksinya dengan TS? Dibayar berapa mereka?

Betapa hati nurani sudah dapat dibeli dengan uang……
Betapa martabat sudah dapat dijual…
Betapa harga diri sudah dapat dihargai dengan materi….

Tuesday, October 03, 2006

Kering nian kemarau kali ini

Minggu minggu terakhir ini, entah kenapa siang hari di Jakarta begitu panas, terik, kering.
Wajah ini rasanya jadi kering juga…. Udaranya juga terasa kering dan berdebu.
Tidak seperti biasanya.
Walaupun di dalam kendaraan, ber AC, tetap saja, terasa ada yang berbeda saat saat ini. kering.
Kemarau kali ini begitu kering dan berdebu.

Tak terbayangkan jika tinggal di dekat kota kota yang saat ini sedang berasap tebal karena kebakaran hutan.

Thursday, September 28, 2006

Ajaran Sejati

Siapa yang mencari harus melakoni
Siapa yang melakoni harus mengerti
Siapa yang mengerti akan mumpuni
Siapa yang mumpuni akan hati hati
Karena memegang hakekat sejati, berarti
Harus bertanggung jawab pada dzat inti
Mampu menjaga hati agar tidak takabur diri
Inilah ajaran sejati bagi engkau sang pencari



dikutip dari kotak ki tjondronegoro

Like Mother Like Son

GJPix.com Free Photo Sharing : danang
GJPix Photos

Seperti biasanya tiap pagi aku ngedrop anak anak di sekolah mereka. Tetap berangkat pagi, walaupun sekolah masuknya jam 08.30. tidak ada perkecualian.
Nah, dan seperti biasanya pula, radio stay tune di Elsinta, karena memang gampang dan cepat informasi di elsinta itu. Biasanya elsinta sekitar jam 06.27 akan relay berita dari Indosiar, sehingga otomatis tanpa melihat berita di televisi, kita juga sudah mengetahui berita berita pokok apa yang ada pada pagi hari.
Kebetulan tadi pagi indosiar menyiarkan tentang adanya penyitaan makanan oleh satpol PP di wilayah Kotamadya Padang sehubungan dengan SK Walikota Padang tentang larangan beroperasi warung warung makanan di siang hari saat bulan Ramadhan ini. Walaupun beberapa warung tersebut sudah memasang tirai untuk menutupi warungnya dari pandangan luar.

Dan beginilah komentar si sulung yang masih berusia 11 tahun dan saat ini menginjak kelas V.
Si sulung : Kok makanannya disita sih sama petugas. Palingan mau dimakan sama petugasnya sendiri ya bu.
Aku : (Cuma ketawa kecil)
Si sulung : lagian ngapain sih bu, itu warung warung dilarang buka segala. Kan kalau orang mau puasa, ya puasa aja ya bu. Kalau ada warung makanan buka, ya anggap aja itu ujian buat yang puasa ya bu.
Aku : Iya. Bener. (aku ndak ingin kasih komentar tambahan, karena tidak ingin memprovokasi dia. biarlah dia ungkapkan pendapatnya sendiri)
Si sulung : orang mau buka warung kok ndak boleh. Kasihan. Gimana sih itu. Kan kalau orang mau batal puasa ya batal saja ya bu. Ndak usah bilang karena lihat warung makan terus jadi batal ya bu.
Aku : memang kamu kalau lihat orang makan atau orang minum pas siang hari ndak kepingin nang?
Si sulung : Ya, aku cuma lihat aja. Kemarin aja ada anak SD minum di angkot, aku ndak papa. Kan aku memang pengin puasa penuh.

Ya begitulah. Satu ungkapan dari si sulung yang membuat aku berpikir, like mother like son.

Tuesday, September 26, 2006

Teater Populer Manggung Lagi


Saya mengenal Teater Populer sejak remaja, sejak jamannya Teguh Karya. Namun, hanya sebatas mengenal dari membaca pertunjukan pertunjukannya. Maklumlah, masih jauh dari pusat seni saat itu.
Akhirnya, bisa juga saya menonton pertunjukannya tanggal 16 september 2006 lalu di Gedung Kesenian Jakarta. Terus terang antusiasme saya menonton teater popular karena namanya yang sudah popular sejak jaman dulu.
Teater popular saat ini memimpin teater tersebut menggantikan Teguh Karya, bersama sama dengan beberapa senior lainnya.
Lakon yang dipentaskan berjudul Antigone karya Sophocles yang ditafsir ulang ulah Jean Anoulih. Karya tersebut dipilih oleh Slamet Raharjo karena menurutnya kisah dan pesannya memiliki kesamaan dengan kondisi negara tercinta saat ini, dimana nilai nilai kemanusiaan masih dikalahkan oleh kepentingan politik kekuasaan.
Kisah antigone sendiri pada dasarnya merupakan cermin keteguhan seseorang akan prinsip dan idealisme nya. Ia tidak mau mengorbankan prinsip dan idealisme demi menuruti kekuasaan yang menurutnya jauh dari perikemanusiaan, moral dan sebagainya. Kekuasaan yang sewenang wenang memberikan perintah dengan keji.
Jika saja ia mau seperti yang lainnya menuruti perintah sang penguasa niscaya hidupnya tidak akan berakhir di tiang gantungan.

Temanya sederhana. Dan sangat umum terjadi pada khalayak masyarakat di seluruh wilayah. Tidak hanya di Indonesia, namun juga di wilayah wilayah lain di belahan dunia ini.

