Tuesday, December 30, 2008

Women on the Bromo's Trip (JILID 1)

Menyadari tanggal 18 desember 2008 pekerjaan saya bisa tuntas, maka tanggal 15 desember kemarin saya sms teman naik gunung saya waktu sma di Semarang... "jadi ke bromo ndak?.. kalo iya.. kamu bisa ndak ambil cuti tanggal 21-22 ? aku bisa pulang tanggal 20 des."
Berawal dari sms itu, kemudian persiapan dilakukan oleh teman saya, karena start perjalanan dari Semarang.
Sekalian karena saat itu saya lagi chat dengan temen silat waktu kuliah, saya ajak sekalian, iseng.. karena ndak yakin, dia dapat exit permit dari suaminya... dan... ternyata suaminya adalah orang hebat juga.. hahahaha.. dia mengijinkan istrinya untuk main ke Bromo bersama saya.
And the story begin................

Dengan rencana agar sampai ke desa terakhir di Bromo agak sorean, maka saya memulai perjalanan dari Semarang jam 5 pagi. Saya berdua dengan teman saya, kemudian menjemput temen saya yang di Kudus. Sampai Kudus sekitar jam 6.00, mau sarapan dulu ah, di soto kudus bu JATMI,... langsung menuju warungnya dengan semangat 45. Ternyata......... belum buka, apes... Akhirnya, karena masih sekitar setengah jam an lagi baru buka, kita putuskan untuk melanjutkan perjalanan. Biasa puasa ini.. hahaha

Giliran nyetir pertama temen saya Yuni, karena dia yang tahu mana mana jalan yang rawan macet dan yang ndak... Kudus Pati Juwana Lasem... dan kita berganti di Lamongan. Karena Yuni berkeras mengajak saya untuk mampir ke Goa Maharani di Lamongan. Pikir dia, saya kan arkeolog... pastilah suka dengan obyek seperti itu. Halah!!!...
Ternyata Goa Maharani, menyatu dengan obyek wisata bahari Lamongan. Goa Maharani sendiri, salah satu goa alam, dengan banyak stalaktit dan stalagmit didalamnya, yang saya tidak dapat ambil gambarnya dengan bagus karena... keterbatasan kemampuan kamera saya...

Berhubung.. yang ada diangan angan adalah Bromo, jadilah... di tempat itu saya hanya berhenti sekitar setengah jam sekalian sarapan yang sudah kadung itu. tentu saja, sarapannya Soto Lamongan, wong berhentinya di Lamongan.
Giliran saya yang nyupir kendaraan, kebetulan jalannya sudah lancar dan tidak awut awutan...

Terus terang, saya pribadi menikmati perjalanan ini, tak perduli tujuannya, namun bersama teman teman masa lalu yang asik, perjalanan jadi sangat berarti. Enjoy banget!! Ndilalah temen seperjalanan juga perempuan perempuan yang asik, ndak rewel... dan easy going.. wis.. mantappppppppp!!!

Akhirnya, sampai Surabaya, mampir sebentar di Sidoarjo... entah kenapa ya kita mau mampir di Sidoarjo... ternyata........BAN MOBIL KEMPES... untunglah begitu keluar pinto tol sidoarjo, ada tukang tambal ban tubeless....
Setelah itu, lanjut ke Pasuruan.... tanpa bayangan apa dan bagaimana perjalanan ke sana, karena kita bertiga sama sama blank tentang perjalanan ini.
Ada sih ancer ancer, bakalan ada yang bisa bantu kita, salah satu guide travel kenalan Yuni, namun saya ndak gitu yakin bakalan berguna...
Ternyata benar perkiraan saya, si guide tidak muncul di tempat yang telah jadi meeting point, akhirnya.... dengan semangat berpetualang, kita melanjutkan perjalanan sendiri naik ke bromo.

Saat itu sudah sekitar jam 6 sore, hawa sudah dingin saat kita mulai membuka kaca jendela, plong rasanya bisa mencium hawa gunung lagi... dan... gawat!!, kabut sudah mulai datang menyergap. Jarak pandang lampu mobil hanya sekitar 10 meter. Mana jalan sudah mulai berkelok kelok lagi... Kemudi diambil alih oleh Yuni, karena dia tahu saya punya masalah dengan penglihatan. Kemudian, Saya jadi copilot, melihat kalau kalau ada mobil dari arah berlawanan, karena benar benar saat itu kita tidak sadar, di sebelah kiri apa dan di sebelah kanan apa. Hanya berpatokan pada lampu mobil yang menyorot jalan aspal saja.
Akhirnya... setelah beberapa lama kami bertiga tercekam dengan tebalnya kabut yang menyertai perjalanan ini, kita sampai juga ke wilayah yang sudah bersih dari kabut.

Lega.
Namun kekhawatiran datang lagi, hari sudah mulai gelap. Mana belum sampai desa terakhir lagi.
Tetap dengan yakin kita lalui jalan tersebut, kebetulan ada satu motor orang Tengger yang bertemu dengan kita tadi di POM Bensin terakhir di daerah hotel hotel tadi. Kita lalui jalan selanjutnya dengan mengikuti motor penduduk setempat tersebut. Penduduk yang ramah.

