![](http://photos1.blogger.com/x/blogger/3328/388/200/374737/3e57.jpg)
Melihat pertunjukan Teater Koma itu bagai candu. Ketagihan. Kita selalu menunggu kapan teater Koma pentas lagi.
Saat membaca ringkasan cerita “Kunjungan Cinta” yang ada di milis Teater Koma, saya seolah olah ingat pada salah satu buku naskah teater yang pernah saya baca, namun judulnya Kunjungan Nyonya Tua. Namun begitu, saya belum begitu yakin bahwa benar cerita tersebut yang akan dimainkan.
Begitu melihat setting awal, dan dialog dialog yang terjadi di awal cerita, saya langsung kenal cerita tersebut, Jadi saya merasa tidak surprise lagi akan jalan cerita karena sudah mengetahu isi cerita. Tetap dapat mengikuti alur cerita yang ada, walaupun disana sini, ada sedikit yang diubah disesuaikan dengan kondisi yang ada. Secara garis besar, tetap hampir sama dengan naskah yang ada di buku.
Perlengkapan setting untuk pentas termasuk yang cukup megah kali ini, dibanding produksi teater Koma yang lalu. Tidak seperti biasanya. Kali ini settingnya berukuran besar dan mapan, namun ada juga yang dapat dipindahkan dengan gampang sesuai permintaan skenario. Dibutuhkan kekompakan tim saat mengubah setting agar tepat dan rapi sesuai alur cerita.
Megah. Dan unik. Sesuai dengan bayangan yang ada pada imaji saya saat saya membaca bukunya. Yang pasti benar benar mendekati realistis. Serta yang tidak kalah pentingnya adalah bertaburan bintang teater.
Ratna Rintiarno yang bermain cantik secantik orangnya, Sari Majid, Salim Bungsu yang masih tampil prima, dan banyak nama nama lama dari teater Koma bermain kembali, bahkan Butet Kartarejasa, seperti biasa juga turut serta sebagai bintang utama dalam penampilan kali ini. Beberapa nama lain adalah nama yang saya kenal jika teater Koma selalu manggung.
Seperti biasanya, melihat pertunjukan teater Koma, selalu sarat dengan pesan, namun tidak membuat bosan. Perlu stamina ekstra untuk melihat pertunjukan yang dimulai pukul 19.30 dan berakhir 23.30 dengan break selama 20 menit. Lama. Iya. Capek. Iya. Tapi tetap antusias untuk mengikuti bagaimana mereka akan mengolah cerita tersebut.
RINGKASAN CERITA :
![](http://photos1.blogger.com/x/blogger/3328/388/320/996178/image002.jpg)
Kota Goela sendiri adalah kota kecil, yang hampir mati karena semua kegiatan bisnis di kota tersebut berhenti. Saat mendengar rencana kedatangan Nyonya Klara tersebut, semua warga bersiap siap akan menyambutnya. Semuanya.
Adalah Ilak Alipredi, yang merupakan salah satu warga kota terpandang dan tahun depan akan dicalonkan menjadi walikota, pada masa lalu sempat menjadi teman dekat Klara yang mendapat tugas khusus dari walikota, agar dapat membujuk Klara yang notabene sudah menjadi milyarder mau membangun kota goela.
Seluruh kota bersiap menyambut kedatangan Klara, dan mencari cari kira kira apa yang dapat ditonjolkan guna memuji cerita masa lalu Klara. Walaupun sebenarnya tidak ada, namun tetap diutak atik cerita masa lalu guna pidato penyambutan sang milyarder tersebut.
Kedatangan Klara pun tibalah, acara penyambutan juga telah diadakan, bahkan Ilak Alipredi yang dahulu teman dekat Klara juga berusaha untuk menjadi seseorang yang pernah istimewa di masa lalu Klara.
Sang walikota berbangga hati saat Klara menjanjikan satu trilyun rupiah guna membantu pembangunan kota goela agar dapat normal kembali, namun dengan satu syarat. Yaitu keadilan buat Klara.
Klara menuntut ketidak adilan yang pernah diberikan oleh pengadilan kota goela berpuluh puluh tahun lalu agar diungkapkan kembali. Untuk itu ia telah membawa dua orang saksi yang dulu telah bersaksi palsu guna kembali membuka kasus tersebut.