Menurut apa yang saya tonton dan amati dari pertunjukan tersebut, secara keseluruhan cukup apik dan rapi dalam kemasan 3 jam tanpa istirahat, cerita yang ada cukup membuat lelah.
Pada beberapa bagian terasa sangat lambat alurnya, satu adegan dengan kalimat yang berulang ulang membuat saya ingin cepat melewati bagian tersebut. Entah. Terasa begitu lambat dan penuh dengan pesan moral yang buat saya.. itu sudah cukup dengan satu atau dua konteks pembicaraan. Bukan kalimat berulang ulang dengan pesan yang sama.
Beberapa bagian lain cukup menggelitik dengan pesan yang cukup jelas dan mengena kondisi masyarakat sekarang.
Selebihnya.. biasa saja. Acting marcela siapa itu.. juga kurang gregetnya. Cukup bagus, tapi masih kurang menurutku.
Musik?… karena ceritanya amat sangat terlalu dipenuhi kesedihan… musik tak bisa berbuat banyak… ya toh???
Setting keseluruhan?… entahlah…
Saya bukan pengamat atau pengevaluasi suatu lakon pementasan. Jadi … kalau saya bilang biasa.. ya pasti biasa..
Begitulah…..tulisan tentang pementasan perdana Teater Populer kali ini.
Yang pasti lagi nunggu Teater Koma manggung lagi nih… kapan ya?

Monday, September 25, 2006

Puasa ....... ???? Hayuk!!!

Jam 6 kurang 10 menit sore aku masih dijalan , " wah terlambat buka sampai dirumah deh", sambil menyetir mobil kupandangi jejeran penjual2 makanan dan minuman dadakan yang dikerubungi pembeli di pinggir jalan... semua tampak sibuk, penjual dan pembeli seakan akan terburu2 menjual dan membeli.. hmm maklum udah mau masuk waktunya buka puasa barangkali...

Sejenak dalam pikiranku aku menyusun ulang mosaik2 masa kecilku dan tersenyum... " aku juga dulu begitu.. kalo udah sore menjelang buka puasa. aku selalu siap menunggu bunyi beduk di meja makan, sambil menghadapi makanan dan minuman2 favoritku yang udah kujejer di meja.. semua tampak menyenangkan.."

Itu dulu... Sekarang? di umurku sekarang ini... hmm lapar yang kurasakan hanya sekilas aja kok, mungkin karena aku keseringan puasa kali.. jadi cacing2 diperutku udah males protes biarpun mereka kelaparan, hahaha...
Kebanyakan temenku di kantor sih macem2 gayanya : ada yang kayanya lemeees banget berpuasa ini, ada yang bermuka masam, atau terkantuk2 di meja kerjanya...dan ada yang jadi pusing akut..

Sambil tetap memperhatikan orang2 yang bergegas pulang untuk berbuka puasa dari balik jendela kaca mobilku.. aku berfikir : Apa ya sebenernya makna puasa buat mereka? Kok sampe sedemikian mengubah ritual hariannya? Apakah rasa pengen pulang supaya bisa buka puasa dirumah? apa 'moment' buka puasanya? atau 'rasa' laparnya? atau apa?
....
Sebenarnya apa makna puasa di bulan Ramadhan ini?
Sejujurnya buat orang Jawa seperti aku yang sedikit banyak masih melakukan hal hal yang bersifat kejawen, buatku puasa di bulan ramadhan ini.. tidak ada bedanya dengan puasa puasa senin kamis yang biasa aku lakukan di hari hari lain, atau puasa weton, atau puasa puasa lainnya.
Biasa saja buat aku...
Jadi ndak begitu spesial lah......event bulan Ramadhan ini..
Karena "laku puasa" itu adalah suatu yang seharusnya kita lakukan secara rutin dan ikhlas tanpa mengharapkan apapun dari Nya... dalam rangka mempersembahkan sesuatu dan menunjukkan keyakinan kepada Yang Maha Segalanya. Gusti Allah sing murbeng dumedi...
...
Hmm...
Bagaimanapun... bulan ramadhan ini memang jadi bulan dadakan....maksudku.. mendadak jadi alim, mendadak jadi dermawan,.... mendadak jadi... terlihat muslim
Untunglah.. masih ada bulan yang membuat orang jadi mendadak baik dalam segalanya.. walaupun masih ada yang cuma kamuflase belaka biar disorot dan diberitakan jadi orang yang paling sholeh di dunia...
tapi ndak papa lah.. daripada ndak sama sekali...
ya ndak....???
..

Agamis atau sekuler?

Orang yang paling beragama adalah orang yang paling sekuler. Karena ia bisa membedakan antara urusan keagamaan atau Tuhan dengan urusan dunia.

Thursday, September 21, 2006

Kaca Mata Yang Berbeda Dari Orang Luar

Ternyata melihat liputan orang asing tentang Indonesia, lebih menarik daripada orang Indonesia meliput obyek sama.
Gara gara melihat satu acara kuliner yang dipandu orang India di Asian Food Chanel (AFC), saya jadi merasa .. wah.. ternyata memang masih tetap unik dan menarik acara liputan kuliner dari perspektif orang asing satu ini.
Judul acaranya Russiyo Rusi (kalau tidak salah ya..), orang India Singapore, kebetulan si host ini rada unik juga, jadi pas lah.
Sebenarnya sudah beberapa kali melihat acara dia, namun kebetulan dia meliput wilayah wilayah lain di Asia, jadi saya tidak dapat mengomentari tentang acara dia.