Sampai juga kita ke desa terakhir sebelum naik Bromo, nama desa itu adalah Desa Ngadisari. Di tempat tersebut begitu banyak penginapan ditawarkan oleh penduduk. Baik berupa vila, kamar di rumah penduduk ataupun hotel. Lengkap lah. Namun sedikit mengecewakan karena begitu banyak calo yang merubung kita. Sampai rasanya kita kesel banget. Sudah capek.. bingung.. dirubung banyak orang...
Akhirnya, saya mengabaikan semua mereka, saya putuskan langsung masuk hotel. Lebih pasti tarifnya dan tidak bingung.

Berhubung kita ini kan pergi bertiga, jadinya ya urusan pilih kamar hotel harus ditentukan bertiga, pilah pilih harga (walah... !!) akhirnya.. dipilih kamar tidak ber air hangat!! (mati awak... bisa ndak mandi ini.... ).. namun keputusan bersama lebih penting daripada air hangat!!. (ihik!)
Brrrrr... gila.. dinginnya....ndak deh.. ndak mandi... tp temen saya Yuni tetep mandi dengan semangat.. gila ini anak ya... dinginnya sudah ampun gini, kok mandi pake air dingin pula.. ih...!!!

Saya mencari informasi tentang bagaimana kita dapat mencapai Bromo, saya lebih senang tanya orang hotel, biar ndak kebanyakan informasi masuk, daripada tanya penduduk setempat, bisa dirubung orang 20 lagi ntar...dan yang pasti.. jadi beda beda semua.
Ternyata begini lho.... bayangan saya dan temen temen... bahwa kita bener bener naik gunung Bromo, langsung byaaar.. ilang.
lha gimana... semua bisa dicapai dengan kendaraan. Namun, kita harus memakai kendaraan yang sudah disediakan oleh paguyuban di wilayah ini.
Dengan kendaraan Hardtop (entah bener or ndak nulisnya), kita harus membayar tarif resmi sebesar Rp. 275 ribu sekali jalan dengan rute G. Penanjakan, Gunung Batok dan G. Bromo...
Dengan tarif masuk taman nasional per orang Rp 6 ribu, plus... mungkin tip sana tip sini, akhirnya disepakati tarif sebesar Rp.350 rb. Saya ya maklum maklum aja lah..Pdahal kalau ada yang nawarin jalan kaki.. sih mau mau aja... cuma.. yang ngguide in itu ndak ada yang mau...!!!!
Ada yang menarik dalam kegiatan tersebut, seluruh kendaraan yang dipakai wisatawan dari Desa Ngadisari adalah jeep toyota hardtop. Ada berpuluh jeep di desa ini yang standby. Sistem yang dipakai adalah sistem antrian.. jadi.. semua jeep pasti bakalan dapat jatah. Kata guide di seluruh probolinggo dan pasuruan.. pemilik jeep tersebut terdaftar di paguyuban yang ada di Ngadisari ini. Karena jika musim turis.. bisa ratusan jeep terpakai untuk para wisatawan ini. Jadi... kalau ada yang punya kendaraan jenis jeep ini mau dijual.. jangan khawatir.. bawa aja ke probolinggo or pasuruan.. pasti... laku!!

Lanjut....
Kita diminta berangkat jam setengah empat pagi, supaya bisa mendapatkan pemandangan matahari terbit...
Akhirnya.. perjalanan pagipun dimulai. Gelap, namun tidak berkabut, gerimis... (gawat kalau hujan nih!). Dengan sopir yang berlagak sebagai seorang guide... dengan menceritakan legenda tentang terjadinya kawah di G Bromo tersebut. Ya.. lumayan lah, walaupun cerita seperti itu sudah pernah kita baca waktu dulu. Dia bercerita banyak hal, bagaimana kalau saat rame, bisa bisa seluruh hardtop di pasuruan dan probolinggo semua dipake untuk naik.

Waktu melewati lautan pasir, kami melihat ada sekitar 2 kendaraan hardtop lagi yang menyusul kami. Dalam hati saya berpikir, wah seru nih cuma sedikit pengunjung hari ini, maklum ini kan hari Senin. Begitu sampai G. Penanjakan.... hah............???!!! kaget! ternyata sudah ratusan orang di sana. Halah!!!!! ternyata sebagian naik dari Probolinggo, jadi tidak melewati Desa Ngadisari.
Bayangan saya tentang pemandangan alam yang pure alami.. ilang sudah.

Jadi.. di G. Penanjakan di bangun sebuah tempat duduk bertingkat.. seperti teater terbuka gitu, dengan pemandangan ke arah g. bromo, g batok dan g. semeru.
Kira kira menampung sekitar..... 200 or 300 atau malah 400 pengunjung kali ya...




