Thursday, November 22, 2012

Keputusan Rasa

Memutuskan sesuatu hal yang berkaitan dengan perasaan itu gampang gampang sulit.
Bisa jadi gampang, karena urusan rasa kadang bisa kita abaikan. Selalu kepikiran kehidupan ini sudah sulit, jangan ditambahi lagi dengan masalah rasa.
Bisa jadi sulit, karena urusan rasa inilah yang kadang mewarnai hidup kita.
Hidup bisa jadi terlihat indah, walau sedang dalam keadaan sulit.

Jadi, saat memutuskan sesuatu yang terkait dengan rasa, masalah keseimbangan hidup harus dipikirkan baik baik. Apakah pengaruhnya akan besar atau kecil atau bahkan tidak berdampak apa apa dalam kehidupan kita.
Jika memang sudah ditimbang baik baik, barulah keputusan itu akan benar benar jadi hasil akhir yang dapat kita lewati bersamaan dengan kita melewati hidup

Thursday, November 01, 2012

Rencana Konser Rakyat Leo Kristi bulan Desember 2012





Konser tanggal 15 Desember 2012
Title:   "BULAN SEPARUH BAYANG"
Lokasi di  Gazebo Cafe Jalan Kunir no. 5 , Kota Tua, Jakarta (depan Museum Fatahillah)
Jam 19.00 WIB 

Lokasi direvisi karena force majeur....
tadinya didalam museum fatahilah, sekarang di cafe gazebo, di depan museum fatahillah...

hmmmm

Mudah-mudahan bisa terealisir dengan lancar.

Siapa bilang tidak kurindu
Kurindu juga tetapi jauh

Monday, October 22, 2012

Waktu, Tutur Kata dan Kesempatan


Katanya ada 3 hal dalam hidup ini yang gak pernah kembali, yaitu waktu yang kita telah lalui, perkataan yang kita ucapkan dan kesempatan.
Ketiganya menjadi unsur pembentuk diri kita sekarang ini.

Namun 3 hal yang tak pernah kembali itu juga bukanlah harga yang mati sebab toh mereka akan datang lagi dimasa mendatang, waktu yang akan datang, perkataan yang akan kita ucapkan dan  kesempatan yang akan kita ciptakan....

Thursday, October 18, 2012

Worried

Ada kekhawatiran yang amat sangat, saat kita sudah tahu bahwa kita akan melangkah masuk ke area "TIDAK PASTI", karena kepastian yang ada telah tercerabut dari akarnya.
Bagaimana kita akan melangkah lebih jauh?. Apakah langkah kita tepat? Kemana kita akan melangkah? itu jadi gangguan pikiran yang terus menerus datang saat zona nyaman akan kita tinggalkan.
Kita memang selalu berusaha agar dapat menyamankan hidup kita yang hanya singkat ini. Namun, bagaimanakah jika zona nyaman itu tidak selalu ada. Adalah kewajiban kita untuk membuat kita dan orang orang yang kita cintai selalu ada dalam zona nyaman. Walaupun dengan standard yang berbeda beda setiap periode. Zona nyaman saat ini, bisa jadi berbeda dengan zona nyaman sebulan lagi, atau setahun lagi, atau bahkan minggu depan.
Kekhawatiran selalu  membayangi hal hal yang penuh ketidakpastian.
Semoga semua berjalan sebagaimana seharusnya hal hal itu berjalan.

Saturday, October 13, 2012

Kok masih mboys aja sih?

Gaya tampilan saya yang mengutamakan kenyamanan, ternyata mengundang tanya beberapa teman lain.
Berbaju atasan yang agak longgar, bercelana jeans, bersepatu kets, ber tas backpack. Menurut saya, ndak ada yang aneh dengan penampilan tersebut.
Cuma akan jadi aneh saat ditanya, berapa jumlah anaknya dan umur anaknya berapa.
Iya. Benar. Begitu tahu umur si sulung, mereka langsung ber respon, wih... anaknya dah gede, tapi kok kamu masih mboys aja, a.k.a. tomboy.

Sampai disitu, saya langsung merasa minder, dan merasa sedikir bersalah dengan penampilan saya. Apakah ndak boleh? orang bergaya mboys?... toh kenyamanan saya berpakaian kan urusan saya sendiri. Mengapa jadi terlihat aneh bagi orang lain. Apakah perempuan seumuran saya, ndak boleh bergaya nyaman?... toh saya ndak pake daster ini..wkwkwk.

Whatever. Terserah apa kata orang deh. Kalau saya masih pede aja dengan gaya saya, why not? ya tak??

Friday, October 12, 2012

Daya dan dayu .....

Semakin bertambah umur, rasanya proses daya kritisku semakin turun. Tergerus oleh waktu, dan lebih banyak terpengaruh oleh daya rasa yang ada didiriku beberapa tahun terakhir ini.
Daya tanggapku juga juga tergerus oleh daya rasa.
Terlalu manja?? mungkin tidak. Namun terlalu perasa? mungkin iya.
Moody mungkin tepatnya.

Saat mood sedang bagus, rasanya hawa hidup ini begitu penuh cerita, penuh senyum, dan penuh warna. Namun saat mood sedang jelek karena sikap atau emosi yang tiba tiba muncul, rasanya hidup ini plain banget. Tak ada warna yang bisa mendorong nafsu hidup untuk lebih keukeuh.

Saya seperti sedang ditampar oleh seseorang yang berumur paruh baya, agar dapat cepat beradaptasi dengan suasana hati yang selalu moody ini. Agar cepat keluar dari sendunya kehilangan warna hidup.
Plakk!!!!
Bangun hai kau!!...hidup tak sekedar berwarna indah, tapi kebanyakan berwarna coklat dan abu abu. Selami itu. Tinggalkan warna yang indah indah itu. Tiba saatnya bersama sama kita menghadapi warna coklat dan abu abu dalam hidup kita.

Ah! dia benar. Dia cepat mengambil sikap. Aku? terlalu mendayu dayu, terjerat emosi sesaat.

Tak lama lagi, usiaku jelang paruh baya juga. Ada banyak kewajiban menghadang.
Semoga bisa bertahan hidup dan memenuhi kewajiban yang ada dengan cukup layak.
Semoga semoga.

Saturday, October 06, 2012

And because

for every seasons
there will be changes
from sunny to cloudy
from cloudy to rainy
flower blossoms
then withered
sun rise
then set
still
life goes on
and so does us
and life need no reasons
at all

Muara Teweh,Kota Kecil yang Besar

Saat mengetahui saya harus menuju pedalaman Kalimantan Tengah di wilayah Kabupaten Murung Raya, betapa senangnya rasa ini. Jadi inget perjalanan beberapa belas tahun lalu, saat menuju Buntok, untuk menyambangi keluarga adik yang saat itu merantau ke Ampah. Langsung membayangkan lamanya perjalanan yang cukup seru dan asik.
Tujuan akhir adalah pedalaman Sungai Barito, dan kota terakhir untuk menuju tempat tersebut adalah Muara Teweh. Wow.
Dalam perjalanan yang memakan waktu hampir 10 jam lebih kurang dari Banjar Baru (Kalimantan Selatan), saya hampir tidak memejamkan mata. Begitu ingin tahu keadaan kota kota yang terlewati. Kota kota yang pernah saya lewati 17 tahun lalu. Kandangan, Amuntai, Ampah, Buntok, wah....ada beberapa plang nama tempat makan yang cukup menarik.... ketupat kandangan,.. dan bakar bakaran di Amuntai...

