Entah gimana caranya, postingan ku yang terakhir tentang penampilan Butet Kartarejasa bisa terbaca oleh yang empunya cerita.
Akhirnya, ada imel masuk , terbaca pengirimnya butet. Berhubung di dunia maya ini seseorang dapat berubah menjadi siapa saja, tentu saja aku tidak langsung percaya kalau yang kasih komentar via imel itu butet k sendiri.
Then, aku reply imelnya....
dan karena jawaban nya adalah.."iya ini, saya butet yang kenthir itu"... aku langsung percaya kalau memang butet kartarejasa sendiri yang kirim komentar via imel itu.
Hahaha... satu kalimat kecil yang mungkin buat orang lain tidak berarti apa apa, namun buatku, itu dapat meyakinkan aku, bahwa penulis imel memang butet k yang kemaren manggung di TIM.
Akhirnya, ya... begitulah, surprise kecil dari dunia maya karena kecanggihan teknologi membuat aku senang dan terkejut (sedikit).
Paling tidak, tulisan di blog ku ternyata mendunia juga di dunia maya, paling tidak di dunia maya Indonesia.
Thursday, February 23, 2006
Tuesday, February 14, 2006
Matinya Seorang Tukang Kritik by Butet Kartarejasa
Menikmati kembali pemunculan Butet Kartarejasa dengan monolognya, membuat saya teringat bagaimana penampilannya beberapa tahun yang lalu dalam format yang sama. Pasti masih ada yang teringat bagaimana ia menirukan sosok para pemimpin bangsa ini dengan persisnya. Kritik nya sangat tajam dan pedas bahkan terkesan berani mati untuk masa orde baru. Namun, begitulah butet. Pada akhirnya ia malah terkenal jadi seorang ‘monolog”.
Dalam penampilannya minggu lalu yang bertajuk “Matinya Toekang Kritik”, Butet memadukan kemampuan teatrikalnya sebagai seorang monolog yang wahid dengan aplikasi multimedia sebagai latar belakangnya.
Cukup menarik, jika itu dimaksudkan sebagai terobosan baru untuk sebuah penampilan teater.
Butet sendiri, seperti biasanya. Berani. Vulgar. Bahkan berani saru (bs.jawa). tegas. Dan seperti biasanya… kritik sosial tetap jalan terus…..
Inti cerita matinya toekang kritik sih cukup up to date menurutku untuk kondisi saat ini, dimana era reformasi membuat semua orang dari berbagai kelompok unsur masyarakat memperoleh kebebasan berekspresi untuk mengkritik, men-demo, memprotes, unjuk rasa serta mogok (mogok dalam hal apa saja) memperoleh tempat dan waktu dengan bebas.
Ya… apa yang terjadi jika sudah tidak ada yang dapat dikritik lagi. alias semua berjalan sesuai dengan rencana. Sempurna. Tidak ada cacat sedikitpun. Sehingga tidak sedikit celahpun untuk dikritik???
Ya matilah si toekang kritik.. ya toh??? Kan sudah tidak ada gunanya lagi toh?
Dan kapan itu????
Si tukang kritik itu bernama raden mas suhikayatno. Dia merupakan symbol yang menggambarkan bahwa tukang kritik itu akan selalu ada di setiap masa. Dari waktu ke waktu. Ia ada di setiap sejarah, di tiap tempat, di tiap ruang dan waktu, dengan banyak nama.
Kritik itu selalu dibutuhkan oleh setiap zaman. Demi kemajuan zaman dan kebaikan bersama, dan seterusnya dan seterusnya, blab la bla.
Dengan kata lain, keberadaan kritik adalah mutlak sebagai bagian dari usaha mencapai idealisme itu sendiri.
Dan apakah artinya jika kemudian tukang kritik tidak diperlukan lagi dan oleh karena itu kemudian menjadi mati?
Pastilah karena dunia sudah begitu ideal, sehingga kritik sudah tidak diperlukan lagi. segalanya sudah baik baik saja.