Namun, dengan semangat... sama sama ingin melihat matahari terbit di Bromo, ya akhirnya saya berbaur juga dengan mereka semua, entah rombongan dari mana saja itu.
Tunggu punya tunggu,... katanya sunrise jam 05.15.....kok itu kabut tebal ndak ilang ilang ya.... gawat itu....
saya sendiri harap harap cemas... kalau sunrise bener bener ndak muncul... sia sia lah perjalanan Semarang - Bromo ini?????
Jam 05.15 lewat.... jam 05.30... lewat juga... jam 05.45 lewat juga... wis.. pasrah.. bakalan lewat bener ini... kabutnya tebel banget...
Saya rada manyun, karena sunrise ndak nongol... cuma ngintip..dikit.. ilang lagi.. berkali kali cuma ngintip. Sedih karena bakalan ndak dapat gambar bagus deh perjalanan kali ini.


Hhhh..!... ya sudahlah dia tidak jadi nongol ndak papa.. akhirnya saya hanya menunggu kabut hilang untuk dapat melihat pemandanganan bromo batok semeru.....
Gila perjuangan menunggu kabut hilang itu seru juga.. bahkan bule bule yang bersama sama menunggu kabut hilang pun menyerah dan meninggalkan tempat tersebut... jam demi jam berlalu....
Namun saya dan teman teman tetep bertahan, akhirnya... kabut sedikit demi sedikit menghilang... dan cepet cepet pasang aksi untuk ambil gambar-gambar panorama yang ada...
sampai bule bule yang sudah pergi tadi.. lari gedebugan pada datang lagi....berburu dengan kabut...
dan.. tiba tiba.........ssssssssssssssset.. kabut datang dengan cepat.. pemandangan pun buram lagi...
Tunggu lagi......... sampai kita bener bener mendapatkan gambar paling memungkinkan yang bisa disimpan dalam kamera digital yang berkemampuan terbatas ini.
Kabut memang sengaja menggoda kita hari itu, dateng dan pergi dengan begitu cepat. Menyebalkan.... namun... membuat kita jadi sangat tidak berdaya melawan kehendak alam. Itu baru kabut di gunung... gimana dengan bencana alam....


Akhirnya.... dengan sedikit menyesal karena tidak dapat melihat sunrise, kami tinggalkan penanjakan, setelah mendapat beberapa foto yang tidak memuaskan saya pribadi.


Perjalanan dilanjutkan menuju bromo melewati lautan pasir..... Untunglah udara cerah waktu kita turun dan tidak hujan. Untuk sampai di kawah G.Bromo, pengunjung dapat memilih, mau jalan kaki atau naik kuda... jika naik kuda tarifnya Rp.75 rb per orang.

Berhubung ceritanya saya dan temen saya kangen naik gunung.. ngapain juga naik kuda...???? dan ngalahlah.. temen saya dari Kudus, akhirnya kami bertiga naik kaki...
Namun, berjalan di jalan yang sama dengan jalan yang dilalui kuda, membuat saya rada tutup hidung juga.... bau kotoran kuda nya itu lho... ampun... Jadi selain jalan kaki kita harus pintar pintar cari jalur yang rada bersih dari kotoran kuda....
Untuk mencapai kawah, kita harus menaiki sekitar 250 anak tangga, entah benar entah ndak, lupa mau ngitung... keburu sesek nafas, karena asap belerang turun bersama angin...

Kebanyakan orang pasti pernah dengar nama upacara kesadha... nah.. pura dibawah ini adalah pura tempat dilakukan sebelum sesaji dilempar ke kawah G. Bromo. Biasanya tengah malam dilakukan acara tersebut sampai fajar. Begitu fajar.. bubar. Menarik.. tp.... kata si guide bisa ramai sekali saat upacara kesadha... ratusan... mobil bisa parkir berjejer sepanjang jalan desa untuk mengikuti ataupun menghadiri atau cuma melihat saja.




Saat kita sampai di bawah... rombongan yang sebegitu banyaknya tadi sudah bubar... aneh ya. Ternyata.. bisa sepi juga.. tinggal mobil hardtop yang kita sewa dan satu mobil yang dibawa kru MTV yang sedang meliput Bromo. Kalau saya ini turis.. mungkin saya langsung pulang ke hotel.. namun karena saya ini.. tukang kluyuran.. ya sudah.. santai aja dulu di lautan pasir ini dengan penduduk setempat.... yang kebanyakan mencari nafkah dari para turis.... Jadi begitu turis bubar.. mereka berkumpul... menghangatkan diri di depan arang yang dibakar. Saya rada tertarik dengan kegiatan tersebut.. maka.. jadilah... ikutan menghangatkan tangan... ngobrol sana ngobrol sini... langsung.. insting antropolog nya keluar.. (hahahahaha! sok banget ya???)
Akhirnya... dapat tawaran naik kuda... gratis sebenarnya.. tapi kok saya ndak tega....entah... lebih baik mereka berusaha begini.. daripada ribut minta sana minta sini... ya kan???? Lagian tadi saat kita jalan ke Bromo, juga ndak gitu ngeselin kok cara nawarin mereka, begitu guide kita ngomong... tamunya mau jalan kaki.. mereka langsung membubarkan diri. Jadilah... saya pinjam kuda sebentar untuk berpose sebagai.... koboi kesiangan...

