Saturday, June 30, 2012
Menjaga rasa dan asa
Di lautan asmara
gelombang rindu menyapu
pada batu karang kesetiaan
tersisa pasir penantian
di pantai kemesraan
membadai kenangan
menjilati bersama pasang laut
mencumbu lumut berahi
meniti buih
saat purnama
kau tiba
karena begitulah
aku garam putih
tak mungkin pisah
dari laut birumu....
(senopati pamungkas)
Labels:
sendiri
Saturday, June 23, 2012
Si Mata Teduh (1)
Sebenernya, aku tak pernah percaya dengan istilah cinta pada pandangan pertama, sama sekali. Bagaimana mungkin orang tidak kenal bisa jatuh cinta. Bisa jadi, bahkan belum kenal namapun tidak mungkinlah bisa jatuh cinta. Sangat sangat tidak masuk akal.
Namun, pengalamanku bertemu seseorang beberapa waktu lalu menggugurkan pandanganku tentang cinta pada pandangan pertama. Langsung gugur dan luntur.
Tak pernah aku mengerti, mengapa serasa ada daya magnet yang kuat, saat aku tidak sengaja bersirobok pandang dengannya.
Masih lekat dalam benakku, cerita pertemuan dengannya beberapa hari yang lalu. Dan tetap saja masih tetap terheran heran aku, mengapa aku bisa seperti orang aneh gitu ya kemarin itu.
Kemarin, aku datang dengan tingkat kekhawatiran yang cukup tinggi, mengingat tidak banyak yang aku kenal dalam acara kemarin. Ah peduli amat nanti kalau ternyata banyak yang tidak mengenalku. Yang penting saya sudah berusaha nyenengin orang lain. Begitu sikapku, sekaligus memenuhi rasa ingin tahuku tentang tempat baru yang jadi tempat tujuanku kemarin.
Ternyata benar, tak banyak yang aku kenal kemarin. Yah... say hello dengan sedikit orang, sudah lumayan mengurangi rasa canggungku yang mendera sejak keberangkatan tadi.
Duduk diantara teman teman yang baru kukenal. Senyam senyum sapa yang penuh tanya. Tengak tengok melihat siapa siapa sajakah yang aku kenal. Ah, banyak sekali yang belum kukenal, dan tiba tiba mata itu menarikku untuk melihat sosoknya. Ah.!.. siapakah dia. Rasanya kenal deh, tapi kok tidak muncul keluar di ingatan, siapa dia.
Kembali aku menatap dia, siapa dia?.. Untunglah dia tidak sedang melihat ke arahku. Kemudian dengan berusaha keras aku berusaha mengingat namanya. Yah!.. aku pernah merasa kenal dengan dia di dunia fb. Namun kenapa nama yang sudah diujung lidah itu tak kunjung keluar. Ah! kuperas ingatanku dalam dalam. Merenung. Menafikkan kehadiran yang lain.
Ah otak yang semakin menua ini, memang tidak diajak kerja dalam kecepatan tinggi. Sudah lah..menyerah aku. Kalah, dan tanya dengan teman yang duduk di sebelahku, apakah dia tahu nama mas yang di sana itu. Ternyata, dia pun tak tahu. Senyum pasrah menghiasi wajahku.
Waktu berjalan, acarapun merambat, namun otakku masih terus bergulat, mencoba menggali ingatan, siapakah dia.
Tepat, saat aku mau tak mau harus bertegur sapa dengannya, karena tempat dudukku yang tidak jauh dari tempat dia akan lewat, terlintas nama yang indah itu. Bima. Ah ya, Bima namanya.
Orangnya cool, tenang, tidak meledak ledak, suaranya lembut. Menanggapi salam tanganku dengan ramah. Katanya saat kuperkenalkan diriku, dia bilang, saya sudah tahu nama mbak kok.
Ah... betapa malunya diriku, karena hampir dua jam hanya untuk menemukan namanya terlintas di benakku.
Dan sejak salam ramah terucapkan, mata dan benakku hanya terpusat pada sosok tampan yang tenang itu. Untuk sejenak aku terpana mendengar ucapnya waktu kusapa dia, mungkin hanya satu dua detik, namun momennya tidak terlupakan.
Apakah ini yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama. Seperti cerita cerita di novel yang aku tidak pernah bisa percaya itu?
Ah. Sepertinya aku kena kutukan atas pengingkaranku terhadap sentimentil dan romantisme cerita cinta yang menurutku sangat dipaksa untuk ditulis itu.
Tidak. Tidak mungkin orang seperti aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Impossible.