Sempet merasakan bakar bakaran di Amuntai, kebetulan saya dan teman teman ambil bebek, dkk nya... rasanya?... hmmm ndak bisa diceritakan, karena memang ndak perlu diceritakan. hehehe....

bakar bakaran di Amuntai

Tugu masuk kota Kandangan berupa Ketupat.

Sudah gelap saat saya sampai di Muara Teweh. dari ketinggian saya agak sedikit kaget, melihat lampu lampu kota yang cukup banyak dan dalam area yang cukup luas. Itulah kota Muara Teweh. Hah! ternyata saya salah sangka. Saya pikir kota Muara Teweh adalah kota kecil biasa, ternyata... sebagai kota di pedalaman Kalimantan Tengah, kota tersebut cukup hidup.  Ramai.
Indikator utama adalah, berjejer ATM dari berbagai bank utama di Indonesia, semua ada di kota kecil ini. Alamat kehidupan bisnis dan ekonomi cukup padat lalu lintasnya di kota ini.

Saya menginap di Hotel Pacific, yang konon merupakan salah satu pioner hotel di kota Muara Teweh ini.  Nah, berbeda lagi saat melihat bentuk fisik hotel tersebut. Terlanjur berharap melihat hotel kecil yang standard bentuknya, ternyata dari luar hotel ini hanya seperti penginapan biasa. Hotel ini ada di jajaran bangunan-bangunan ruko yang ada di tepi S. Barito. Yah.. lumayan lah sebagai tempat istirahat, yang penting buat saya, kamar mandinya bersih dan tidak horor buat bersih bersih. Isi perabot kamarnya, standard, cukup layak. Apalagi kebanyakan yang nginep di sini bule bule yang kerja di pertambangan batubara sana. Katanya sih masakan di sini sangat direkomendasikan, namun sampai saya check out, tiap kali pesan makanan selalu dijawab dengan kalimat, chef nya tidak ada. Namun tiap kali lewat ruang makannya, saya melihat bule bule itu sedang makan enak. Apa maksudnya? Apakah tampang saya dan teman teman kurang qualified? wkkakakak.....

Kehidupan malam di Kota Muara Teweh, cukup ramai. Bahkan lebih ramai daripada kota kota kecil yang pernah saya kunjungi di pedalaman Kalteng. Mungkin karena ada di tepi Sungai dan merupakan tempat transit utama di wilayah pedalaman Kalteng ini, jadi Muara Teweh cukup jadi tempat yang diandalkan untuk pintu keluar masuk wilayah Murung Raya ini.

(bersambung)

Monday, September 17, 2012

Sega Gudeg ngGeneng

Saat seorang teman mengajakku untuk kuliner khas Projotamansari alias Bantul, bayanganku benar benar tidak seperti yang kemudian terjadi. Ya, paling ndak warung makan biasa, dengan menu istimewa khas mBantul.
Ternyata, saat perjalanan menuju ke sana, wah sudah belak belok ndak keruan,  kalau disuruh balik ke sana lagi, yakin ainul yakin, pasti ndak ketemu tempat kuliner yang terkenal dengan nama Sega Gudeg Mbah Geneng. Saat kami sampai, ternyata kami harus parkir di tempat yang agak jauh dari lokasi TKP (xixixi...). Berjalan cukup lumayan lah, apalagi di bawah terik matahari yang ampuuuun...
Saat sampai ketempat yang dituju, ternyata kami harus masuk lewat pinggir rumah, untuk sampai ke dapur si mbah itu, dan... here we are....


Silakan ambil piring sendiri, ambil sendok sendiri, ambil sayur dan lauk sendiri yang disuka.
Kata teman sih, yang enak mangut lele nya, karena lele nya dah diasapin dulu, jadi agak "akas" dagingnya.
Hmmmm... menarik juga. Mengingat aku termasuk sosok yang ndak doyan lele.

Langkah pertama, ambil gudeg dan krecek...wow!... not so bad. Apalagi plus daun pepaya yang ndak pahit babar blas.
Langkah kedua, cuwal cuwil lele mangut asap yang dibawa teman.
Enak... lumayan...

Sayang tempatnya mblusuk, jadi..... sulit kalo mau kasih ancer ancer ke orang lain...
Suruh mbalik ke sana nemeni temen ???? hahaha ndak janji deeeh..
yakin..pasti nyasar...!!!

Di dinding rumah si mbah sendiri ada kliping koran yang dipigura, dan foto si mbah dipeluk oleh suryo saputra....

Akhirnya berakhir wisata kuliner yang bener bener blusuk..... ndak pengin ke sana lagi. Jauh dan mbuleeet tempatnya, sementara.... rasanya.. ya gitu gitu aja lah....banyak rasa yang sama di kota yogya...

Tuesday, September 11, 2012

Jokowi atawa Foke....

Hari hari ini, kampanye pilkada DKI untuk putaran kedua sudah masuk masa tegang....
Lha gimana lagi,... wong masing masing sudah mulai naik tensinya. Baik pendukung Jokowi atawa Foke.
Semua mua.... teman pada dukung Jokowi.. entah itu di amrik, jerman, solo, dan entah dimana lagi...
Geli aja lihatnya....
Di atas kertas.... Jokowi menang karena pendukungnya banyaaaaaaaaak sekali, namun.... pada punya KTP DKI ndak mereka??? mengingat banyak pendukung berasal dari luar wilayah DKI.
Buat mereka....dukungan moril untuk Jokowi itu cukup...
Halah!!... ya ndak lah... dukungan suara... itu baru penting....
...
Saya sendiri memilih siapa??? Rahasia dong..... Tapi kalo lihat model modelnya... sepertinya saya memilih yang satu itu deh....
Semoga pas tanggal 20 September 2012, saya ada di Jakarta....
...
Jadi...biar seluruh dunia gembar gembor dukung Jokowi...kalau ndak ado KTP DKI...ya impossible to mas...!!