Women on the Bromo's trip.. with the jeep driver.
Ada dua tujuan lain setelah G. Bromo, yaitu di pasir berbisik dan padang savana... Namun... kabut sudah mulai turun lagi, karena saya dan teman teman kelamaan nongkron di lautan pasir dengan penduduk setempat.......
Akhirnya... back to the hotel... dan.... brrrrrrrrr dinginnya air membuat saya enggan mandi. Namung mengingat.. tadi sudah berkumpul dengan kuda... akhirnya dengan sedikit ngomel ngomel.. mandi juga akhirnya.. hahahaha!!!
And the story back to Surabaya dan Semarang... will be continued next....
Satu yang sangat berkesan bagi saya dan teman-teman... perjalanan tersebut.. walaupun tanpa tujuanpun... akan tetap berkesan. Entah kenapa... it s a wonderful trip.... yang pasti.. women only. Jadi.. teman yang cocok adalah hal yang sangat penting dalam satu perjalanan jauh.
Mungkin tahun depan eh salah tahun ini.. kita akan jalan lagi... and... of course... WOMEN ONLY!!!! ada yang mau gabung.... ?????
...

Thursday, December 18, 2008

Tuesday, December 16, 2008

I want to be loved

Mencintai orang adalah hal yang paling susah menurut saya.....
Yang paling enak adalah kalau orang mencintai diri kita...

Iya.. sih... habis.. gimana???
Kalau kita mencintai orang... begitu banyak hal hal yang harus kita korbankan....demi cinta itu.. (cieeeeeeeee!!!!)
Wis.. jan.. yang pasti satu hal......kebanyakan korban perasaaan !!!!

Lha kalau orang seperti saya ini..... yang dikenal sebagai orang yang tidak punya perasaan ... (karena selalu berusaha menempatkan segala sesuatau base on logically thinking).....
apa yang akan dikorbankan....perasaan aja ndak punya... apalagi hatinya.. ya moh.. kalau hati harus dikorbankan... mosok saya jadi ndak punya hati lagi....

Tapi... kalau orang lain mencintai kita.... wah.... asli paling enak.. karena ada orang yang mau mengorbankan dirinya... demi kita... (wah.. kepala langsung gedeeeee!)
Jadi.... kalau saya disuruh memilih... mencintai atau dicintai???
Saya akan lebih memilih dicintai....
hahahaha........
nb: cinta disini yang saya maksud adalah cinta antara sepasang kekasih baik lain jenis maupun sesama jenis... cinta yang itu tuh.. bukan cinta dari orang tua ke anaknya.. atau sebaliknya...

Monday, December 15, 2008

Saya sedang heran... kenapa semua orang di sekeliling saya pada berubah ya. Entah itu berubah ke arah yang lebih baik atau sebaliknya....
Yang pasti, perubahan itu sangat berarti buat saya, karena saya selalu komplain akan adanya perubahan yang pelan namun pasti itu.
Jika saya sudah komplain, biasanya saya yang akan dikomplain balik, kenapa saya masih tetep ingin semua berjalan sama seperti lima tahun yang lalu (misalnya). Sementara semua sudah berubah.

Umur kita bertambah, fisik kita berubah, cara berpikir kita pun berubah juga. Namun untuk hal hal tertentu saya masih ingin tetap mendapatkannya, tetap, tidak berubah sedikitpun. Jika sudah begitu, biasanya kekecewaan demi kekecewaan lah yang saya hadapi dan saya terima.
Perubahan sikap, perubahan cara pandang, perubahan cara pikir.... kadang kadang saya tidak dapat menerimanya mentah mentah.

Entah kenapa, saya selalu menyesal... kenapa harus selalu berubah ya??? Tidak bisakah saya menerima hal yang sama seperti lima atau empat tahun lalu yang pernah saya terima?
Mengapa harus berubah tahun ini? dan tahun tahun yang akan datang? Akankah tetap ada perubahan-perubahan itu???

apapun itu... kalaupun ada yang tetap... pastilah perubahan yang terus menerus itu ......yang selalu tetap ada..

Saya.. yang selalu merindukan masa lalu yang indahhhhhhhhhhhhhhhhhhh !!!!!!!

Friday, December 12, 2008

Mau ngamen kok nyindir...????

Saya termasuk orang yang senang merekam gambar gambar dan peristiwa yang ada di lintasan mata saya.
Saya, rekam.
Saya urutkan.
dan akhirnya saya analisa,
untuk menghasilkan satu pernyataan (namun belum sampai pada tahap kesimpulan)..