Namun, kemaren pas kebetulan liputannya dia pas jalan jalan di Indonesia.. dari kota ke kota, not only the food yang dia sorot, tetapi hal hal kecil yang ternyata unik dipandang dari sudut pandang asing, menjadi lebih menari setelah dikemas. Misalnya, itu barang dagangan yang ada di pasar bringharjo, kipas dari bamboo, kuali dari gerabah yang untuk masak gudeg. Yang menarik lagi (ini tidak pernah disorot di acaranya Bondan di trans tv yang title acaranya “jalan-jalan” itu), si host ini saat meliput masakan tradisional Yogya GUDEG, dia ambil dengan sudut pandang yang unik cara menyorot dua orang nenek (iya, nenek nenek yang Jawa banget, tipikal nenek yang biasa aja, nenek yang memakai kebaya rumahan untuk pakaian hariannya, bukan nenek yang sudah didandani atau yang gimana gitu).
Mereka berdua dengan si host yang duduk di amben memasak gudeg sejak dari nangka muda dikupas.. memecah kelapa sampai dengan memarut kelapa memakai parutan kayu itu (memarut kelapa? Sesuatu hal yang paling saya hindari jauh jauh kalau bisa.. jaman kecil dulu. Kalau bisa mumpet deh..habis.. bisa babak belur ini jari kalau disuruh marut kelapa)
Oh ya. si host bersama si nenek kemudian.. menyiapkan dan mengulek bumbu sampai jadi gudeg dan ubo rampenya.. dan tahu ndak? Terlihat sangat natural, dengan adanya nenek yang mencicipi rasa dari sendok sayur ditaruh di tangannya, dan kemudian si host ikut ikutan mencoba mencicip lewat tangannya dan menjerit kecil karena kepanasan.

Yang paling menarik apa? Settingnya !!! dapur tradisional, dengan tungku tanah plus kayu kayu panjang, dengan asap dari dapur yang.. wah dan.plus amben gede dari bamboo … tahu sendiri lah.. sekarang pasti sudah jarang orang memiliki dapur seperti itu. Yang bikin heran, itu crew nya.. kok ya sempat sempatnya survei cari rumah dengan dapur tradisional seperti itu.

Terus terang, saya jadi inget dapur di rumah nenekku di salah satu desa di daerah Purworejo sana yang masih berlantai tanah, yang dulu selalu jadi tempat paling asyik di rumah nenek, karena bisa main api tanpa dimarahi. Main api? Iya lah.. kedok nya bantuin masak, padahal main api pake daun kelapa yang kering.. (bahasa Jawa nya: blarak) di depan tungku. Melihat api melahap blarak blarak itu dengan cepat rasanya menyenangkan sekali. Wusss..
Yang bikin berhenti main hanya kalau bulek mau memasak dengan api kecil.. wah.. pergi dari dapur deh…

Lanjut,..
Tak lupa si host ini meliput sedikit tentang Didik Nini Thowok di sanggarnya, dan beberapa acara di sekitar Yogya, seperti pentas Ramayana di Candi Prambanan dan beberapa acara lain yang terkait dengan kesenian Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Ah ya… ada liputan tentang pembuatan Bakpia Pathuk yang terkenal itu sejak dari kacang hijau masih mentah, hingga jadi bakpia. Bagaimana semuanya masih menggunakan tenaga manusia dalam pembuatannya, alias masih tradisional semua dan pake tangan banyak manusia. Inget inget, jadi mikir juga kalau mau beli bakpia.. habis.. itu semua sudah di mek mek oleh tangan banyak orang.
Ah.. tapi setelah itu kan masuk oven yang tinggi temperaturnya ya… it s mean… hygiene tetap terjaga. Semoga.


Dari liputan kecil tersebut, the point is… ternyata buat orang Yogya sendiri..yang sudah biasa dengan segala hal berbau Yogya, melihat liputan orang India melihat Yogya ini, masih tetap menarik di mata orang Yogya. Lebih menarik daripada liputan Jalan jalan yang dibuat Trans TV dengan Bondan sebagai Host nya. Ini bukan menilai.. tp Cuma mengevaluasi. Berharap acara kuliner dari orang Indonesia sendiri bisa lebih menarik daripada yang ada sekarang.
Acara Jalan jalan yang merupakan wisata kuliner di Indonesia sendiri merupakan acara yang cukup bagus, dan menarik, sampai kemudian saya menemukan acara Russiyo Rusi pas jalan di Indonesia ini.. saya jadi menyadari bahwa acara kuliner bisa lebih menarik lagi dengan kemasan yang lebih dalam. Sangat menarik dan sangat eksotik ya Yogya itu…

Wednesday, September 20, 2006

Laki - laki boleh protes setelah baca ini!!!

Tulisan dibawah ini terpaksa saya tulis karena melihat beberapa cover tabloid tentang pejabat negara yang menikah dengan gadis muda ditulis besar besar dan tebal pula cukup menyolok di tawarkan oleh para penjaja tabloid di perempatan.

Sepertinya dugaan ku selama ini benar adanya. Bahwa laki laki yang mulai berumur 40 atau katakanlah 45-55 tahun mengalami masa yang boleh saya sebut masa membutuhkan suasana baru… atau masa membutuhkan refreshing.

Semenjak memasuki lingkungan kerja beberapa belas tahun lalu, saya mengamati tanda tanda tersebut. Tanda dimana seorang laki laki butuh pengakuan diri bahwa dirinya masih dapat menarik perempuan lain diluar istri resminya.
Tentu saja tanda tanda tersebut tidak terjadi pada semua laki laki yang saya kenal. Ya.. kalau mau fair, katakanlah dari sedemikian banyak laki laki, mungkin 75% nya menunjukkan tanda tanda tersebut.

Saya dapat mengatakan sebagaimana hal tersebut diatas karena dari masa kerja saya yang hampir berbelas tahun ini, banyak saya melihat dan bahkan mengenal laki laki dengan kondisi tersebut.
Biasanya laki laki mapan tersebut lebih tertarik untuk mengalami masa refreshing tersebut dengan perempuan yang jauh lebih muda darinya. NAMUN, tidak semuanya. Kadang kadang bisa jadi laki laki mapan ini tertarik dengan perempuan seumuran yang masih menarik lho. Urusan menarik disini tidak berbanding lurus dengan urusan fisik saja. Maksud saya,.. kadang bisa jadi tidak semlohai fisiknya, tp sangat menarik dari hal hal lainnya.
But, most of all mereka lebih cenderung berjalan bareng perempuan perempuan muda yang tentu saja semlohai...

