Manusia adalah ciptaan Allah yang mempunyai derajad paling tinggi di dunia ini. Benarkah? (wallahuu alam bisawab)
Dalam kehidupannya, manusia seharusnya dapat mengatur kehidupan, sehingga gelar makhluk paling sempurna ini benar adanya jika melekat pada manusia.
….
Kesedihan, kesengsaraan, kesusahan, adalah merupakan makhluk Allah yang lain lagi. Mengapa hal hal tersebut saya sebut sebagai makhluk? Karena mereka mempunyai masa hidup. Mereka bisa hidup beberapa jam, satu hari atau beberapa hari atau bisa juga hidup lama, tergantung berapa lama manusia membiarkan mereka akan hidup.
…..
Seseorang bersusah hati karena walaupun sudah bekerja keras dari fajar hingga hamper tengah malam, masih tetap tidak dapat melunasi hutang hutangnya.
Namun demikian, haruskah ia hidup dengan perasaan susah terus menerus sepanjang hidupnya yang 24 jam sehari, 7 hari seminggu, dan seterusnya dan seterusnya?
TIDAK.
Setelah susah dari pagi hingga hamper tengah malam, sudah selayaknya ia titipkan beban kesusahan hidupnya itu kepada Allah sejenak. Sehingga ia dapat merasakan kenikmatan hidup yang telah diberikan kepadanya. Sehingga ia dapat mencintai Tuhannya dengan tanpa perasaan susah didalamnya.
“ya Allah, hamba titipkan beban ini sejenak kepadaMu. Biarkan hambamu ini dapat menikmati cinta Mu”
dan pada pagi harinya, ia ambil beban itu lagi dari Allah, ia berusaha dengan sepenuh hati dengan perasaannya yang susah lagi karena masih mempunyai hutang, dengan harapan agar supaya ia dapat melunasi utang-utangnya.
Jadi, tergantung kita sendiri, sebagai makhluk dengan derajad tertinggi di dunia ini untuk memanage hidup kita. Apakah kita dapat hidup berdampingan dengan makhluk Allah yang lain yang berupa kesusahan, penderitaan, kesedihan, kesengsaraan tersebut. Mereka semua ada di tangan kita, atau kita yang ada dalam cengkeraman mereka.
Seorang satpam pernah saya Tanya, “pak berani ndak jadi camat?”, jawab satpam tersebut: “ ya berani dong mbak”…
Coba Tanya di seluruh daerah, ada nggak camat yang berani jadi satpam?
Bahkan seorang pedagang bakso dari Wonogiri pernah ditanya,” berani ndak pak jadi bupati wonogiri?”.. jawabnya,” njih wanton mbak, dados tukang bakso kemawon wanton kok, dados bupati mboten wanton”
Adakah bupati.. (coba Tanya seluruh bupati deh).. yang berani jadi pedagang bakso?
Jawabannya pasti TIDAK ADA.
..
Jadi mereka ini lebih berani dari pada para pejabat yang sudah bercokol di kedudukannya, yang takut dilengserkan oleh orang lain. Mereka takut jatuh sengsara. Mereka takut susah.
…
Jadi,.. kuncinya?... Bagaimana kita sebagai manusia, yang merupakan makhluk Allah dengan julukan makhluk paling sempurna ini, mengatur dirinya sendiri agar dapat mengelola segala bentuk makhluk yang ada di sekeliling kita.. ….
No comments:
Post a Comment