Sudah beberapa bulan terakhir... anak anak punk, (maaf.. dalam hal ini konsep PUNK sedikit agak rancu dengan penampilan PUNK, dalam konteks tulisan ini saya tulis anak PUNK adalah.. anak anak berpenampilan PUNKers)

Nah.. tahun lalu... saya lihat para punkers ini belum se lebar sekarang jangkauan area nya
Paling paling saya hanya melihat mereka di sekitaran pasar minggu, pejaten, buncit... sambil bawa satu gitar,
berpenampilan hitam hitam, celana kadang mlotrok... sobek, dan assessoris lain yang menunjukkan berbedanya dia dengan kelompok se tipe yang lain. dan yang pasti dekil banget..hehehe
Saya sendiri,... ya biasa aja lah melihat mereka...
Mereka biasanya ngamen di angkot, or antar mobil di lampu merah deket TMP Kalibata...
jreng jreng jreng.. lagu karangan mereka sendiri...yang isinya biasanya sinis dan skeptis..
Nah... sudah beberapa bulan ini, mereka berani merambah KRL... ber sepuluh or berlimabelas.. mereka memenuhi gerbong kereta, nyanyi lagu ndak jelas.. dan teriak teriak...
bahkan sudah sampai di daerah tebet sekitarnya... buat saya ini adalah perluasan area yang dirambah oleh para punkers dekil ini...(padahal punkers yang ndak dekil ada juga lho)
Suara mereka yang nyanyi dengan nada keras membuat saya berpikir"ini nyanyi apa marah???" begitu pikir saya...
So far, tidak ada yang mengganggu kenyamanan saya, biasa aja..
Cuma rada menyebalkan juga kalau pas minta uang... mereka bilangnya...gini..."seribu dua ribu tidak akan membuat anda menjadi miskin"... atau " tolong hargai suara kami, ini suara manusia bukan suara anjing"....

hahahhaaha... enak aja mereka ngomong gitu ya...
jadi mengiris perasaan yang paling dalam itu..
jadinya.. sudah merogoh kantong mau ambil uang untuk mereka, tak tarik lagi, masukin lagi ke kantong...
bukan apa apa... kalimat yang menyindir itu.. ternyata membuat orang jadi enggan... bukannya suka rela ngasih, malah jadi kesal..

jadi.. mending kalau mau ngamen ngamen aja.. ndak usah pake nyindir ya...

punkers di jakarta

Padahal kalau dibanding kelompok pengamen beneran, dengan alat musik yang lumayan lengkap dan suara plus lagunya lumayan enak didenger,,... pasti merogoh kocek untuk mereka adalah hal yang gampang... dan.. yang pasti penampilannya ndak dekil dekil amat...

pengamen di KRL dengan akordion speaker

Tuesday, December 09, 2008

refresh

Rasanya waaaaah gitu ya kalau kita merasa kita ini berperan penting dalam satu event kegiatan, atau apapun itu...
Kita jadi menghargai diri kita sendiri begitu tinggi. Penting. Orang paling wah...
Namun jika hal sebaliknya terjadi, .....
Tiba-tiba kita seperti ditampar bahwa, lihat, jangan Ge eR dulu...
Ternyata kita bukan apa apa.... Nilai kita tidak setinggi itu... Tidak sepenting itu...
Kita bukan orang penting yang bisa mempengaruhi satu hal yang sedang berlangsung. Ya........

Bisa jadi kita mungkin hanyalah satu titik kecil yang mungkin berarti, tp kecilllllllllllllll banget artinya..

Rasanya shock banget ya???? kalau ternyata tahu faktanya seperti itu.
Akhirnya hal penting yang harus kita perbuat adalah, me refresh diri kita kembali.
Me refresh perasaan bahwa kita bukan hal yang penting dalam satu hal tertentu.
Me refresh kesadaran diri, agar tidak terlalu over estimated terhadap diri kita....
Me refresh diri agar melihat tataran kenyataan yang sebenarnya...
dan sadar diri, serta enjoy ajalah, lakukan apa yang bisa kita lakukan. Make it simple.

Kalau bisa ya terus sampai selesai... kalau ndak bisa ya balik lagi aja titik awal... simple kan????

Tulisan ngaco ya??
ndak juga, at least itu berdasar pada pengalaman pribadi..

Monday, December 08, 2008

Gusti Allah tidak "Ndeso"