Kita tidak usah munafik lah dengan keadaan yang ada sekarang ini, mau yang status nikah siri diam diam, ataupun nikah siri rame rame, itu hanya kedok legal untuk membuat laki laki itu merasa sah dalam melakukan refresh dalam hidup stage ke dua ini.

Namun, mau diakui atau tidak, kebanyakan factor yang membuat terjadinya hal tersebut di atas adalah factor biologis.
(saya yakin pasti yang merasa laki laki marah membaca statement tersebut, ya paling tidak ada lah satu atau dua laki laki yang tidak setuju dengan statement tersebut).
Kalau mau dibilang cinta. Mungkin iya… cinta. Tapi tetap saja cinta yang menyegarkan. Ya to???

Mengapa laki laki butuh lebih dari satu, atau bahkan dua perempuan dalam hidupnya. Ya... mungkin itu sudah naluri kali ya...
Pasti ada yang komplain… dengan mengatakan bahwa perempuan juga mengalami hal tersebut diatas…
(Dalam hal tersebut saya hanya dapat bilang… tulisan ini adalah dari perspektif perempuan.. jadi suka suka yang nulis..dong hehehe)

Perempuan?.. mungkin iya.. perempuan bisa jadi mengalami masa sebagaimana tersebut diatas, namun biasanya… mungkin tidak akan setega laki laki dalam hal mencari refreshing tersebut. Masih ada urusan emosi dan perasaan yang terlibat didalamnya.
Ya bagaimanapun… urusan kebutuhan biologis satu itu bukan hal yang nomor satu buat perempuan.
Mengapa? Ya karena perempuan tidak mungkin akan dapat disamakan dengan laki laki dalam berbagai hal. Ya toh? Tetap akan ada perbedaan diantara keduanya.

Topik diatas mungkin topik basi yang sudah ada sejak masa laki laki merasa punya hak lebih dari perempuan. Namun toh, dugaan saya bahwa setiap laki laki yang mulai berusia 40 atau 45 th sampai 55 tahun,… pasti mengalami masa ingin refreshing dengan kehidupannya itu benar. Dan sangat benar.

Sebagai perempuan yang selalu berpikir secara nalar, saya merasa itu hal yang sah sah saja. Toh .. obyek nya adalah factor biologis. Mau dibilang apapun juga, urusan biologis itu kan sesuatu yang tidak dapat dihilangkan.
Cuma kalau terus dibilang ada cinta didalamnya… bisa jadi itu hanya cinta sesaat.

Apakah sebagai perempuan saya bisa mengerti kalau para lakilaki itu mempunyai istri kedua baik itu secara siri or resmi???
Ya, saya bisa mengerti dan bisa menerima hal tersebut.


Sebagaimana kebutuhan makan yang harus dilakukan, urusan biologis yang satu itu kan juga butuh makanan juga.
Toh urusan cinta itu berbeda dengan urusan biologis….

Dalam hal ini, apakah berarti aku menerima laki laki yang dapat dengan mudah berkencan dengan perempuan perempuan tersebut?
TIDAK.
Atau mungkin lebih benar… TIDAK MAU TAHU.

Habis gimana ya, banyak masalah yang terkait didalamnya… mau bilang apa…
Life still must go on…. Ya kan?
Lihat aja nanti… !!!!!!!!

NB: saya tahu pasti banyak laki laki yang membaca tulisan ini akan tidak terima, jadi… tulisan ini tidak menerima komentar… hahaha!!!!

catatan tambahan lagi... tulisan di atas mengesampingkan status penulis yang juga perempuan, istri dan ibu... tp tulisan di atas.. murni pandangan dari luar lingkaran.

Monday, September 18, 2006

Generasi 3G



Beberapa hari terakhir ini spanduk TELKOMSEL tentang 3 G di tempat tempat tertentu membuat aku ingin lebih tahu tentang makna 3 G tersebut.
Pernah sih baca di tabloid soal 3 G, tp masih belum jelas. Maklum tabloidnya minjem.
Akhirnya, daripada bloon, mending tanya dong ke teman yang lebih tahu urusan informasi dan komunikasi ini.

"3 G itu apa sih maksud sebenarnya?... apakah karena bisa dipakai lihat siaran televisi di HP..makanya ada HP generasi 3 G gitu?"
(pertanyaannya yang ndak teknis banget.. lha wong memang ndak ngerti urusan teknis 3 G)..

then,... inilah hasil pembelajaran soal 3 G dari seorang teman...

1st Generation adalah masa layanan telepon generasi pertama di awal 1980an, Generasi pertama semuanya berbasis pada teknologi analog seperti AMPS (North America), TACS (UK), NMT (Skandinavia), dan J-TACS (Jepang)…. Inget Motorola Star-Tacs?

Lalu muncul kebutuhan untuk meningkatkan bandwidth frekuensi secara lebih efisien. Hal itu melahirkan standar generasi berikutnya (2G), yang seluruhnya berbasis teknologi digital. Sistem standar 2G yang muncul secara global adalah GSM yang menjadi teknologi paling dominan dengan pangsa pasar 74% dunia.

GSM pun terus mengalami penyempurnaan, Sistem penyempurnaan data pertama adalah kemampuan GPRS yang mampu memberi layanan data rata-rata 10-40 Kbps bisa MMS, dan Browsing Internet kemudian muncul EDGE yang dengan kecepatan rata-rata 30-150 Kbps.

Lalu 3G apa? 3G adalah era dimana jaringan telekomunikasi sudah mampu menghantarkan informasi dengan kecepatan transfer 2 MBps. ( bukan Kilo Byte/second )
Makanya bisa ngirim suara dan gambar ( video phone, TV broadcast, Online Music dll )

Dah cukup ngerti?... jadi kalo 3G entar udah umum di Indonesia, ya terpaksa lah kita juga beli Hape 3G, padahal harganya amit2, wong sebenernya kita sukanya Cuma SMSan doang kok…. Ya to? Tapi.. kenapa harus beli? Lha.. Ntar disangka kuperrr lagi… hhhh… jadilah kita korban teknologi 3G.. dan bye bye HP GSM….