Monday, August 27, 2012

Reriungan LKers bersama Leo Kristi di Bandung 1 September 2012

Waduh...
dapat informasi dari group FB, bakalan ada reriungan LKers besok tanggal 1 September 2012, di CCF , Jalan Purnawarman, Bandung, tentu saja malam hari lah.
Kabarnya  Leo Kristi bakalan tampil, bersama dara dara cantik dari Sunda tea.... Malah mas Mung dari Surabaya akan terbang ke Bandung juga. Kira kira komplit kayak konser kemarin  ndak ya?....
Ada mbak Titi ... ada mas Ote... mas siapa lagi ya?? .. ah ya... mas Beduger yang cool abissss..... yang pasti ndak ada mbak cecil lah... kan dah move ke luar negeri.....
Semoga acaranya lancar deh.....
Hiikz...
Bisakah saya hadir ke sana?... mengingat jadwal kerja sudah terbayang di depan mata, masuk hutan Kalimantan Tengah dalam waktu dekat.  Positif, ndak bisa ikutan reriungan LKers. Tiket pesawat sudah di tangan.... hik!...
.....
Duh Gusti, que serra serra deh..... apa yang terjadi terjadilah
Bahkan jika aku ndak bisa ke Bandung, itu namanya nasib.
...
Sedih, itu pasti. Apalagi  tidak bisa bertemu teman teman LKers yang asik asik itu.
....
Siapa bilang tidak kurindu
Kurindu juga tetapi jauh
...
Berharap masih ada event selanjutnya dari LKers maupun KRLK, mengingat komuniti ini telah memberikan kehangatan di hati.....

Saturday, August 18, 2012

Kemandegan Emosi

Saya baru menyadari, bahwa kestabilan dan dinamika emosi mempengaruhi daya hidup. Iya. Benar. Saat ini kondisi emosi saya sedang jalan di tempat. Tidak ada greget maupun sensasi yang membuat emosi saya naik turun.  Rasanya, kok plain banget hidup ini. Ndak seru. Semua berjalan seperti yang jarum jam yang berputar seperti seharusnya. Dari angka 1, 2 dan lanjut sampai 12 kembali ke angka 1 lagi.
Ingin rasanya ada emosi yang membuat hidup ini penuh dinamika. Ada gairah, ada emosi, ada tantangan, ada keluh, ada kesah, ada hasrat.
Kemandegan emosi yang terjadi pada diri saya saat ini, membuat saya jadi orang yang apatis. Baik di dunia maya maupun di dunia nyata. Hambar. Saya yang biasa disebut impulsif oleh salah seorang teman, sekarang jadi saya yang plain. datar. dan tidak menyenangkan. Ndak ada geregetnya babar blasss.
Andai, ada tenaga yang dapat membuat emosi saya berjalan lagi. Alangkah indahnya hidup ini.

Mungkin ini sesi hidup yang harus saya lakoni. Mandeg. Henti. dan Merenung.

Monday, August 13, 2012

Regenschaft Leisela di Pulau Buru - Pulau Buru (3 - tamat)