oleh Emha Ainun Nadjib

Suatu kali Emha Ainun Nadjib ditodong pertanyaan beruntun.
"Cak Nun,"kata sang penanya, "misalnya pada waktu bersamaantiba-tiba sampeyanmenghadapi tiga pilihan, yang harus dipilih salah satu:pergi ke masjid untukshalat Jumat, mengantar pacar berenang, atau mengantartukang becak miskin kerumah sakit akibat tabrak lari, mana yang sampeyan pilih?"
Cak Nun menjawab lantang, "Ya nolong orang kecelakaan.""Tapi sampeyan kan dosa karena tidak sembahyang?" kejar sipenanya.
"Ah, mosok Allah ndeso gitu," jawab Cak Nun."Kalau saya memilihshalat Jumat, itu namanya mau masuk surga tidakngajak-ngajak, " katanya lagi."Dan lagi belum tentu Tuhan memasukkan ke surgaorang yang memperlakukan sembahyang sebagai credit point pribadi.Bagi kita yang menjumpai orang yang saat itu juga harusditolong, Tuhan tidakberada di mesjid, melainkan pada diri orang yangkecelakaan itu.Tuhan mengidentifikasikan dirinya pada sejumlah orang.Kata Tuhan: kalau engkau menolong orang sakit, Akulah yang sakit itu. Kalau engkau menegur orang yangkesepian, Akulah yang kesepian itu.Kalau engkau memberi makan orang kelaparan, Akulah yang kelaparan itu.Seraya bertanya balik, Emha berujar, "Kira-kira Tuhan suka yang mana dari tigaorang ini. Pertama, orang yang shalat lima waktu, membaca al-quran, membangun masjid, tapi korupsi uang negara.Kedua, orang yang tiap hari berdakwah, shalat, hapalal-quran, menganjurkan hidup sederhana, tapi dia sendiri kaya-raya, pelit, dan mengobarkan semangat permusuhan.Ketiga, orang yang tidak shalat, tidak membaca al-quran,tapi suka beramal,tidak korupsi, dan penuh kasih sayang?"Kalau saya, ucap Cak Nun, memilih orang yang ketiga. Kalau korupsi uang negara,itu namanya membangun neraka, bukan membangun masjid.Kalau korupsi uang rakyat, itu namanya bukan membaca al-quran, tapimenginjak-injaknya. Kalaukorupsi uang rakyat, itu namanya tidak sembahyang, tapi menginjak Tuhan. Sedang orang yang suka beramal, tidak korupsi, dan penuh kasih sayang, itulah orangyang sesungguhnya sembahyang dan membaca Al-Quran.Kriteria kesalehan seseorang tidak hanya diukur lewat shalatnya. Standarkesalehan seseorang tidak melulu dilihat dari banyaknyadia hadir di kebaktianatau misa. Tolok ukur kesalehan hakikatnya adalah outputsosialnya : kasih sayang sosial, sikap demokratis, cinta kasih, kemesraan dengan orang lain,memberi, membantu sesama.Idealnya, orang beragama itu seharusnya memang mestishalat, ikut misa, atau ikut kebaktian, tetapi juga tidak korupsi dan memilikiperilaku yang santun dan berkasih sayang. Agama adalah akhlak. Agama adalah perilaku. Agama adalahsikap. Semua agama tentu mengajarkan kesantunan, belas kasih, dan cinta kasih sesama.Bila kitacuma puasa, shalat, baca al-quran, pergi ke kebaktian,ikut misa, datang kepura, menurut saya, kita belum layak disebut orang yangberagama. Tetapi, bila saat bersamaan kita tidak mencuri uang negara, meyantuni fakir miskin, memberi makan anak-anak terlantar,hidup bersih, maka itulah orang beragama.Ukuran keberagamaan seseorang sesungguhnya bukan dari kesalehan personalnya,melainkan diukur dari kesalehan sosialnya. Bukan kesalehan pribadi, tapi kesalehan sosial. Orang beragama adalah orang yang bisa menggembirakan tetangganya. Orang beragama ialah orang yang menghormati orang lain, meski beda agama. Orang yang punya solidaritas dan keprihatinan social pada kaum mustadh'afin (kaum tertindas). Juga tidak korupsi dan tidak mengambil yang bukan haknya.Karena itu, orang beragama mestinya memunculkan sikap dan jiwa sosial tinggi. Bukan orang-orang yang meratakan dahinya ke lantai masjid,sementara beberapa meter darinya, orang-orang miskin meronta kelaparan. ~

Saturday, December 06, 2008

Gusti Allah tidak "Ndeso"

Oleh: Emha Ainun Nadjib

kupu-kupu yang jinak di tengah rimba



Suatu kali Emha Ainun Nadjib ditodong pertanyaan beruntun.
"Cak Nun,"kata sang penanya, "misalnya pada waktu bersamaantiba-tiba sampeyanmenghadapi tiga pilihan, yang harus dipilih salah satu:pergi ke masjid untukshalat Jumat, mengantar pacar berenang, atau mengantartukang becak miskin kerumah sakit akibat tabrak lari, mana yang sampeyan pilih?"Cak Nun menjawab lantang, "Ya nolong orang kecelakaan.""Tapi sampeyan kan dosa karena tidak sembahyang?" kejar sipenanya.
"Ah, mosok Allah ndeso gitu," jawab Cak Nun.
"Kalau sayamemilihshalat Jumat, itu namanya mau masuk surga tidakngajak-ngajak, " katanyalagi.
"Dan lagi belum tentu Tuhan memasukkan ke surgaorang yangmemperlakukan sembahyang sebagai credit point pribadi.Bagi kita yang menjumpai orang yang saat itu juga harusditolong, Tuhan tidakberada di mesjid, melainkan pada diri orang yangkecelakaan itu.Tuhan mengidentifikasikan dirinya pada sejumlah orang.
Kata Tuhan: kalau engkaumenolong orang sakit, Akulah yang sakit itu. Kalau engkaumenegur orang yangkesepian, Akulah yang kesepian itu.Kalau engkau memberimakanorang kelaparan, Akulah yang kelaparan itu.
Seraya bertanya balik, Emha berujar, "Kira-kira Tuhan suka yang mana dari tigaorang ini. Pertama, orang yang shalat lima waktu, membacaal-quran, membangunmasjid, tapi korupsi uang negara.Kedua, orang yang tiap hari berdakwah, shalat, hapalal-quran, menganjurkanhidup sederhana, tapi dia sendiri kaya-raya, pelit, danmengobarkan semangatpermusuhan.Ketiga, orang yang tidak shalat, tidak membaca al-quran,tapi suka beramal,tidak korupsi, dan penuh kasih sayang?"
Kalau saya, ucap Cak Nun, memilih orang yang ketiga. Kalaukorupsi uang negara,itu namanya membangun neraka, bukan membangun masjid.Kalau korupsi uangrakyat, itu namanya bukan membaca al-quran, tapimenginjak-injaknya. Kalaukorupsi uang rakyat, itu namanya tidak sembahyang, tapimenginjak Tuhan. Sedangorang yang suka beramal, tidak korupsi, dan penuh kasihsayang, itulah orangyang sesungguhnya sembahyang dan membaca Al-Quran.
Kriteria kesalehan seseorang tidak hanya diukur lewatshalatnya. Standarkesalehan seseorang tidak melulu dilihat dari banyaknyadia hadir di kebaktianatau misa. Tolok ukur kesalehan hakikatnya adalah outputsosialnya : kasihsayang sosial, sikap demokratis, cinta kasih, kemesraandengan orang lain,memberi, membantu sesama.

