Wah... kalau perasaanku ini bisa diungkapkan dengan perbuatan, aku pasti sudah mencak mencak, muntah, pengin protes. ndak keruan.
Hanya, karena aku tidak dapat berbuat apa apa lah makanya cuma tulisan yang bisa menyalurkan ke "muak" an ku.
Stasiun televisi sekarang sudah benar benar memuakkan dalam mengemas tayangan show dangdutan. Aku sampai tidak habis pikir, ini tayangan televisi atau tayangan dangdut di sekaten. Sudah tidak ada bedanya. Keseronokan, kemesuman gayanya, erotis goyang tubuhnya, benar benar membuat aku ingin memuntahkan kemuakanku.
Tidak tanggung tanggung lagi. Tayangan dangdut setiap hari pasti ada di masing masing sta TV itu. Sepertinya mereka janjian, tidak ada hari tanpa dangdut.
Memang solusinya kita tidak usah melihat tayangan itu. Namun sebagai seorang perempuan, istri dan seorang ibu,aku muak.
Bisakah mereka bergaya lebih sopan sedikit. tanpa goyangan yang erotis dan vulgar seperti itu. Puih!!!
Muak aku.
Ini reformasi malah jadi amburadul. Ndak keruan. Kebebasannya bener bener ndak mendidik kalau begini ini.
Sekuat kuatnya kita protes.. sta TV paling akan komentar, ini acara ratingnya tinggi, jadi iklannya banyak.
Jadi kalau uang sudah bicara, rambu rambu akan diterjang, apalagi kalau menurut mereka "suara dangdut adalah suara rakyat".
MBEL GEDHUWEL.
1 comment:
Dangdut is the music of my country... begitu kata lagunya project P, sedikit banyak lagu itu memang mewakili apresiasi masyarakat kelas menengah kebawah, apa kita bisa memungkiri kenyataan bahwa dangdut adalah musik 80% atau mungkin 90% rakyat indonesia? Pergilah ke pelosok desa dan kita bisa temukan dangdut disana... Apa sebenarnya yang menjadi daya tarik dangdut?
Pada era tahun 70'an dangdut muncul hanya sebagai plagiasi pemusik2 kelas bawah seperti Oma Irama, Elya Khadam, Elvi Sukaesih atas musik India yang saat itu mendominasi perfilman Indonesia, tidak lebih tidak kurang.. Nama Hema Malini, Raj Kapoor dan lain2 adalah aktor dan aktris India yang benar2 melekat di hati masyarakat indonesia.. wajah mereka selalu muncul di setiap session pemutaran hiburan bioskop MISBAR (gerimis Bubar). Demikian pula lagu2 mereka, masih ingat lagu Boneka India? Jauh-jauh hari rupanya pemusik indonesia sudah punya kebiasaan mengadopsi mentah2 nada2 lagu asing.
Pada perkembangannya, karena muncul dari kelas bawah, pengakuan dari kelas menengah keatas atas lagu dangdut termasuk sinis karena dangdut hanya ada di pagelaran acara Sunatan, Potong padi, ataupun kawinan di perdesaan. Sampai dengan awal tahun 1990 Musik dangdut tetap menjadi milik kelas bawah, dangdut identik dengan anak2 pengamen, tempat hiburan kelas teri dan penyanyi norak dengan lirik2 yang sendu. Baru pada awal tahun 2000 dangdut menjadi meledak saat Inul seorang penyanyi asal jawa timur yang secara perlahan berhasil menembus tabu ‘dangdut’ dilayar TV Indonesia, dan semenjak itu terbukalah horizon fenomena dangdut di dunia entertainment indonesia.
Apa sebenarnya yang menarik dari Inul? Saat itu adalah daya tarik inul yang utama adalah Goyangan Inul yang fenomenal, Goyang ngebor yang menjadi gaya trade mark dia, dan entah kenapa Dewi fortuna saat itu betul2 berfihak kepadanya, selain Goyangan, Eksplosifitas dan keunikan Inul, saat itu publikasi bombastis dari fihak2 media massa akan kasus perseteruan Inul dan Oma Irama cenderung mengungkit nurani massa atas perjuangan inul sebagai seorang ‘wong cilik’ memperjuangkan haknya ( yang pada saat itu berhadapan dengan fatwa raja dangdut Oma irama yang melarang Inul pentas dengan mengatas namakan moral) dan Menang!, maka lengkaplah unsur2 kemanusiaan, keadilan dan bahkan kebenaran yang bergaya film2 India tertanam dibenak pikiran masyarakat.
Kalau bicara kemesuman atau keseronokan yang menjadi andalan penyanyi dangdut saat ini di TV, sebenarnya kita masih bisa menghela nafas 'agak' panjang, kenapa? Pernahkah anda melihat dangdut 'sekatenan' di Yogyakarta? atau dangdut ala tayub banyuwangi, dangdut ala Tarling Cirebon? atau dangdut ala Orkes Tunggal di Medan? kalau saja anda sempat melihat penampilan artis2 dangdut yang saya sebutkan tadi muncul di layar TV anda, maka akan saya jamin muka anda akan merah hijau dibuatnya… Jadi bersyukurlah dangdut di TV sekarang ‘masih’ punya nilai estetika.. kalaupun tidak bisa dibilang sopan.
Salam,
Komentar dari seorang BUKAN pecinta dangdut
Di Kalimantan, hehehehe
Post a Comment