Tulisan di bawah adalah uraian tentang keberadaan kesatuan adat di Pulau Buru, hasil tulisan saya pada salah satu sub bab dalam laporan untuk The Borneo Initiative, yang diambil dari berbagai sumber literatur terkait kondisi Pulau Buru, salah satunya adalah "Mapping Buru: The Politics of Territory and Settlement on an Eastern Indonesian Islan" tulisan Barbara Dixed Grimm, dan "Legenda Tit Afu oleh E.M. Solisa.
---
Penduduk asli Pulau Buru pada mulanya berdiam di daerah pedalaman, yang meliputi pegunungan, perbukitan dan lembah. Namun secara berangsur sebagian diantaranya mulai bermukim di pesisir. Terdapat sebutan lain penduduk pesisir untuk penduduk asli Buru yang masih tinggal di pegunungan, yaitu masyarakat alifuru[1]
Masyarakat adat Pulau Buru menganggap bahwa seluruh lahan yang ada di Pulau Buru adalah milik hak masyarakat adat setempat secara komunal. Kepemilikan yang ada didasarkan pada kesamaan soa atau marga dan kesepahaman masyarakat adat tentang batas hak ulayat masing masing soa atau marga.[2]
Menurut H. Djafar Wael, secara umum soa pada masyarakat adat Buru terbagi atas dua, yaitu noropito dan noropa (noro = marga, pito = tujuh, pa = empat).  Noropito merupakan soa yang asli di Pulau Buru. Sedangkan noropa merupakan soa pendatang yang terdiri dari empat soa. Soa pendatang ini berasal dari Ternate, Madura, Kolamsusu (Buton) dan Tasijawa (Jawa). Sementara Noropito terdiri dari tujuh soa. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, sejarah awal munculnya tujuh soa diawali oleh lahirnya tujuh anak dari sepasang suami istri yang di kemudian hari menjadi cikal bakal munculnya tujuh soa asli di Pulau Buru ini. Ketujuh soa asli Pulau Buru yaitu: Hain, Waitemu, Waeula, Kakhana, Gewagi, Watnerang dan Waehiri. Ketujuh soa asli Buru ini dipimpin oleh Taksodin yang berasal dari Soa Waehiri. Sedangkan empat Soa pendatang (Noropa) dipimpin oleh Hinolong dari Soa Baman dan bertempat di Wayapo.
Pada awalnya kedua kelompok soa tersebut, baik asli maupun pendatang merupakan masyarakat yang menempati daerah pegunungan (alifuru). Namun kemudian ketujuh soa asli mengutus salah satu soa, yaitu Waehir (Wael) menuju pesisir untuk menjadi raja. Tujuan dari dipilihnya soa Waehiri sebagai raja ini adalah agar yang bersangkutan dapat menempuh pendidikan dan memimpin masyarakat adat.
Masyarakat adat Buru membagi ruang di wilayahnya atas tiga bagian[3] yaitu:  Pertama adalah kawasan yang dilindungi karena nilai kekeramatannya.  Yang termasuk wilayah keramat adalah Gunung Date (kaku Date), Danau Rana (Rana Waekolo) dan tempat yang keramat di hutan primer (koin lalen); Kedua adalah kawasan yang diusahakan meliputi pemukiman (humalolin dan fenalalen), kebun (hawa), hutan berburu atau meramu (neten emhalit dan mua lalen), hutan kayu putih (gelan lalen) dan tempat memancing (wae lalen); Ketiga adalah kawasan yang tidak diusahakan, meliputi bekas kebun (wasi lalen) dan padang alang-alang (mehet lalen).
Menurut penduduk asli Pulau Buru, air Danau Rana berasal dari Gunung Date, untuk itulah wilayah Gunung Date tersebut harus dijaga sebagai wilayah yang sakral.  Gunung dan air adalah sumber kehidupan Orang Bupolo, sehingga perlu dijaga dengan tatanan adat yang kuat. Kepercayaan ini dinyatakan dengan adanya struktur Matgugul sebagai penjaga Danau Rana dalam tatanan masyarakat adat Leisela. Mereka menerapkan aturan bahwa Gunung Date dan Danau Rana harus  dijaga dari adanya pengaruh orang luar, dengan diberlakukannya larangan membawa orang luar mengunjungi dan melintasi Gunung Date. Aturan tersebut ditunjang dengan adanya struktur Seged sebagai pos penghubung dari pesisir ke dataran Danau Rana.
Disamping kuatnya kepercayaan masyarakat adat Pulau Buru tentang keberadaan tanah leluhur yang disakralkan,  keberadaan masyarakat adat Pulau Buru tidak dapat dilepaskan dari adanya tinggalan pemerintah Belanda di masa lalu yang membagi Pulau Buru dalam beberapa regentschap[4].  Dasar pembentukan regentschap itu sendiri tidak terlepas dari keberadaan Petuanan pada masing masing wilayah di Pulau Buru[5]. Keberadaan Regentschap memiliki sejarah yang panjang, karena bermula saat VOC mulai menguasai wilayah timur Indonesia. Pembentukan Regentschap oleh VOC ditujukan untuk mempermudah pengawasan VOC secara administratif dan politik di Pulau Buru. Pola pemerintahan yang ada di Pulau Buru sejak beberapa menjadi wilayah vassal dari Portugis hingga saat VOC dibentuk regenctschap dan kemudian sampai saat ini dalam bentuk pemerintahan kabupaten, ternyata konsep petuanan tetap berlaku dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Struktur fungsional dan sosial petuanan tetap dipercaya oleh masyarakat dalam menyelesaikan beberapa masalah yang timbul dalam kehidupan masyarakatnya.
Informasi yang didapat dari data sejarah VOC dari lembar Staatblad no.19A, sedikit berbeda dari cerita yang ada pada masyarakat adat Buru. Menurut informasi sistem pemerintahan di Buru pada masa lalu, dikenal pula istilah pemerintahan 12 Raja Pati yang berpusat di Kayeli. Kedua belas Raja Pati ini adalah: Masarete, Waesama, Kayeli, Liliani, Tagalisa, Leisela, Wamlana, Fogi, Palumata, Lumaiti, Mahu dan Wailnusa. Dari kedua belas Raja Pati tersebut, hanya tersisa 8 Raja Pati yaitu Masarete, Waesama, Kayeli, Liliani, Tagalisa, Leisela, Wamlana dan Fogi. Keempat lainnya musnah, karena ketiadaan warga dari 4 Raja Pati tersebut. Kedelapan Raja Pati yang ada kemudian berpindah ke daearahnya masing masing dari Kayeli. [6]
Area kerja PT. GHL masuk dalam wilayah petuanan Leisela. Petuanan Leisela sendiri luasnya hampir 2/3 Pulau Buru. Disamping petuanan Leisela  beberapa petuanan lain yang masih ada saat ini adalah  adalah Petuanan Tagalisa (wilayah Waplau), Liliali (wilayah Namlea), Kayeli (wilayah Waiapu) dan Masarete[7].
Menurut Plt Raja Leisela, wilayah Petuanan Leisela terletak memanjang dari barat ke timur dari Tanjung Waeikan sampai dengan Waemase, dan dari selatan ke utara meliputi Kali Waemala sampai Teluk Kayeli. Menurut informasi, terdapat 24 soa  di wilayah Petuanan Leisela saat ini. Keberadaan raja sebagai tokoh yang dianggap mengepalai suatu petuanan, tidak terlepas dari campur tangan VOC di masalalu. Pengangkatan raja sebagai penguasa regentschap merupakan suatu cara untuk mengikat para petuanan untuk tetap dalam penguasaan VOC.
Secara internal struktur sosial masyarakat adat Buru yang ada di dalam Petuanan Leisela masih mengacu pada struktur yang dipercayai dan diyakini oleh penduduk asli P. Buru. Secara garis besar, dapat dikatakan terdapat dua struktur yang diyakini masih berjalan di wilayah Leisela, yaitu struktur Petuanan dan struktur Soa. Struktur sosial yang ada masyarakat adat Leisela dilihat dari segi kewilayah adat yang mencakup pesisir sampai dengan Danau Rana. Danau Rana dianggap sebagai danau pusat masyarakat adat Buru berasal. Daerah di sekitar Danau Rana merupakan wilayah yang sakral dan harus dijaga dengan baik. Dalam pemahaman masyarakat adat Buru, terdapat ikatan yang kuat antara soa dan wilayah adat (neten). Setiap anggota soa adalah pemelihara wilayah soa mereka (geba neten duan). Tokoh adat masing-masing soa memahami batas wilayah masing-masing soa, yang biasanya dibatasi dengan topografi wilayah, misalnya: lembah sungai, sungai, pegunungan, batuan atau bentuk bentuk topografi lain.
Secara umum sistem organisasi kemasyarakatan pada penduduk asli Buru terdiri dari Kepala Soa, Kepala Adat dan Raja. Kepala Soa mengepalai suatu Soa, Kepala Adat mengepalai semua Soa, serta Raja sebagai penguasa tertinggi Adat dan wilayah Petuanan.
Fungsi Kepala Soa adalah mengatasi segala persoalan atau permasalahan baik menyangkut adat maupun persoalan sosial lainnya dalam lingkungan marganya. Kepala Soa diangkat berdasarkan keturunan. Biasanya yang diangkat sebagai Kepala Soa adalah anak pertama laki-laki. Upacara pengangkatan Kepala Soa dipimpin oleh Kepala Adat. Wilayah tempat tinggal Kepala Soa adalah dusun yang yang merupakan bagian dari desa.
Kepala Adat berfungsi untuk mengatasi permasalahan di semua marga yang mana persoalan tersebut tidak dapat diselesaikan oleh Kepala Soa. Disamping itu, Kepala Adat juga berfungsi sebagai pemimpin adat, diantaranya upacara pengangkatan Kepala Soa, pernikahan, dll. Kepala adat juga diangkat berdasarkan keturunan. Upacara pengangkatan Kepala Adat dipimpin oleh Raja. Wilayah tempat tinggal kepala adat adalah desa.
Raja sebagai pemimpin adat dan wilayah Petuanan di Pulau Buru, bertugas menangani dan mengatasi segala persoalan adat di wilayahnya dalam lingkup luas. Segala persoalan tingkat kepala soa dan kepala adat, jika tidak dapat diselesaikan, maka dibawa kepada Raja untuk diselesaikan. Raja diangkat berdasarkan keturunan, yakni anak pertama dari Raja.
Adapun pada wilayah Petuanan Leisela, dalam struktur pemerintahan adatnya, dikenal dengan istilah Leisela Tanggar Telo (tiga tingkat), yang strukturnya dapat dideskripsikan sebagai berikut:
 
Tabel  311     Struktur Sosial dan Fungsional Petuanan Adat Leisela
I
 Raja, berasal dari marga Hentihu
- Henolong, berasal dari marga Fua
- Bupator Pito (7 Kepala Soa), yang terdiri dari:
a.      Fua
b.      Tifu
c.       Hentihu
d.      Warnangan
e.      Wamnebo
f.        Gibrihi
g.      Waili Tomlin
II
Seged Natan Roa
Seged bertugas sebagai penghubung daerah pesisir ke Danau Rana.
Sesuai dengan yang menjadi kepercayaa leluhur,  Seged bertugas pada dua wilayah yaitu sebelah timur dan sebelah barat.
Barat
-          Fanabo/Tasijawa
Timur
-          Waili/ Lehalima
III
Bumilale (Dataran Rana)
Yang menjaga dataran Rana adalah Mat Gugul[8]. Terdapat dua jabatan Matgugul di tingkat ini, yakni Matgugul wilayah barat dan Matgugul wilayah timur.
Matgugul memiliki pembantu yang disebut Portelo dengan tugas mengkoordinir soa –soa yang ada di bawah wewenang Matgugul.
Barat
Jabatan Matgugul dipegang oleh Soa Waikolo
4 soa yang ada di bawah Matgugul Waikolo adalah;
-          Waidupa
-          Minggodo
-          Walpangat
-          Marmaho
Timur
Jabatan Matgugul dipegang oleh Soa Nalbesi
4 soa yang ada di bawah Matgugul Nalbesi adalah:
-          Wae eno
-          Walumama
-          Kafafa
-          Wanoso

Keberadaan soa yang cukup banyak di wilayah adat Leisela sendiri ternyata tidak menimbulkan gesekan antar soa. Dalam masing-masing soa terdapat struktur  yang sudah terbentuk dari awal.