Idealnya, orang beragama itu seharusnya memang mestishalat, ikut misa, atauikut kebaktian, tetapi juga tidak korupsi dan memilikiperilaku yang santun danberkasih sayang.Agama adalah akhlak. Agama adalah perilaku. Agama adalahsikap. Semua agamatentu mengajarkan kesantunan, belas kasih, dan cinta kasihsesama.
Bila kitacuma puasa, shalat, baca al-quran, pergi ke kebaktian,ikut misa, datang kepura, menurut saya, kita belum layak disebut orang yangberagama. Tetapi, bila saat bersamaan kita tidakmencuri uang negara, meyantuni fakir miskin, memberi makananak-anak terlantar,hidup bersih, maka itulah orang beragama.
Ukuran keberagamaan seseorang sesungguhnya bukan dari kesalehan personalnya,melainkan diukur dari kesalehan sosialnya. Bukan kesalehan pribadi, tapi kesalehan sosial. Orang beragama adalah orang yang bisamenggembirakan tetangganya. Orang beragama ialah orang yang menghormatiorang lain, meski beda agama. Orang yang punya solidaritas dan keprihatinan social pada kaummustadh'afin (kaum tertindas). Juga tidak korupsi dantidak mengambil yang bukan haknya.
Karena itu, orang beragama mestinya memunculkan sikap dan jiwa sosial tinggi.
Bukan orang-orang yang meratakan dahinya ke lantai masjid,sementara beberapa meter darinya, orang-orang miskin meronta kelaparan. ~
================================================================

Tuesday, December 02, 2008

Sekilas lintas dari Gorontalo


Bandara di Gorontalo ada di luar kota, kurang lebih 30 km ke arah luar kota. Lumayan jauh ya, tapi ya gitu deh... entah apa pertimbangannya bandaranya terletak jauh dari kota provinsi. Bandaranya sendiri tidak terlalu besar, namun cukupanlah untuk satu provinsi yang baru terbentuk pada tahun 2000.
Dalam perjalanan dari bandara ke kota Gorontalo, kita melewati satu tanda kota, ceritanya sih macam eiffel skala lokal. Jangan salah, ada lift nya segala lho.

Saya tidak tertarik untuk berhenti ataupun singgah di tempat tersebut, tidak begitu menarik saya pikir. Habis gimana, ndak ada identitas uniknya babar blas.. sedikit rada.. gimana gitu.. seperti memaksakan diri.



Kota Gorontalo berukuran sedang, tidak begitu besar, dan tidak begitu ramai untuk ukuran ibukota provinsi pula. Not so bad lah..
Ada beberapa bangunan khas setempat yang masih dipertahankan, semacam bangunan di bawah ini.


Soal makanan, jangan tanya. Kebingungan cari yang unik itu pasti. Ada juga binte sop. Saya pikir makanan jenis apa, ternyata jagung diberi kuah....
Drpd bingung cari yang khas, ya makan aja sop konro... atau coto makasar pasti ada.
Jadi genap tiga hari di Gorontalo setelah kembali dari pedalaman, saya cuma makan coto makasar, sop konro, coto lagi, sop lagi.... halah.... bener bener nambahin lemak.

Kebingungan cari yang khas di Gorontalo. Cuma dapat satu, yaitu bentor. Bentor adalah paduan antara sepeda motor bebek yang dibongkar bagian depannya untuk disambung dengan rangka becak. Jadilah becak motor. Bentor inilah yang paling khas di wilayah Gorontalo. Tidak hanya di ibukota provinsi, namun di seluruh wilayah yang saya lewati tidak lepas dari keberadaan bentor.
Satu bentor dapat mengangkut 3 orang, satu dibelakang pengemudi, dua orang di depan. Kalau bawa barang banyak, naik bentor ini lumayan juga berfungsi. Namun, jangan harap naik bentor jarak jauh, masuk angin iya kali. Keberadaan bentor ini menggusur angkutan umum dalam kota di Gorontalo, karena orang orang lebih senang menggunakan bentor untuk pergi dari satu tempat ke tempat lainnya. Tarif dekat Rp.2000/orang. Agak jauh 2500 - 4000 per orang.