Tapi jadi geli juga kemaren.. ada teman yang punya Nokia N 70... entah bisa dipakai 3 G or not.. tp yang pasti kameranya bagus hasilnya... pas aku tanya dia... biasa pake internet lewat hp ndak?... dia jawab... ndak tahu.. ndak pernah coba...
Alamak!!!
Gimana ini.. coba yang punya itu HP aku.. sudah tak pake semua itu fasilitasnya...
lha wong cuma dipakai SMS dan telpon.. ngapain pake yang canggih canggih ya??

Sunday, September 10, 2006

Like Mother Like Daughter



Minggu sore, jam 16.30 WIB. Saat aku membaca Mingguan Kompas, si bontot yang saat itu tepat berumur 5 tahun 2 hari, tiba-tiba duduk manis depanku dan terdiam.
Satu pertanyaan terlontar dari dia,

Si bontot : "Bu, harusnya pas aku bayi dulu, ibu jangan bedakin aku".
Aku : "Kenapa memangnya honey?"
Si bontot : "Iya, kan kalau dibedakin aku jadinya perempuan".
Aku : "memang kalau ndak dibedakin kenapa?"
Si bontot : "Iya, kalau dibedakin kan jadi perempuan, padahal aku kan pengin jadi laki laki:
Aku : ????????????????????? (bingung mau jawab apa)


nb: foto diatas adalah si bontot yang maksa minjam baju koko kangmasnya

Monday, September 04, 2006

Mengeluh? atau Melenguh?

Sedikit dari kita menyadari akan semua kelebihan dan kekayaan yang kita miliki dalam hidup ini…

Pengertian “Kaya “ disini jangan selalu diidentikkan dengan Uang, Intan Mas Berlian….Bukankah kesehatan adalah kekayaan yang tidak ternilai?, bukankah posisi pekerjaan yang kita miliki adalah kekayaan?, bukankah anak2 kita yang cerdas cantik dan tampan adalah kekayaan yang luarbiasa? ….

Hidup ini penuh dengan kekayaan yang berlimpah, Tapi apa yang terjadi? Setiap hari kita mengeluh dan berdecak kesal…. Jarang kita mensyukuri kekayaan yg kita miliki

Jadi …..

Ya kalau pas lagi berada di tengah kemacetan, harus pasrah ngalah.
memang macet.. mau gimana lagi. nikmatilah kemacetan itu. masih untung macet didalam kendaraan sendiri.

Kalau kendaraan mogok, ya... terimalah.. untung baru mogok, tidak terkena masalah lain yang lebih parah di jalan raya.

Kalau pekerjaan tidak memuaskan hasilnya hari ini, selalu berpikir positif. Masih bersyukur, dapat melakukan pekerjaan berguna dan menghasilkan.
Masih banyak lho pengangguran yang ingin mendapatkan kesempatan kerja.

Kalau tiba2 kita merasa miskin, tua dan sengsara di kehidupan ini… bersyukurlah Gusti Allah masih memberikan kita hidup. Walaupun tidak berkecukupan, at least... kita dapat menikmati hal hal yang indah indah yang kasat mata.

Karena itu.. bersyukurlah dan jangan mengeluh...

*coba bisa ndak ya mulai sekarang : Start sekarang ! sampai nanti malam, kita mencoba bertahan untuk tidak mengeluh sepatah katapun. Tidak ada kata : Aduh !, Alah.. Uhhh, Asem kecut!, even decak ...Ck.... dan kita hitung.. berapa lama kita bisa bertahan.. :), makin lama waktunya. makin bagus, karena artinya kita adalah orang yang mampu menyikapi kehidupan dengan rasa syukur.

Monday, August 28, 2006

DIAM

Kala kamu sudah tidak dapat mengungkapkan apa yang segala apa yang ada di dalam pikiranmu.
Kala kamu sudah tidak boleh mengungkapkan apa yang menjadi tanya mu
Hal terbaik yang kamu lakukan adalah........

DIAM.

Wednesday, August 23, 2006

Yang paling bertanggungjawab

Di Makasar, ada seorang anak kecil (di bawah 13 tahun) dipukuli ramai ramai oleh orang orang (biadab) yang bisa dibilang dewasa, hanya karena si anak mengambil, atau boleh dibilang mencuri uang sebesar Rp.4.000,- (Empat ribu rupiah) milik seorang pedagang, dengan alasan disuruh oleh ayahnya untuk mencuri.

Siapa yang paling bertanggung jawab dalam hal ini???
....................
....................
NEGARA!!!!

Friday, August 18, 2006

Nasionalisme atawa Almamaterisme ???

Sambil berpikir dimana sekiranya aku harus memarkir kendaraan yang paling dekat untuk mendekati istana negara aku menjalankannya menuju arah monas dari jalan jenderal sudirman. Ternyata, jalan merdeka barat ditutup oleh petugas, otomatis mau tidak mau harus berbelok menuju merdeka selatan dan dengan pertimbangan bahwa khawatir parkiran penuh di stasiun gambir, aku berbelok ke tempat parkir monas di depan kantor gubernur dki.
Dengan cepat aku cari tempat parkir, dan memberitahu anak anak bahwa kita harus berjalan cepat, karena saat itu sudah pukul setengah lima. Aku mengajak anak anak berjalan agak cepat, karena terdengar suara terompet tanda upacara akan dimulai. Terburu-buru. Anak anak sampai mengeluh, mengapa jalanku cepat sekali.
Akhirnya setelah menyeberangi area monas yang cukup jauh juga untuk anak anak, sampailah kita ke depan istana negara. Sempat aku tanyakan apakah sudah ada marching band yang main, yang dijawab oleh petugas dengan penjelasan bahwa upacaranya baru saja dimulai.