Alkisah, saat Klara dan ilak saat remaja pernah memadu kasih, hingga Klara hamil. Adapun Ilak yang saat itu dituntut untuk bertanggung jawab atas kehamilan tersebut, di pengadilan menghadirkan dua saksi yang memberatkan Klara, yaitu bahwa Klara juga tidur laki laki lain. Dengan ada nya saksi tersebut, Ilak dapat lepas dari tanggung jawab dan kemudian menikah dengan Matilda, anak pemilik toko kelontong di kota goela.
Pengadilan dibuka kembali, namun penduduk kota goela tidak menerima jika ilak harus dihukum mati atas kesalahannya yang lalu. Seluruh warga tidak bersedia menghukum Ilak, yang merupakan salah satu warga yang cukup terpandang di kota goela.
Klara yang mengetahui hal tersebut hanya berkata, bahwa ia akan memberi waktu kepada warga kota goela atas keputusan tersebut. Putus sudah katanya, imbalan satu trilyun untuk nyawa Ilak Alipredi. Dan iapun kemudian untuk sementara tetap tinggal di kota goela.
Bagaimana kemudian sikap warga kota goela dengan iming iming yang menggiurkan tersebut??? Kota goela berbenah diri, warga kota mulai meningkat gaya hidupnya, kota mulai mempercantik diri. Ilak merasa gerah melihat semua itu, karena ia sadar, warga tidak memiliki sumber dana untuk melakukan semua hal tersebut. Bahkan, keluarganya pun mulai berubah kehidupan ekonominya menuju kearah yang lebih konsumtif.
Darimanakah semua itu dapat terwujud dengan kondisi ekonomi yang mandeg tersebut. Hutang! Ya hutang! Semua warga kota goela terlilit utang untuk membiayai gaya hidup mereka.
Akhirnya dengan sangat terpaksa, para tokoh kota goela mendatangi Klara dengan harapan agar ia mau menyuntikkan modalnya guna menggerakkan kembali perekonomian kota goela, yaitu dengan mengoperasikan kembali industri industri yang ada di kota goela yang selama ini mati.
Saat itu terkuaklah, bahwa Klara sudah membeli semua asset kota tersebut, bahkan balai kota pun sudah terbeli. Semuanya sudah terbeli dengan memakai tangan orang lain. Akhirnya, bahwa sebenarnya kota goela adalah milik Klara. Dan dengan dendamnyalah ia membuat semua kegiatan ekonomi di kota goela berhenti. Sebagai pembalasan atas ketidakadilan yang menimpanya dulu.
Seluruh penduduk kota menyerah. Tidak ada cara lain selain menyerahkan Ilak kepada Klara. Bahkan Klara dengan cintanya yang sudah mati tersebut, sudah membuatkan mausoleum megah tempat penyimpanan jasad ilak.
Ya. Klara dengan statement cinta nya berakhir begitu kisahnya berakhir dengan ilak di masa lalu, memakai kisah cintanya yang ternodai menjadi dendam yang tidak berkesudahan, bahkan memakan korban lebih dari hanya seorang Ilak. Seluruh warga kota menjadi korban dendamnya kepada cintanya yang putus kepada Ilak.
Benar ungkapan yang menyatakan bahwa cinta itu dapat membawa berkah namun dapat juga membawa maksiat. Sebagaimana berbagai hal lainnya yang selalu mempunyai sifat hitam dan putih, demikian juga dengan cinta, ia bisa bersifat konstruktif namun bisa juga bersifat destruktif. Tergantung kepada diri pribadi masing masing dalam membangun sikap dan sudut pandangnya atas kata ‘cinta’ tersebut.
Cinta yang tidak kesampaian, bisa membuat orang selalu memiliki warna dalam hidupnya akan harapannya atas cintanya, namun bisa juga cinta yang tidak kesampaian bisa membuat orang jadi dendam, putus asa, dan akhirnya…. Bunuh diri… kalau tidak bisa membunuh orang yang dicintainya.
Di akhir cerita, di balai kota diadakan pertemuan dengan mengundang pers, diumumkan bahwa karena jasa Ilak, Klara memberikan sumbangan satu trilyun rupiah. Tidak disebutkan bagaimana Ilak berjasa. Kemudian Ilak pun dibunuh. Konferensi Pers menyebutkan bahwa Ilak terkena serangan jantung. Dengan peti makam yang indah Ilak disemayamkan dan diupacarakan dengan sangat megah.
Tamat.
COMMENTS
Sadarkah kita bahwa hal tersebut sedang melanda kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia juga? Semua dapat diatur jika menyangkut keberadaan uang. Keadilan, bisa dibengkak bengkokan. Sumbangan bisa disasarkan. Jabatan? Dapat diperjual belikan. Adalah benar adanya jika uang memang menguasai hajat hidup orang banyak.