Jadi kalau kita naik bentor 2 orang, untuk jarak dekat ya jadi 4000, tp jika tetep satu orang ya bayarnya hanya 2000. Saya lumayan senang naik bentor. Cepat dapatnya dan tinggi mobilitasnya, yang pasti murah pula. Cuma rada ngeri kalau jalannya agak ngebut...

Tujuan saya sebenarnya bukan ke gorontalo, tp ke salah satu kabupaten dekat teluk Tomini. Kabupaten Pohuwato, salah satu kabupaten hasil pemekaran yang baru terbentuk tahun 2003. Ibukotanya bernama Marisa. Bisa dibayangkan, Marisa bukan kota yang cukup besar untuk disebut sebagai ibukota Kabupaten, namun ya harap dimaklumi aja lah.. namanya juga kota masih berbenah. Mau foto copy aja.. pake jam istirahat dulu..

Jadi .. se terburu buru nya kita.. jika kita foto copy pas saat istirahat siang... silakan memble.. bakalan ndak dilayani..... walaupun petugasnya kita lihat ada di tempat itu.. ndak bakalan njamah mesin foto copy deh.

Toko toko disini juga masih pake jam tidur siang....entah itu toko kecil, toko setengah gede, bahkan level supermarket kecil pun baru akan buka lagi jam empat or setengah lima sore an gitu..
Jadi.. akhirnya sempet juga kita nunggu di depan toko sampai jam setengah lima untuk beli perlengkapan survey, gara gara.. setelah kota itu. .bakalan ndak ada lagi tempat untuk belanja belanja...perlengkapan.
Gila ya.. mana bisa jadi ibukota kabupaten kalau gitu caranya...

Dari Marisa, perjalanan diteruskan ke arah Palu dengan melewati jalan Trans Sulawesi, jalannya berkelakkelok ndak keruan.

Satu hal yang perlu dicatat adalah, sepanjang perjalanan dari Gorontalo ke tempat tujuan yang sangat menarik adalah, keberanian penduduk setempat dalam mengecat warna rumahnya. Berani. Warna warna cerah sangat banyak di temui pada rumah rumah sepanjang jalan tersebut. Pink, hijau nyeter, kuning, orange, dah pokoknya warna warna real estate yang berani berani deh. Kalah deh saya dalam urusan pemilihan warna.







Asli.. penuh warna warni pemandangan rumah di daerah ini, mana setiap rumah pasti ada tanaman bunganya.. entah itu berbunga merah, putih, kuning atau apapun, tp pas berwarna warni tanamannya... (saya cuma mikir.. ini program PKK pasti berhasil di tempat ini hehehe)

Melewati jalan trans sulawesi serasa melewati jalan dari Yogya ke bantul, atau ke godean, atau ke arah purworejo. Lha gimana.. ijo royo royo.. benar benar melambangkan desa yang indah dan permai gitu..pohon kelapa melambai lambai, sapi sapi berserakan, rumah rumah yang kelihatannya apik dan resik gitu.
walaupun entah, gimana kondisi sosial ekonomi sebenarnya di daerah ini..

Tujuan saya adalah satu tempat di kawasan hutan Randangan, Popayato dan Lemito, tempat tersebut masih didalam kabupaten Pohuwato. Akhirnya meninggalkan jalan trans sulawesi saya masuk ke dalam kawasan hutan... walaupun begitu, berhubung masih ada pantai pantai bagus di wilayah tersebut, ya tiap kali turun dari pedalaman saya sempatkan ke pantai lah sejenak...belum komersial kok pantainya... jadi siapapun dipersilakan.
Tetap tertarik dengan gumpalan awan, dimanapun tempatnya, tetep aja awan membuat saya jadi sentimentil. (hahaha...)



Entah kenapa, saya selalu senang dengan bau hutan, bau alam bebas, bau semak belukar di gunung, bau tanah yang baru kena hujan setelah kering sekian lama, bau pagi hari di tengah rimbun belantara...


Pengumpul rotan yang saya temui di tengah hutan

Sunset dan sunrise are my fave pics..
jadi begitulah... selalu berusaha menangkap event itu sedapatnya...walaupun pake jungkir balik dulu..




sunset
sunrise dari atas pesawat gto-ckg

my best picture i ever had



ya untuk sementara cerita saya tentang gorontalo secukupnya saja... foto foto juga secukupnya..
lainn lainnya menyusul... setelah ada waktu membongkar bongkar foto.

REPUBLIK PETRUK by TEATER KOMA

"REPUBLIK PETRUK"

Produksi ke-116 TEATER KOMA , 2009
TEMPAT:Graha Bhakti Budaya, Taman Ismil Marzuki (GBB - TIM)
Jl. Cikini Raya no.73 JakpusTANGGAL: 09–25 JANUARI 2009, setiap pkl 19.30 WIB(Setiap Senin Libur)
INFORMASI PEMESANAN TIKET:Jl.Cempaka Raya No.15 Bintaro JakselTelp 021-7350460 Telp/Fax 021-7359540
Jl. Setiabudi Barat No.4 JakselTelp 021-5251066 Telp/Fax 5224058; 52963603