Aku dan anak anak berjalan mendekat ke arah tempat paling depan dari kerumunan orang yang ada di istana negara, yang sedang mengikuti jalannya upacara penurunan bendera. Cukup banyak orang berdesakan di baris depan kerumunan tersebut. Hingga akhirnya sampai juga dibarisan terdepan dengan pagar polisi di depan kami semua.

Upacara masih berlangsung hingga akhir saat bendera pusaka diserahkan ke presiden SBY. Akhirnya aku menyuruh si sulung menanyakan kepada polisi di depannya, apakah unit marching band sudah main? Dan dijawab oleh polisi tersebut, bahwa sudah main dari tadi, sekitar jam 16.00 WIB.

Alamak! Lemaslah aku. Sudah bersusah payah menuju istana negara, ternyata unit marching band UGM sudah main.
Langsung, anak anak aku ajak pulang. Menyesal, kenapa tadi tidak minta informasi soal jam main adik adik tersebut ya?
Tapi, ya udahlah. Apa boleh buat. Tinggal komplain aja ke teman teman yang tidak memberi tahu jam main adik adik MB UGM tersebut. Hanya memberitahu tanggal dan event nya.

8 tahun tinggal di Jakarta, namun tidak sedikitpun ada keinginan untuk mengikuti acara yang diadakan di istana negara tiap tahun tersebut. Ada banyak alasan yang dapat dijadikan excuse. Dari alasan, jarak, repot, bisa lihat di televisi, males dan sebagainya, sehingga upacara di istana negara tersebut tidak masuk di agenda kegiatan ku untuk dilihat secara langsung.

Namun, mendengar unit marching band UGM diminta tampil di acara penurunan bendera tanggal 17 agustus 2006 kali ini di istana negara, ada keinginan kuat untuk datang ke istana negara dan menyaksikan unit band kebanggaan ini. Walaupun akhirnya gagal menyaksikannya secara langsung, namun cukup puas, karena akhirnya dapat menyaksikan secara langsung juga acara penurunan bendera di istana negara saat hari kemerdekaan RI tersebut, dan mungkin terakhir kali aku bisa melihat acara seperti itu.

Dalam perjalanan kembali ke tempat parkir, aku jadi tersadar, mengapa demi unit marching band almamater aku bersedia merepotkan diri untuk datang ke istana negara ini.
Apakah dengan demikian rasa nasionalisme ku berkurang? Apakah rasa almamaterisme ku lebih tinggi daripada rasa nasionalisme ku? (perlu dicatat, almamater disini bukan berarti UGM, tp untuk unit marching Band UGM, hehehe ini kata orang yang sudah keracunan darahnya dengan unit marching band ugm dan minum air dari sumber air di boulevard UGM).

Ah, entahlah.
Yang pasti sebagai seorang Ibu, setelah ini, sepertinya aku harus lebih mengenalkan rasa kebanggaan tentang Indonesia kepada anak anakku, walaupun carut marut masalah yang muncul di negara tercinta ini membuat rasa pesimis lebih besar daripada optimis.

Maksud tulisan "TANGAN"

Suatu hari, saya harus mengirim uang via rekening, tiba tiba teringat bahwa catatan no rekening masih ketinggalan di rumah. Akhirnya, karena sudah keburu di depan bank yang dimaksud, sayang lah kalau tidak jadi transfer, saya memutuskan untuk menelpon asisten domestik di rumah untuk menanyakan nomor rekening tersebut.

Saya : El, tolong kamu lihat tas yang di meja ibu, ada dua lembar kertas putih undangan. Coba kamu ambil dulu, nanti tak telpon lagi

Saya : Sudah ketemu?
Asisten : Sudah bu
Saya : coba kamu lihat, di salah satu undangan tersebut, ada tulisan tangan nya ndak?
Asisten : sebentar bu saya lihat
Saya : Ada kok kalau tidak di bagian bawah ya atas, di salah satu kertas itu
Asisten : tidak ada bu
Saya : ah, ndak mungkin, wong kemaren ibu inget banget mbak nya nulis di kertas itu
Asisten : tidak ada bu
Saya : coba kamu lihat lagi… tulisan tangan pakai pensil.. ada ndak?
Saya : tulisannya angka angka, kalau ndak 9 angka ya 10 angka
Asisten : tidak ada bu
Saya : mosok sih? Tulisan tangan pake pensil, deretan angka angka? Ada ndak?
Asisten : tidak ada

Karena asisten ini tetap bilang tidak ada akhirnya saya berpikir, kemungkinan dihapus anak anak, tp saya tetap tidak yakin anak anak main hapus tulisan di kertas tersebut. Bukan konsumsi mereka untuk menghapus tulisan di kertas yang ada di tas ibunya.
Namun, karena asisten ini tetap kekeh bilang ndak ada. Ya sudahlah, transfernya nanti malam saja setelah sampai rumah via atm dekat rumah saja.

Sesampai di rumah pada hari yang sama, saya langsung lihat kertas yang saya maksud tadi siang. Ternyata ada tuh, tulisan no rekening yang tak maksud tadi siang. Tetap ada tertulis di kertas yang diambil asisten saya tersebut.

Akhirnya, saya tunjukkan ke asisten saya lagi

Saya : lho el, ini ada tulisan yang tak maksud tadi siang
Asisten : oh, tulisan itu bu… tadinya saya juga sudah mikir yang dimaksud yang itu, tp takutnya salah.
Saya : lho, ibu kan bilang nya jelas kan? Tulisan tangan pake pensil, deretan angka angka? Ya kan. Lha ini kan jelas tulisan angka pake pensil di bawah ini. Dan bukan ketikan, tp pake tangan nulisnya
Asisten : iya bu. Benar
Saya : lha.. kalau gitu, td siang pas kamu bilang tidak ada itu, maksudmu, yang ndak ada yang mana?
Asisten : ya tulisan tangannya ndak ada
Saya : lho.. lha ini apa bukan tulisan tangan?
Asisten : bukan bu, kan tulisannya bukan “tangan”
Saya : ha?.. lho… oalah.