Seharusnya dengan keadaan dunia yang sudah sangat ideal, tukang kritik harusnya seneng toh? Dan ia seharusnya kemudian hidup bahagia, karena kehidupan yang diinginkannya dapat terwujud. Semua berjalan harmonis, adil, makmur, tentrem, kerta raharjo. Dan lenyaplah para tukang kritik tersebut.
Namun, ternyata lenyapnya tukang kritik bukan merupakan indikasi yang bagus, sebaliknya, mungkin merupakan awal ketertindasan baru. Ya… harmonis itu tidak selalu baik, karena dalam usaha untuk menciptakan suatu keharmonisan, bukan tidak mungkin ada suatu kelompok yang pasti tertindas.
Yang pasti lakon yang dipentaskan Butet membuat kita untuk berpikir sungguh sungguh tentang bagaimana kontribusi sikap kritis dalam membangun kehidupan berbangsa di Indonesia selama ini. dan berusaha untuk selalu mengkritisi apa yang sedang berlangsung di dalam kehidupan kita, ataupun di lingkungan terdekat kita. Kritik, seberapapun pedasnya, jika pada akhirnya akan membawa kita kepada kehidupan yang lebih baik, akan bersifat positif.
Dalam penampilannya minggu lalu yang bertajuk “Matinya Toekang Kritik”, Butet memadukan kemampuan teatrikalnya sebagai seorang monolog yang wahid dengan aplikasi multimedia sebagai latar belakangnya.
Cukup menarik, jika itu dimaksudkan sebagai terobosan baru untuk sebuah penampilan teater.
Butet sendiri, seperti biasanya. Berani. Vulgar. Bahkan berani saru (bs.jawa). tegas. Dan seperti biasanya… kritik sosial tetap jalan terus…..
Inti cerita matinya toekang kritik sih cukup up to date menurutku untuk kondisi saat ini, dimana era reformasi membuat semua orang dari berbagai kelompok unsur masyarakat memperoleh kebebasan berekspresi untuk mengkritik, men-demo, memprotes, unjuk rasa serta mogok (mogok dalam hal apa saja) memperoleh tempat dan waktu dengan bebas.
Ya… apa yang terjadi jika sudah tidak ada yang dapat dikritik lagi. alias semua berjalan sesuai dengan rencana. Sempurna. Tidak ada cacat sedikitpun. Sehingga tidak sedikit celahpun untuk dikritik???
Ya matilah si toekang kritik.. ya toh??? Kan sudah tidak ada gunanya lagi toh?
Dan kapan itu????
Si tukang kritik itu bernama raden mas suhikayatno. Dia merupakan symbol yang menggambarkan bahwa tukang kritik itu akan selalu ada di setiap masa. Dari waktu ke waktu. Ia ada di setiap sejarah, di tiap tempat, di tiap ruang dan waktu, dengan banyak nama.
Kritik itu selalu dibutuhkan oleh setiap zaman. Demi kemajuan zaman dan kebaikan bersama, dan seterusnya dan seterusnya, blab la bla.
Dengan kata lain, keberadaan kritik adalah mutlak sebagai bagian dari usaha mencapai idealisme itu sendiri.
Dan apakah artinya jika kemudian tukang kritik tidak diperlukan lagi dan oleh karena itu kemudian menjadi mati?
Pastilah karena dunia sudah begitu ideal, sehingga kritik sudah tidak diperlukan lagi. segalanya sudah baik baik saja.
Seharusnya dengan keadaan dunia yang sudah sangat ideal, tukang kritik harusnya seneng toh? Dan ia seharusnya kemudian hidup bahagia, karena kehidupan yang diinginkannya dapat terwujud. Semua berjalan harmonis, adil, makmur, tentrem, kerta raharjo. Dan lenyaplah para tukang kritik tersebut.
Namun, ternyata lenyapnya tukang kritik bukan merupakan indikasi yang bagus, sebaliknya, mungkin merupakan awal ketertindasan baru. Ya… harmonis itu tidak selalu baik, karena dalam usaha untuk menciptakan suatu keharmonisan, bukan tidak mungkin ada suatu kelompok yang pasti tertindas.