(bersambung)
Namun, pengalamanku bertemu seseorang beberapa waktu lalu menggugurkan pandanganku tentang cinta pada pandangan pertama. Langsung gugur dan luntur.
Tak pernah aku mengerti, mengapa serasa ada daya magnet yang kuat, saat aku tidak sengaja bersirobok pandang dengannya.
Masih lekat dalam benakku, cerita pertemuan dengannya beberapa hari yang lalu. Dan tetap saja masih tetap terheran heran aku, mengapa aku bisa seperti orang aneh gitu ya kemarin itu.
Kemarin, aku datang dengan tingkat kekhawatiran yang cukup tinggi, mengingat tidak banyak yang aku kenal dalam acara kemarin. Ah peduli amat nanti kalau ternyata banyak yang tidak mengenalku. Yang penting saya sudah berusaha nyenengin orang lain. Begitu sikapku, sekaligus memenuhi rasa ingin tahuku tentang tempat baru yang jadi tempat tujuanku kemarin.
Ternyata benar, tak banyak yang aku kenal kemarin. Yah... say hello dengan sedikit orang, sudah lumayan mengurangi rasa canggungku yang mendera sejak keberangkatan tadi.
Duduk diantara teman teman yang baru kukenal. Senyam senyum sapa yang penuh tanya. Tengak tengok melihat siapa siapa sajakah yang aku kenal. Ah, banyak sekali yang belum kukenal, dan tiba tiba mata itu menarikku untuk melihat sosoknya. Ah.!.. siapakah dia. Rasanya kenal deh, tapi kok tidak muncul keluar di ingatan, siapa dia.
Kembali aku menatap dia, siapa dia?.. Untunglah dia tidak sedang melihat ke arahku. Kemudian dengan berusaha keras aku berusaha mengingat namanya. Yah!.. aku pernah merasa kenal dengan dia di dunia fb. Namun kenapa nama yang sudah diujung lidah itu tak kunjung keluar. Ah! kuperas ingatanku dalam dalam. Merenung. Menafikkan kehadiran yang lain.
Ah otak yang semakin menua ini, memang tidak diajak kerja dalam kecepatan tinggi. Sudah lah..menyerah aku. Kalah, dan tanya dengan teman yang duduk di sebelahku, apakah dia tahu nama mas yang di sana itu. Ternyata, dia pun tak tahu. Senyum pasrah menghiasi wajahku.
Waktu berjalan, acarapun merambat, namun otakku masih terus bergulat, mencoba menggali ingatan, siapakah dia.
Tepat, saat aku mau tak mau harus bertegur sapa dengannya, karena tempat dudukku yang tidak jauh dari tempat dia akan lewat, terlintas nama yang indah itu. Bima. Ah ya, Bima namanya.
Orangnya cool, tenang, tidak meledak ledak, suaranya lembut. Menanggapi salam tanganku dengan ramah. Katanya saat kuperkenalkan diriku, dia bilang, saya sudah tahu nama mbak kok.
Ah... betapa malunya diriku, karena hampir dua jam hanya untuk menemukan namanya terlintas di benakku.
Dan sejak salam ramah terucapkan, mata dan benakku hanya terpusat pada sosok tampan yang tenang itu. Untuk sejenak aku terpana mendengar ucapnya waktu kusapa dia, mungkin hanya satu dua detik, namun momennya tidak terlupakan.
Apakah ini yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama. Seperti cerita cerita di novel yang aku tidak pernah bisa percaya itu?
Ah. Sepertinya aku kena kutukan atas pengingkaranku terhadap sentimentil dan romantisme cerita cinta yang menurutku sangat dipaksa untuk ditulis itu.
Tidak. Tidak mungkin orang seperti aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Impossible.
(bersambung)
Labels:
cerita bersambung,
fiksi,
si mata teduh
Wednesday, June 13, 2012
Sensitif dan Perempuan
Perempuan biasanya sensitif. Bahkan terlalu sensitifnya, hal hal yang seharusnya tidak terkait dengan dia, jadi bikin dia mikir dan kadang bahkan tersinggung.
Hmm..
Apakah perasaan sensitif itu suatu keuntungan atau kerugian buat perempuan?
Buat laki laki, sudah barang tentu, perempuan yang terlalu sensi itu menyebalkan.
Bener ndak? hehehe....
Terbukti itu. Perempuan sering rewel karena kesensitifannya. Huh! Apalagi kalau masuk periode PMS. Halah!... satu kata saja bikin perempuan rewel.
Hmm..
Apakah perasaan sensitif itu suatu keuntungan atau kerugian buat perempuan?
Buat laki laki, sudah barang tentu, perempuan yang terlalu sensi itu menyebalkan.
Bener ndak? hehehe....