Saya heran. Bagaimana mungkin asisten ini menangkap maksud saya tulisan tangan itu dengan tulisan “tangan”.
Amit amit ah.
Mau ngomel gimana? Yang ada gueli setengah mati.
Ampun ampun.. ternyata cara berkomunikasi ku masih belum bagus. Karena masih belum dapat ditangkap orang lain dengan gampang.

Akhirnya saya mencoba tanya ke pihak ketiga.
Apakah cara bicaraku salah? Setelah saya ceritakan dengan detail bentuk percakapan tersebut diatas.
Yang ada, hanya tertawa saja. Mungkin memang harus mencoba bentuk komunikasi sederhana yang lebih diperjelas. Kalau perlu deskripsi visual dari maksud komunikasi tersebut dapat ditangkap dengan kata kata.

Setelah saya olah alih bentuk percakapan diatas, saya mendapat kesimpulan, mungkin kalimatnya harus diubah begini
“ada tulisan angka angka pakai pensil”
Bisa confuse lagi ndak kalau kalimatnya berubah seperti itu???


Tabik!

Thursday, August 10, 2006

Mana yang lebih lucu?

Dalam suatu pembicaraan dengan salah seorang officer bank untuk suatu kasus.

Debitur kredit bermasalah yang status penyelesaian kreditnya sudah diputuskan untuk diselesaikan dengan skema yang sudah ditentukan dan disetujui oleh bankir.
Namun karena suatu kondisi, si debitur mengajukan suatu usulan untuk mengubah tabungannya yang diblokir pokok dan bunganya untuk diubah menjadi deposito dan bunganya masuk ke rekening tabungan. Jadi yang diblokir depositonya saja.

Debitur : bagaimana pak, kalau tabungan dan bunga yang diblokir tersebut, saya ubah menjadi deposito dan bunganya dapat di tempatkan di rekening tabungan saya?

Bankir : ya.. bisa saja pak. Namun nanti skema penyelesaiannya harus diubah dan dirapatkan lagi oleh komite untuk mendapat persetujuan baru.

Debitur : Jadi saya harus mengajukan permohonan baru ya pak

Bankir : iya pak. Ya kalau bisa diberikan lagi jaminan baru untuk pengubahan status tabungan menjadi deposito tersebut.
Namun, jadinya ya lucu ya pak, kreditnya saja, bunganya sudah kita hentikan. Kok bunga simpanannya minta tetap dibayarkan.

Debitur : wah, kalau mau dibilang lucu. Yang lucu lucu lainnya kan banyak terjadi di negara ini pak. Ya kan? Lha itu koruptor yang jelas jelas koruptor saja mendapat kesempatan istimewa menghadap presiden. Ya kan pak?

Bankir : iya. Kalau saya sih, itu semua digantung saja semua. Para koruptor itu.

Debitur : lha iya pak.
Itu para debitur kelas super kakap saja malah bisa bersilaturahmi dengan presiden. Aneh to? Jadinya… lucu mana pak?

Bankir : Ini memang negara Srimulat

Thursday, August 03, 2006

Jamila dan Sang Presiden

Sahwat lelaki boleh meluap membanjiri setiap tempat dan waktu
Dan anak anak gadisku sah untuk diperkosa
Sah jadi bulan bulanan kemunafikan
Diludahi, diejek, dikejar-kejar, bahkan diundan-undangkan…

Lahir cantik…
Di usia balita Jamila digadaikan ayahnya pada seorang mucikari
Seperti melawan badai, ia terhempas-hempas
Sendirian, terjebak dan hanyut..

Jamila, adalah satu dari puluhan juta anak-anak senasib
Korban perdagangan seks anak anak di bawah umur
Korban kemunafikan, ketamakan dan kemiskinan tanpa akhir.

(dari tulisan pengantar pentas “Jamila dan Sang Presiden”)



Menonton pementasan karya Ratna Sarumpaet yang berjudul “Jamila dan Sang Presiden”, kembali membuat saya jadi ingat kembali beberapa topik yang sering dibahas bersama teman teman antropolog. Begitu banyak persoalan tentang perempuan, yang tidak pernah terselesaikan hingga akar akarnya. Hanya pembahasan pembahasan, penelitian-penelitian, dan berbagai topik diskusi yang sangat absurd, tidak memberikan jawaban atas masalah-masalah tersebut.

Karya Sarumpaet kali ini berfokus kepada perdagangan perempuan. Ya, perempuan dijadikan komoditi seks dan diperdagangkan. Bagaimana asal mula adanya kegiatan perdagangan perempuan ini sebenarnya?.
Perempuan yang dijadikan komoditi seks identik dengan pelacur. Dijaman Soeharto disebut wanita tuna susila, dan saat ini disebut pekerja seks komersial.
Apapun sebutannya, kegiatan yang dilakukannya adalah sama. Kegiatan yang ada karena adanya laki laki yang membutuhkan wadah untuk penyaluran hasrat biologis.

Kalau dirunut sejak awal keberadaan sejarah umat manusia ini, pelacuran (prostitusi) ini sudah ada sejak jaman baheula. Jikalau memang demikian, kegiatan ini merupakan kegiatan memang ada dan harus ada (kali ya??!) selama masih ada kehidupan di bumi ini. Kecuali…. Kalau laki laki petualang seks itu sudah pada sadar semua.. mungkin kegiatan prostitusi jadi hilang.

Ah, iya.. kembali ke pementasan Teater Satu Merah Panggung. Saya melihat penampilan mereka bagus. Sarat pesan moral. Penuh pesan penderitaan dari para perempuan yang menjadi pelacur karena keterpaksaan. Atau bahkan karena dijual oleh orang tua mereka sendiri, atau bahkan oleh suami mereka sendiri.
Perempuan-perempuan yang tidak berdaya untuk lari dari kondisi yang dipaksakan kepada mereka. Mungkin hanya kematian yang membuat mereka bias berhenti dari ketidak berdayaan tersebut.