Tidak benar kalau ada yang bilang uang bukanlah segalanya. Bohong itu. Uang adalah segalanya. Yang bisa bilang uang bukanlah segalanya, ya mereka yang sudah punya uang sak hohah baru bisa ngomong hal tersebut. Yang kere tur deles ya ndak mungkin bisa bilang begitu. Ya kan? Uang yang membiayai kita supaya tetap hidup. Tidak ada uang? Mati.
Namun, ada namunnya nih, pada akhirnya akal budi kita sebagai manusia yang punya rasa humanisme yang besar yang dapat meredam akan keinginan mencari uang sebanyak-sebanyaknya dengan membabi buta dan memakai prinsip segala cara dalam mencari uang.
Bisakah? Entahlah. Mungkin bisa kita cari jawabannya pada ramalan sabdopalon dan nayagenggong...
Coba kita lihat : Asset negara yang cukup penting sebagian sahamnya banyak yang dimiliki oleh investor asing. Kekayaan negara yang sebenarnya merupakan hak milik rakyat banyak, dominasi sahamnya sudah dimiliki asing.
Lha wong air saja, kita harus bayar mahal untuk mendapatkannya, karena perusahaan yang seharusnya milik kita malah dijual ke orang asing. Sumber kekayaan alam lain??? Indonesia Cuma dapat fee dari kontrak konsesi saja. Alih alih Indonesia, lha orang lokal yang ketempatan proyeknya saja, malah masih banyak yang masih belum beradab dan miskin pendidikan.
Kalau kita, terutama pemerintah Indonesia, tidak kuat kuat bertahan bisa dipastikan sebentar lagi listrik juga pasti akan didominasi sahamnya oleh orang asing. Telkom, Pertamina, dan lain lain yang menguasai hajat hidup orang banyak... Kalo udah begitu? hapus aja pasal 33 ayat 1,2,3 di UUD. Amit amit kan?
Mudah mudahan, harapan sih masih banyak yang sadar bahwa seharusnya kita masih bisa bertahan jadi tuan rumah di negeri sendiri, Jangan sampai malah kita bangsa Indonesia pada masa yang akan datang, harus sewa lahan untuk hidup di wilayah kita sendiri. Musnahlah anak cucu kita nanti, tidak ada lagi bangsa Indonesia.
CATATAN KECIL
Kembali ke komentar tentang pementasan : Seperti biasanya Teater Koma selalu membawa pesan pesan sosial akan keprihatinan melihat keadaan Indonesia secara keseluruhan, karena keyakinan bahwa dengan wujud teatrikal mungkin sentilan sentilan akan dapat mengena kepada pihak pihak yang bertanggung jawab akan semua keadaan yang ada. Namun, sampaikah pesan tersebut kepada yang bersangkutan???
Wallahu allam bisawab. Tanyalah pada gedung pertunjukan di TIM sana, apakah yang menonton memang orang orang yang patut disentil??? Masalahnya..Apa ada nggak pejabat yang berwenang atas kebijakan publik juga ikut menonton?
Kadang-kadang para pejabat sudah sinis saja memandang pementasan teater, boro boro mau melihat pertunjukkannya( ini sisa-sisa budaya jaman ORBA yang sangat sensitif pada kritikan masyarakat ) Lha Jadi, kuping siapa yang mau disentil?
Let say, kita berandai-andai, kuping yang disentil itu lalu tersentil, kira-kira memberikan efek ndak ya? Lha wong keliatannya kupingnya bapak2 itu sudah pada mampet gitu?, mereka kan terbiasa menutup kuping dan menutup mata.. tapi mangap mulutnya lebar2 mencoba makan sebanyak mungkin...
Anjing menggonggong ya kafilah tetap berlalu, Pada akhirnya pesan yang tersirat dalam pementasan seperti berteriak di depan jurang lembah keputus-asaan yang teramat luas... cuma gaung suara teriakan kita sendiri yang berbalik kearah kita... sayang ya?
*Gimana kalo Teater koma bermurah hati ngasih ijin TV2 lokal lah untuk mentasin salah satu pementasan mereka? kayanya bakalan lebih nyampe deh pesan2 moralnya... tidak hanya sebatas di ruang pementasan saja.. ada ruang pementasan yang lebih banyak audience nya.. ruang pentas INDONESIA, penontonnya? ya segala lapisan Masyarakat Indonesia.
Tabik!!