Terbukti itu. Perempuan sering rewel karena kesensitifannya. Huh! Apalagi kalau masuk periode PMS. Halah!... satu kata saja bikin perempuan rewel.
Labels:
rerasan
Sunday, June 10, 2012
Pulau Obi Tanpa Ubi ( part 1)
Tugas ke pulau Obi? Why not? Pikir saya waktu dapat job
pekerjaan di tempat tersebut. Tempat baru selalu membuat saya bergairah.
Terpikir aka nada tantangan baru lagi.
Akhirnya saya setuju aja dengan tawaran tersebut.
Perjalanan ke obi dapat ditempuh dua cara, lewat dua cara.
Pertama dengan pesawat dulu ke Labuha, dan dilanjutkan dengan perjalanan laut
ke pulau obi. Atau langsung naik kapal laut ke pulau obi. Pilihan jatuh pada
naik kapal langsung aja. Selain males gonta ganti alat transport, ternyata dari
labuha ke pelabuhan juga makan waktu, disamping jadwal lanjut ke pulau Obi
masih nunggu kapal laut lagi kan?... ending nya sama deh lama perjalanan untuk
sampai ke pulau obi.
Dari Jakarta, transit di ternate satu malam, berhubung dah
hampir bosan dengan kota ternate, akhirnyalah saya Cuma stay di hotel dan jalan
makan aja. Makan ke tempat itu itu aja yang hampir membuat saya bosan juga.
Keesokan harinya, barulah perjalanan sebenarnya dimulai.
Dengan menggunakan kapal Sumber Raya, kami menuju Pulau Obi. Lumayan, dapat
kamar yang diisi sekamar berdua, walau hanya dengan kipas angin. Not so bad.
Perjalanan yang ditempuh dari Ternate sampai ke Jikotamu di
Pulau Obi sekitar 16 jam. Kata pendamping sih itu termasuk cepet. Biasanya baru
sampai sekitar jam 4 sorean.
Selama perjalanan menuju Jikotamu, kapal berhenti di beberapa perhentian desa. Biasanya penumpang naik turun di masing masing desa desa kecil tersebut.
Selalu ada yang menarik perhatian saat perhentian. Entah itu pedagang makanan, entah itu anak anak...
Kehidupan yang sangat beragam ini memang selalu menarik untuk disimak.
Anak anak dengan gampangnya memancing ikan untuk lauk harian mereka. Begitu gampangnya.
Selama perjalanan menuju Jikotamu, kapal berhenti di beberapa perhentian desa. Biasanya penumpang naik turun di masing masing desa desa kecil tersebut.
Selalu ada yang menarik perhatian saat perhentian. Entah itu pedagang makanan, entah itu anak anak...
Kehidupan yang sangat beragam ini memang selalu menarik untuk disimak.
Anak anak dengan gampangnya memancing ikan untuk lauk harian mereka. Begitu gampangnya.
Jikotamu sendiri adalah tempat berlabuh kapal penumpang di Pulau Obi yang ada di Kecamatan Obi Utara. Ada beberapa buah penginapan di desa tersebut. Kami menginap semalam di desa Laiwui sebelum melanjutkan perjalanan ke lokasi tujuan akhir. Suasana penginapannya sendiri….. not so bad. Apalagi yang kami pilih adalah penginapan yang paling bagus desa tersebut. Nama penginapannya Dua Puteri. Cukup nyaman.
Perjalanan akhir menuju lokasi, masih harus ditempuh selama tiga jam, mengelilingi Pulau Obi, menuju Obi Selatan. Laut Seram membayang di depan mata. Yang mabok dah siap siap antimo. saya?..no way ... akan sia sia jika perjalanan hanya dikalahkan oleh antimo yang bikin teler itu.
Ada satu desa yang bernama Soligi yang saya kunjungi. Soligi ini masuk Kecamatan Obi Selatan.
Kecil. Namun jangan salah... Fasilitas pendidikan lengkap di sini, dari SD sampai SMA. Jadi, ndak heran kalau banyak mahasiswa juga di desa ini. Dan sepertinya ada ikatan pelajar mahasiswa juga di desa ini. Lupa namanya.
Agar perahu tidak hanyut dan pecah karena ombak Laut Seram yang cukup besar pada musim musim tertentu, penduduk pesisir pantai yang ada berhadapan langsung dengan laut seram biasanya menyimpan perahunya dengan cara digantung.
Tentu saja, tali penggantung harus kuat untuk dapat menahan beban perahu selama berhari hari, saat nelayan tidak berlayar mencari ikan.
(bersambung)
Labels:
petualangan
Subscribe to:
Posts (Atom)