Dalam struktur internal soa/marga, terdapat beberapa jabatan sebagai berikut:
-          Kepala soa, yang mengepalai suatu soa, dipilih atas kesepakatan tokoh tokoh soa.  Kepala Soa berfungsi untuk mengatur segala persoalan yang berkaitan dengan warga dalam suatu soa. Baik persoalan kemasyarakatan maupun persoalan adat.
-          Porisi adalah salah satu jabatan dalam struktur soa yang bertugas menyelesaikan masalah yang timbul dalam soa dan tidak dapat diselesaikan internal oleh masing-masing kepala soa  yang bermasalah.
-          Kawasan adalah salah satu jabatan yang dapat disejajarkan dengan kepala dusun. Dalam satu soa, biasanya terdapat 5 mata ruma. Kawasan biasanya yang mengetahui segala sesuatu urusan dalam soa yang bersangkutan. Selain itu tugas kawasan yang lain adalah membantu kepala soa.
-          Marinjo adalah salah satu jabatan dengan tugas menyebarkan undangan jika akan ada satu kegiatan, atau menyebarkan informasi kepada masyarakat adat.
-          Gebopuji bertugas sebagai imam dengan tugas menjaga tempat-tempat yang sakral.

Setiap soa terdiri dari beberapa mata rumah. Masing masing mata rumah sudah memiliki pembagian tugas sendiri-sendiri sesuai pembagian sejak generasi awal dalam suatu marga sebagaimana tertuang pada gambar di atas.  Secara turun temurun anggota mata rumah akan mewarisi tugas dan tanggung jawab yang sama dengan pendahulunya.[9]


[1] Artinya “orang balakang” atau masyarakat terbelakang. Hal ini dikarenakan penduduk yang tinggal di pegunungan atau dataran tinggi di pedalaman Pulau Buru kehidupannya masih sangat sederhana dan terbelakang.
[2] Penggunaan Soa atau marga untuk penyebutan kelompok masyarakat adat tertentu di wilayah Indonesia Timur. Untuk selanjutnya akan digunakan istilah soa  sebagai istilah yang cukup popular dalam penyebutan marga di masyarakat adat Buru..
[3] Pattinama, Marcus J, Pengentasan Kemiskinan dengan Kearifan Lokal (Studi Kasus di Pulau Buru – Maluku dan Surade – Jawa Barat), MAKARA, Sosial Humaniora, Vol 13. No. 1, Juli 2009: h/ 1-12
[4] Saat VOC mulai masuk ke wilayah Indonesia Timur mengambil alih posisi Portugis yang sudah menguasai wilayah pada masa sebelumnya, VOC juga mengklaim Pulau Buru sebagai wilayahnya dengan perkiraan bahwa Pulau Buru merupakan salah satu daerah Kesultanan Ternate pada masa itu. Sehingga begitu VOC menguasai wilayah Kesultanan Ternate, Pulau Buru otomatis juga menjadi wilayah VOC. Untuk memudahkan system administrasi pemerintahan dan politik,  pada tahun 1824 hukum colonial Belanda menghasilkan pembagian wilayah Pulau Buru menjadi 14 regentschap berdasarkan petuanan yang ada di Pulau Buru. Pada tahun 1934 jumlah regentschap berkurang hingga hanya tinggal 7 regentschap ( Barbara Dix Grimes, “Mapping Buru: The Politic Territory and Settlement on an Eastern Indonesia Island”, Sharing the Earth, Dividing the Land”, Reuter, Thomas Anton (ed.), ANU Press, The Australian National University, 2006 ).
[5] Menurut Staatblad no. 19 A, VOC memandang perlu reorganisasi politik local dengan menggabungkannya dengan system colonial. Untuk itu karena tidak ada system pemerintahan local yang sudah diakui keberadaannya, maka pemerintah menunjuk para raja masing masing petuanan dan membentuk regentschap.   VOC mengumpulkan 14 raja yang ada dan ditempatkan di Kayeli, dan diangkat sebagai regent untuk masing masing regentschap yang dibentuk oleh VOC. Oleh VOC, Kayeli disebut sebagai kerajaan bentukan VOC di Pulau Buru, dapat disebut juga, Kayeli adalah cermin Pulau Buru buat VOC (ibid.)
[6] Terdapat struktur hierarki dari keberadan delapan Raja Pati ini, yang tertinggi adalah Raja, kemudian Pati dan yang terakhir Orang Kaya. Strata tertinggi adalah bersoa Wael bertempat di Kayeli. Strata kedua bersoa Soel bertempat di Fogi dan soa Hentihu di Wamlana. Strata ketiga adalah soa Tumnusa di Waesama, soa Besi di Liliali, soa Hiku di Tagalisa dan soa Waetabo di Masarete.
[7] Pada akhir abad 19, keberadaan regentschap bentukan VOC yang tadinya berjumlah 14, akhirnya berkurang. Kondisi tersebut terkait dengan kenyataan bahwa tidak semua regentschap memiliki penduduk dalam jumlah cukup banyak. Akhirnya pada tahun 1847 beberapa regentschap yang lokasinya berada dalam satu wilayah digabungkan jadi satu, misalnya” Regentschap Maro, Hukumina, Palamata dan Tomahu dimasukkan dalam Regentschap Bara. Menyusul regentschap Ilat pada tahun 1875. Bahkan keluarga utama pada masing masing regentschap tersebut lama kelamaan juga punah karena jumlahnya yang lama lama semakin sedikit. Pada tahun 1900 an, para raja kembali ke wilayah masing-masing di Pulau Buru, setelah hampir lebih dari 100 tahun tinggal di sekitar Kayeli.
[8] Matgugul adalah sebuah jabatan dimana pemegangnya harus tinggal di dataran Rana. Masing masing Matgugul membawahi 4 soa/marga
[9] Contoh: Jika sudah ditetapkan satu mata rumah mendapat tugas sebagai marinjo sejak dulu, maka pada masa kemudian anak turunannya akan mewarisi tugas sebagai marinjo.