Cerita tentang Jamila, seorang perempuan pelacur, yang sudah dijual oleh ayahnya sendiri saat dia berumur 2 tahun kepada mucikari, dan akibatnya sudah pasti, saat dia beranjak remaja, menjadi pelacur adalah imbalah yang harus dilakukannya kepada mucikari yang sudah memelihara dia sejak kecil.
Dalam rangkaian kehidupan yang penuh paksaan dan derita tersebut, Jamila membunuh beberapa orang laki laki yang menurutnya memang harus dibunuh. Ada ayah dan anak yang harus dibunuh karena mereka tidak henti hentinya menggaulinya di saat mana seharusnya mereka adalah tempat berlindung kala dia berlari dari tempat pelacuran.
Ada seorang menteri yang dibunuhnya, karena menurutnya memang dia harus membunuhnya.
Cerita yang berjalan 2 masa, masa sekarang adalah Jamila yang berada di penjara menunggu putusan pengadilan, dan masa lalu tentang latar belakang kehidupan Jamila, membuat cerita di panggung terasa tidak membosankan.
Dua Jamila, Jamila masa kini dan Jamila masa lalu, sama sama tampil dalam satu panggung, namun dalam sisi yang lain.
Di saat Jamila yang sedang di penjara bercerita, maka cahaya akan menyorot bilik penjara tempat Jamila berada, dan saat kehidupan Jamila yang lalu diceritakan, lighting akan berpindah ke sisi panggung yang lain.

Walaupun satu panggung dua penceritaan, hal tersebut tidak membuat alur cerita jadi membingungkan. Kedua masa tersebut dapat sambung menyambung dengan rapi, tanpa harus membuat penonton berkerut.

Akting ke dua pemeran Jamila cukup bagus. Namun acting Peggy Melati sebagai sipir, mungkin harus dipertegas lagi. Masih ndak pantes dia jadi seorang sipir penjara wanita. Masih terlihat wah dan… suaranya masih belum berkarakter sebagaimana seorang sipir. Entah ya, ataukah mungkin karena belum terbiasa jadi pemain teater mungkin ya.
Ya.. siapa tahu, pada pementasan pementasan berikutnya yang akan diadakan di beberapa kota lain, sudah jadi lebih bagus.

Harus diakui, terbiasa melihat pementasan teater koma, dengan segala macam property yang begitu lengkap. Pementasan kali ini, sangat sangat sepi property. Bisa dibilang hanya satu amben (bangku panjang dan lebar).

Selesai menonton pementasan tersebut, menyisakan banyak rasa sesak di dada, mengapa perempuan lagi lagi menjadi obyek dan jadi pesakitan yang seolah olah harus diberantas. Pelacur lah yang salah. Dalam hal ini, perempuan lagi perempuan lagi yang dijadikan kambing hitam.
Padahal, kalau dipikir pikir, karena apa dan siapa sih, pekerja seks komersial alias pelacuran itu ada dan selalu ada. Tak pernah dapat dilenyapkan? Bukankah nafsu birahi laki laki yang tak terkontrol yang membuat semuanya itu ada. Jadi pusat masalahnya adalah pemuasan birahi laki laki yang tidak mempunyai sarana dan prasarana, yang dalam prosesnya ternyata dapat menjadi komoditi yang menguntungkan. Apalagi modalnya sangat sangat gampang.
Hanya saja, masalahnya memang tidak sesederhana itu. Tidak lantas, kita tumpas habis laki laki yang tidak dapat mengontrol birahinya itu, lantas pelacuran akan terhenti dengan sendirinya. Tidak.

Sesungguhnya tak seorang pun perempuan di bumi ini punya cita cita jadi pelacur. Tidak ada. Namun ada banyak masalah yang membuat hal tersebut selalu ada terus menerus dalam setiap generasi kehidupan di bumi ini. Adanya lingkaran setan kemiskinan, pembodohan generasi yang jauh dari jangkauan pendidikan membuat semuanya terasa begitu sulit untuk mengurangi kegiatan perdagangan perempuan tersebut.

Pesan dari cerita tersebut terlihat bahwa, sebenarnya jika pemerintah memiliki political will yang kuat untuk memberantas, atau paling tidak mengurangi perdagangan anak (perempuan) untuk dijadikan komoditi seks, pasti akan dapat dilakukan. Karena pemerintah memiliki rangkaian komando yang jelas dalam melakukan suatu pembinaan dan pengawasan hal hal yang terjadi dari pusat hingga daerah.
Kecuali pemerintah memang hanya ingin menutup mata tentang hal tersebut, sebagai mana pemerintah menutup mata terhadap masalah masalah lain yang seharusnya terlihat gambling dan jelas, namun jadi susah dirunutnya. Seperti misalnya illegal logging, pencurian ikan di perairan Indonesia, pencurian harta karun di wilayah Indonesia, pengungkapan korupsi yang kelihatannya gampang, namun jadi terlihat susah untuk menjerat pelakukanya.

Ah begitu banyak hal yang harus dituntaskan oleh generasi kita. Kalau saja, pada saat nya nanti generasiku menjadi pengurus negara, tidak polusi pikirannya oleh senior seniornya, alangkah jelasnya masa depan Indonesia nanti. Akan lebih bersih dan tegas.
Namun jika mereka teracuni pikirannya oleh urusan materi dan kedudukan yang membuat silap mata, ya sudah pasti, Indonesia tidak akan berubah. Tetap saja seperti sekarang ini, dimana korupsi meraja lela.

Semoga.

NB:
Jamila dan Sang Presiden akan dipentaskan di Surabaya tgl 4-5 Agustus, Medan tgl 11-12 Agt, Bandung tgl 21-22 Agt dan Palembang tgl 25-26 Agt. 2006