Yang pasti lakon yang dipentaskan Butet membuat kita untuk berpikir sungguh sungguh tentang bagaimana kontribusi sikap kritis dalam membangun kehidupan berbangsa di Indonesia selama ini. dan berusaha untuk selalu mengkritisi apa yang sedang berlangsung di dalam kehidupan kita, ataupun di lingkungan terdekat kita. Kritik, seberapapun pedasnya, jika pada akhirnya akan membawa kita kepada kehidupan yang lebih baik, akan bersifat positif.
Labels:
hal lain yang menarik
Tuesday, February 07, 2006
Ini makanan gajah!!!
Sedang belanja di suatu pasar swalayan dengan si bontot.....
ketika sampai di suatu barisan rak yang berisi makanan untuk binatang peliharaan, si bontot menunjuk wadah makanan bergambar anjing dan dia bilang "bu ini maem an buat anjing"... (aku cuma mengiyakan..)
saat melihat wadah makanan bergambar kucing, dia bilang... "bu ini maem an buat kucing".. (aku juga mengiyakan...) beberapa saat kemudian, barisan rak untuk makanan peliharaan sudah terlewati.. berpindah ke barisan sabun deterjen, dan kemudia bahan bahan kimia pembasmi serangga... ada satu produk obat nyamuk dengan gambar Gajah di bungkusnya... (kalau ndak salah mereknya VAPE)... dan apa yang terjadi kemudian,??? si bontot bilang dengan lugunya..,
"bu ini maem an buat gajah"... (dan ketawa ngakak lah aku........!!!!) Hahahaha!!
ketika sampai di suatu barisan rak yang berisi makanan untuk binatang peliharaan, si bontot menunjuk wadah makanan bergambar anjing dan dia bilang "bu ini maem an buat anjing"... (aku cuma mengiyakan..)
saat melihat wadah makanan bergambar kucing, dia bilang... "bu ini maem an buat kucing".. (aku juga mengiyakan...) beberapa saat kemudian, barisan rak untuk makanan peliharaan sudah terlewati.. berpindah ke barisan sabun deterjen, dan kemudia bahan bahan kimia pembasmi serangga... ada satu produk obat nyamuk dengan gambar Gajah di bungkusnya... (kalau ndak salah mereknya VAPE)... dan apa yang terjadi kemudian,??? si bontot bilang dengan lugunya..,
"bu ini maem an buat gajah"... (dan ketawa ngakak lah aku........!!!!) Hahahaha!!
Labels:
dinda
Dimana musik klasik dan jazz berpadu ......!!!!!
Teman-teman, yang suka dengerin lagu klasik dan jazz, mungkin channel 99.9 FM dapat menjadi pilihan terbaik. Entah itu lagi di jalan or di rumah, mendengarkan lagu lagu dari CNJ FM dapat membuat koleksi lagu klasik dan jazz bertambah di memori kita. Apalagi ulasan ulasan yang menyertai lagu lagu yang diputar...benar benar menambah wawasan dan pengetahuan kita akan musik klasik dan jazz.
Saran: jam 8 malam itu acara klasik plus... oke banget. Dari yang tidak mengetahui sejarah musik klasik, bisa jadi tahu segala macam di acara ini.
Pokoknya... salut untuk CNJ FM.
(apalagi.. tidak ada iklan kecil kecil di sini.... itu yang paling penting!!!).
bisa di klik di sini tentang CNJ 99.9 FM : http://www.cnjradio.fm/
nb: ini bukan iklan lho.. tp sekedar info buat temen temen yang ingin dengerin musik yang oke punya.
Saran: jam 8 malam itu acara klasik plus... oke banget. Dari yang tidak mengetahui sejarah musik klasik, bisa jadi tahu segala macam di acara ini.
Pokoknya... salut untuk CNJ FM.
(apalagi.. tidak ada iklan kecil kecil di sini.... itu yang paling penting!!!).
bisa di klik di sini tentang CNJ 99.9 FM : http://www.cnjradio.fm/
nb: ini bukan iklan lho.. tp sekedar info buat temen temen yang ingin dengerin musik yang oke punya.
Labels:
hal lain yang menarik
Subscribe to:
Posts (Atom)