Friday, July 27, 2012

Cinta itu Takdir (2)

Tiba-tiba dapat pencerahan, setelah ngobrol dengan seorang kawan yang jadi teman diskusi sejak sepuluh tahun terakhir. Ngobrol-ngobrol tentang cinta, sayang dan unconditional love. Tentang rasa, tentang asa dan sebagainya. 
Obrolan tidak berbentu tersebut menghasilkan pemikiran berikut:

Kita biasanya sering menghubungkan  kata cinta dengan “relationship “atau sebuah hubungan, tapi apa iya cinta itu suatu hubungan? …. Ayo kita pikirkan barengan yuk?....  

Cinta itu seyogyanya bukan “hubungan” melainkan “keterkaitan”. Cinta itu seharusnya menjadi kata kerja, bukan kata benda,  Sayangnya seringkali kita manusia mengurangi keindahan cinta dengan mengaitkannya dalam bentuk hubungan,  padahal kita tahu kalau kita  bicara mengenai hubungan maka kita akan berbicara pula mengenai keamanan dan kepastian. Ya tak? (bisa jadi  pacaran itu sebagai keterkaitan dan pernikahan itu adalah suatu hubungan )

Keterkaitan mempertemukan dua orang asing, setelah terkait selanjutnya… apakah lalu keterkaitan itu wajib menjadi suatu hubungan? Ingat… kalau bentuknya berubah menjadi hubungan maka didalamnya  akan hadir ikatan fisik dan emosional yang harus diiringi dengan rasa secure aman dan memiliki kepastian… betul gak?

Perasaan cinta seharusnya tidak hanya dilatar belakangi oleh nafsu untuk memiliki sepenuhnya akan apa yang kita cintai. Cinta seharusnya menjadi sebuah perasaan yang tulus untuk kebahagiaan orang yang kita cintai. Cinta seharusnya menjadi sebuah ungkapan kasih sayang termurni dan karena sesungguhnya cinta adalah sebuah perasaan yang bisa dimiliki oleh setiap orang, oleh karena itu Cinta sebenarnya tidak pernah menjadi milik perseorangan, siapapun bisa dilanda cinta dan siapapun tentu akan sepenuhnya menyerahkan jiwa dan raganya untuk yang apa atau siapa dia cintai.

Rumit memang untuk mendefinisikan rasa cinta itu,  toh ibaratnya kita tidak pernah tahu seberapa BANYAK sebenernya jumlah bintang  dilangit kan?, tapi  yakinlah,  kita akan sadar dan tahu seberapa BANYAK PERHATIAN yg bisa kita berikan kepada orang yg kita  cintai kan? Biarkan aja perhatian kita itu menjadi bintang bintang cemerlang yang menerangi kegelapan malam orang yang kita cintai.

Mencintai adalah suatu karunia, kita akan berbahagia saat kita mencintai atau dicintai, tapi kamu juga harus ingat bahwa kalau kita menemukan cinta maka kita juga harus siap kehilangannya… mau bagaimanapun caranya ia hilang, yang terpenting ketika cinta itu benar2 hilang... kita tidak perlu MATI bersamanya.
Orang yang berbahagia bukanlah mereka yang selalu memenangkan kehidupan atau memenangkan percintaan… MELAINKAN mereka yang tetap bisa berdiri tegap ketika Terjatuh… 

Mencintai bukanlah hal yang luar biasa, berani tetap tegar pada saat tidak ada lagi yang bisa kita cintai itu baru luar biasa!. Benar memang cinta itu  indah, namun kita tidak perlu mencari cinta dengan sengaja, sebab lucunya biasanya dengan tidak mencari yang terjadi justru malah sebaliknya : akan banyak hal luar biasa yang diberikan cinta kedalam hidup kita.

Cinta tidak pernah menjanjikan bahwa langit itu akan selalu biru, atau bunga selalu mekar, Tapi Cinta akan selalu memberimu Pelangi di setiap akhir badai,melukiskan Senyum di setiap air matamu yang berderai, dan memberikan jawaban atas setiap pertanyaan yang muncul.

Cinta pada suatu saat tidak lagi memerlukan nama, suatu saat dia akan menyatu padu bersama diri kita,  Cinta larut didalam kehidupan kita, meresap didalam jiwa dan terpatri utuh dalam benak kita, tak perlu diucapkan, tak perlu ditunjukkan, dia hadir apabila memang telah tiba saatnya.

Lalu seperti apakah cinta itu sebenarnya jadinya?? Untuk mereka yang memainkannya menamakan cinta sebagai permainan, mereka yang tidak memilikinya menamakan cinta sebagai mimpi, mereka yang terjebak didalam kekalutannya menamakan cinta sebagai neraka…. Hanya mereka yang mengerti akan cinta yang akan memanggilnya sebagai Takdir.

Wah judul diskusi kali ini bisa jadi "Pencerahan tentang cinta". Bahkan untuk saya yang sudah mid 40, exploring tentang cinta rasanya tetap ada yang baru dan baru terus menerus, jika kita diskusi dengan orang orang yang berbeda.

Namun, diatas semua itu, perlukah cinta itu didiskusikan?.... Kadang hati kecil akan bilang ndak perlu!!, cinta itu cukup dirasakan, dinikmati dan disyukuri. Walau, pada akhirnya ada hal hal yang perlu didiskusikan, saat cinta bertemu dengan logika dan realita.

Jadi.... tetaplah mencintai, karena hanya cinta yang dapat membuat hidup ini tetap indah.

Wednesday, July 25, 2012

Lagu yang menenangkan

Just realized!!
Mendengarkan lagu lagu Simon and Garfunkel sejak jam 10 pagi tadi hingga sekaran ini, ternyata membawa dampak menenangkan jiwa dan pikirku yang biasanya selalu liar, kemana-mana.
Dan baru menyadarinya sekarang, ternyata dari tadi, saya bisa berpikir tenang tanpa gedubragan seperti biasanya.
Wow!
Semakin suka dengan lagu-lagunya Simon and Garfunkel.
Jadi  lagu wajib tambahan deh nih dalam hidup.

Monday, July 23, 2012

Cinta itu takdir (1)

Hah!
Tadi sore habis meeting mampir bentar di Gunung Agung, cari buku bacaan, yang siapa tahu ada yang aku pengin beli.
Puter-puter sana sini, kok ndak ada yang menarik.
Tiba tiba, ah daripada ndak jelas, baca aja di situ, buku yang sudah kebuka sampulnya.
Ambil buku Sujiwo Tejo yang baru, judul bukunya sih lupa
Berani karena Ngawur atau apa ya..lupa

Lembar demi lembar tak buka, tak baca. Tiba tiba, tepat di bab yang menceritakan damarwulan menakjinggo, akhir bab tertulis quote

"..., Cinta itu takdir, menikahi itu nasib. Orang bisa melawan nasib, namun tidak dengan takdir."

Ahay!!!
Suka dengan quote tersebut.  Mungkin cinta adalah topik basi untuk dibahas. Namun kali ini, aku rasa tulisan itu tepat sekali. Tanpa tedeng aling aling menelanjangi hidup kita.

Setiap orang punya jalan hidup sendiri sendiri. Ada yang bisa memahami dengan benar apa keinginannya. Ada yang tidak tahu atau malah tidak ingin tahu.
Dan aku??? aku adalah orang yang tahu benar apa yang aku inginkan dan ingin aku wujudkan.
Namun satu hal yang pasti. Aku mencintai hidupku saat ini. Lepas dari masalah takdir atau nasib yang menimpaku.

Hidup cinta!!!

Sunday, July 22, 2012

Kesabaran

Sudah hampir dua bulan kesabaranku diuji oleh seseorang yang sangat saya pedulikan.
Sabar...sabar...

Saya jadi ingat, ada salah satu sahabat bilang, saya ini impulsif. Selalu bertindak atau berucap menurutkan kata hati. Bisa girang hanya karena satu hal kecil yang biasa saja. Dan bisa juga ngambek berhari hari karena hal yang biasa pula.
Tak bisa menyetel ekspresi agar nampak netral. Mengingat usia saya yang almost 45.

Begitukah?

Mungkin memang sudah saat nya saya lebih wise.... bisa mengerem ekspresi saya yang kadang selalu disertai emosi.
Untunglah... teman teman terdekat saya adalah orang orang yang cool yang dapat membuat saya berlaku agak mengerem ekspresi. Biar tidak terlalu blak blak an...

Jadi.... sekarang ini, saat saya sedang dalam kondisi emosi yang tidak stabil, harus mengedepankan sabar dan ikhlas.....

Deuuuh! sulitnya....

Saturday, July 21, 2012

Sendiri Menyusuri Kehidupan

Saya pikir, pada dasarnya orang itu hidup sendiri, begitu ia menginjakkan kaki pada usia dewasa. Saat dimana ia mulai bertanggung jawab pada hidupnya sendiri.
Entah dia dikelilingi oleh keluarga, sanak saudara, sahabat, teman teman dekat ataupun orang orang yang mencintai atau dicintai nya. Tetap saja dia hidup sendiri.
Mengapa?
Karena roda kehidupannya dia setir sendiri. Dia yang bertanggung jawab pada jalan hidupnya sendiri.
Sehingga tetap saja, ada rasa sendiri, saat dia dikelilingi banyak orang.
Terpekur. Merenung. Sendiri. Tanpa Arti.

Jadi tak perlu ragu, untuk menjadi sendiri dalam hidup ini. Yakinlah akan kemampuanmu dan kekuatanmu untuk dapat mengalahkan kesendirian itu.

Monday, July 16, 2012

Liburanku adalah ....

Liburan dapat berbentuk macam macam bagi tiap sosok yang memerlukan liburan.....
Buatku, liburan adalah saat membaca novel tanpa henti dan tanpa gangguan siapapun...
Bangun tidur sesukaku, tanpa ada yang memaksaku untuk harus begini dan harus begitu...
Merdeka banget...
Begitu sederhana sebenernya liburanku.
Tanpa biaya...
Namun... ternyata tidak begitu dengan anak anak.
Buat anak anak, liburan adalah jalan jalan, karena sekolah itu berarti ndak bisa jalan jalan.

Jadi
berkompromilah aku dengan anak anak untuk definisi liburan kali ini.
Aku tetep bisa santai, namun anak anak juga bisa refreshing juga.
Caranya?
Pembagian jadwal. Kapan aku bisa baca buku sesukaku..tanpa gangguan berarti dari anak anak.
dan sisanya menemani anak anak liburan.

My favorite book
Adil kan?
Cukup adil buatku.

Akhirnya membaca ulang Senopati Pamungkas terlaksana, namun anak anak juga enjoy dengan liburan mereka.

Liburan kali ini anak anak tak ajak ke daerah solo dan sekitarnya. Entah kenapa sudah agak males ke yogya kali ini. Kemacetan menuju arah kota Yogya di beberapa spot dalam perjalanan menuju ke sana membuatku malas mengunjunginya. Apalagi kali ini aku hanya sendirian sebagai supir. Alhasil, kearah Solo dan sekitarnya membuatku lebih tertantang. 

1. Menikmati ice cream di Restoran OEN merupakan hal yang sangat menggoda. Bentuk bangunan yang kuno membuatku ingin mengajak anak anak eksploring lebih lanjut tentang sesuatu yang berbau masa lalu.
Rasa es krim nya?? jangan salah. Sangat lezat. recommended one deh pokoknya.. Anak anak pasti suka, lha wong aku aja suka.....

Es krim di OEN Restaurant Semarang

Dalam perjalanan ke solo, sempat belok sebentar ke Bandungan karena ada sesuatu hal yang harus di drop. Buat si kecil, naik kuda saja sudah seru. Yang gede, menikmati hawa sejuk Bandungan sudah cukup asik.


Wisata ke kampung batik Kauman di Solo cukup seru buat ibu ibu tentunya, walau ndak kalah seru untuk anak anak, karena  asik naik becak dari satu tempat jual batik ke tempat jual batik lainnya. Anak anak adalah binar air mata kehidupan kita. Jika mereka berbinar  matanya, berbinar pula mata hidup kita.

KAMPOENG WISATA BATIK KAUMAN, SOLO

Kampung Batik Kauman, Solo



  


Berhenti sejenak di Alun-alun utara, jalan kaki, bercanda, murah meriah. Namun anak anak menikmatinya. Itulah hidup yang sebenarnya.

Alun alun lor Solo

Gasingan seharga 5 ribu rupiah pun jadi sesuatu yang mahal buat mereka. Hal baru yang selalu membuat anak anak tertarik. Seorang ibu yang menawarkan dengan ramah, meluruhkan perhatianku untuk berhenti sejenak. Bercanda dengan anak anak untuk try out dengan gasing masing masing.
5 ribu mungkin bagi sebagian orang tidak berarti apa apa, namun tidak hal nya dengan si ibu penjual gasing tersebut.

Yuk beli gasingan

DUGDERAN, Semarang
Dugderan, salah satu acara tradisi sebelum bulan puasa di Semarang, cukup menggelitikku untuk mampir. Walaupun aku tahu aku bakal tidak menemukan hal hal yang menarik di sana. Namun paling tidak, mengobati kerinduan masa lalu akan exciting nya Dugderan.
Bahkan kapal otok otok nya pun masih tetap ada, sejak aku kecil dulu sampai sekarang. Harganya sih murah, 10 ribu. Namun tetap saja, anak anak pengin. Walau sudah siap bakal tidak tahan lama permainan itu. Itulah gunanya Dugderan diadakan tiap tahun Memenuhi sensasi atas permainan permainan sesaat tersebut.


Komedi putar, tong setan dan teman temannya merupakan hal baru dalam acara dugderan. Dulu jaman aku kecil ndak ada tuh.



Dan perjalanan keluar kota pun dimulai. Sengaja pergi dengan tujuan nginep. Walau tujuan belum ditentukan mau ke arah mana.
Terinspirasi oleh perjalanan seorang teman LKers yang melakukan trip to Solo, tiba tiba jadi ingin mengajak anak anak ke sana. Sangiran, Candi Sukuh, Tawangmangu sepertinya menarik.
Ingatan masalalu tentang Telaga Sarangan menggodaku untuk pergi ke sana. Bayangan telaga yang luas masih tersimpan di memori ingatan. Walaupun sedikit kecewa waktu ke sana, karena kok sepertinya Telaga Sarangan itu ternyata kecil amat.
But, yang penting dalam hal ini adalah perjalanannya menuju ke sana. How we enjoy the proses!!!

DINGIN DI CANDI SUKUH 

Candi yang menarik dan indah



Candi Sukuh nan eksoktis

Telaga SARANGAN


on the way to Sarangan, dan kabutpun mulai turun


satu putaran 40 ribu. mahal amat pak, padahal ndak ada 5 menit


Beautiful scenery Telaga Sarangan


GROJOGAN SEWU, Tawangmangu

Mbah ti (67 thn)  dengan cucu cucunya, walau tertatih perlahan, namun sampai juga

Dilarang mendekat ke air terjun, tapi tergoda juga.

Garis batas dilanggar pula.

Hah! liburan kali ini bener bener liburan. Asyik. Santai.
Ingin rasanya mengulanginya lagi tahun depan.

Liburan is about how to enjoy it. Not where we go...

Friday, July 06, 2012

Si Mata Teduh 3

Tiba tiba saja, kesempatan itu datang.
Si Mata Teduh tiba tiba melintas di depannya.
Satu sapaan manis darinya membuat dirinya melambung.
Saling sapa pun terjadi. Membuat dirinya semakin mengenal si mata teduh.
Pembicaraan pribadi berlanjut lewat personal message.
Seolah olah terasa sudah mengenalnya bertahun tahun lewat.
Saling tanya dan jawab, saling tukar sapa, saling cerita semakin panjang dalam pesan pesan antara dirinya dan si mata teduh.
Dia merasa hari hari semakin indah. Sapaan tiap pagi tidak pernah lewat.
Senyum tiap pagi selalu membuat pelangi di hatinya.
Tiap hari.

Sunday, July 01, 2012

Si Mata Teduh (2)

Kemarin dia lihat si mata teduh lagi.
Ingin dia memberanikan diri  untuk menyapanya.
Namun, rasa kekhawatiran itu masih selalu ada.
Rasa tidak mengenalnya membuat takut akan datang anggapan tak berdasar dari dia.
Harus perlu alasan penting untuk bisa berkomunikasi dengannya, tanpa menimbulkan tanda tanya dari nya.
Apa ya??
Ia berpikir keras, mencari sesuatu hal yang dapat membuatnya berhubungan tulis dengan si mata teduh.

(bersambung)

Saturday, June 30, 2012

Menjaga rasa dan asa


Di lautan asmara
gelombang rindu menyapu
pada batu karang kesetiaan
tersisa pasir penantian

di pantai kemesraan
membadai kenangan
menjilati bersama pasang laut
mencumbu lumut berahi

meniti buih
saat purnama
kau tiba

karena begitulah
aku garam putih
tak mungkin pisah
dari laut birumu....

(senopati pamungkas)

Saturday, June 23, 2012

Si Mata Teduh (1)

Sebenernya, aku tak pernah percaya dengan istilah cinta pada pandangan pertama, sama sekali. Bagaimana mungkin orang tidak kenal bisa jatuh cinta. Bisa jadi, bahkan belum kenal namapun tidak mungkinlah bisa jatuh cinta. Sangat sangat tidak masuk akal.
Namun, pengalamanku bertemu seseorang beberapa waktu lalu menggugurkan pandanganku tentang cinta pada pandangan pertama. Langsung gugur dan luntur.
Tak pernah aku mengerti, mengapa serasa ada daya magnet yang kuat, saat aku tidak sengaja bersirobok pandang dengannya.
Masih lekat dalam benakku, cerita pertemuan dengannya beberapa hari yang lalu. Dan tetap saja masih tetap terheran heran aku, mengapa aku bisa seperti orang aneh gitu ya kemarin itu.

Kemarin, aku datang dengan tingkat kekhawatiran yang cukup tinggi, mengingat tidak banyak yang aku kenal dalam acara kemarin. Ah peduli amat nanti kalau ternyata banyak yang tidak mengenalku. Yang penting saya sudah berusaha nyenengin orang lain. Begitu sikapku, sekaligus memenuhi rasa ingin tahuku tentang tempat baru yang jadi tempat tujuanku kemarin.
Ternyata benar, tak banyak yang aku kenal kemarin. Yah... say hello dengan sedikit orang, sudah lumayan mengurangi rasa canggungku yang mendera sejak keberangkatan tadi.
Duduk diantara teman teman yang baru kukenal. Senyam senyum sapa yang penuh tanya. Tengak tengok melihat siapa siapa sajakah yang aku kenal. Ah, banyak sekali yang belum kukenal, dan tiba tiba mata itu menarikku untuk melihat sosoknya. Ah.!.. siapakah dia. Rasanya kenal deh, tapi kok tidak muncul keluar di ingatan, siapa dia.
Kembali aku menatap dia, siapa dia?.. Untunglah dia tidak sedang melihat ke arahku. Kemudian dengan berusaha keras aku berusaha mengingat namanya. Yah!.. aku pernah merasa kenal dengan dia di dunia fb. Namun kenapa nama yang sudah diujung lidah itu tak kunjung keluar. Ah! kuperas ingatanku dalam dalam. Merenung. Menafikkan kehadiran yang lain.
Ah otak yang semakin menua ini, memang tidak diajak kerja dalam kecepatan tinggi. Sudah lah..menyerah aku. Kalah, dan tanya dengan teman yang duduk di sebelahku, apakah dia tahu nama mas yang di sana itu. Ternyata, dia pun tak tahu. Senyum pasrah menghiasi wajahku.

Waktu berjalan, acarapun merambat, namun otakku masih terus bergulat, mencoba menggali ingatan, siapakah dia.
Tepat, saat aku mau tak mau harus bertegur sapa dengannya, karena tempat dudukku yang tidak jauh dari tempat dia akan lewat, terlintas nama yang indah itu. Bima. Ah ya, Bima namanya.
Orangnya cool, tenang, tidak meledak ledak, suaranya lembut. Menanggapi salam tanganku dengan ramah. Katanya saat kuperkenalkan diriku, dia bilang, saya sudah tahu nama mbak kok.
Ah... betapa malunya diriku, karena hampir dua jam hanya untuk menemukan namanya terlintas di benakku.

Dan sejak salam ramah terucapkan, mata dan benakku hanya terpusat pada sosok tampan yang tenang itu. Untuk sejenak aku terpana mendengar ucapnya waktu kusapa dia, mungkin hanya satu dua detik, namun momennya tidak terlupakan.
Apakah ini yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama. Seperti cerita cerita di novel yang aku tidak pernah bisa percaya itu?
Ah. Sepertinya aku kena kutukan atas pengingkaranku terhadap sentimentil dan romantisme cerita cinta yang menurutku sangat dipaksa untuk ditulis itu.
Tidak. Tidak mungkin orang seperti aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Impossible.


(bersambung)