Paling sebel kalau dengan semangat empat lima kita mengajukan tangan kita untuk bersalaman dengan seseorang, namun dia hanya mengatupkan kedua belah tangannya di depan dada. Alias tidak mau diajak bersalaman.
Kalau evennya pas pengajian or what ever lah yang berbau bau religius gitu aku sudah siap mental untuk menerima hal hal seperti itu.
Namun kalau evennya yang seperti ini, semacam ramah tamah antara alumni dan adik adik angkatannya yang sekarang masih kuliah, ya rada rada kaget juga aku kalau tiba tiba ada yang tidak mau diajak bersalaman.
Yang ada kan anehnya gini…. Misalnya kita berdiri berjajaran dalam posisi memberikan selamat datang or selamat jalan kepada adik adik itu.. otomatis tangan ini kan selalu maju untuk bersalaman dengan orang yang ada didepan kita. Namun, pas gilirannya ketemu orang yang ndak mau diajak salaman oleh orang yang berbeda jenis kelamin… kan jadi.. spt mobil kebablasan yang ndak bisa direm..eh..ternyata yang didepan kita cuma begitu aja. Jadi malu hati deh.
Rasanya, aneh aja.. di lingkungan unit marching band yang biasanya orang-orangnya begitu terbuka, familiar, ramah tanpa batas, tiba tiba ada yang begitu itu.
Sometime aku merasa… apakah persentuhan orang berbeda jenis kelamin itu benar benar dilarang bagi sekelompok orang tersebut. memang ada efeknya kalau bersalaman dengan orang lain jenis? Buat aku ndak ada efeknya tuh. Kecuali bersalaman dengan orang orang yang berpenyakit menular baru itu ada efeknya.
Kesel deh. Padahal dari bersalaman itu kadang kita bisa mengungkapkan pernghargaan kita kepada orang yang kita ajak bersalaman. Misalnya: dalam pertemuan bisnis; atau ungkapan senang karena bisa bertemu lagi dengan teman lama. Ataupun ungkapan ungkapan lain yang bisa tercermin dari cara kita bersalaman.
Jadi sebenernya tidak ada alasan kuat lho untuk orang menampik ajakan bersalaman dari orang lain. Whatever the reason!!!
Friday, April 29, 2005
Thursday, April 28, 2005
Kesehatan Jiwa Yang Terganggu
Setelah aku baca lebih jelas dan perlahan larik demi larik imel dari seorang teman, tiba-tiba aku sadar, seseorang telah berpikir bahwa aku punya kecenderungan gangguan kesehatan jiwa. Benarkah itu?
Bagaimanakah jiwa yang sehat itu? apakah jiwa yang sehat itu berarti jiwa yang stabil. Tidak labil. Selalu dapat menjaga control emosi nya. Selalu ber-positif- thinking. Selalu. dan selalu menjaga hal yang bersifat positif?
Begitukah jiwa yang sehat itu?
So, kali memang aku lagi terganggu kesehatan jiwa ku.
Berarti, jauh jauhlah dari orang yang sakit jiwa.
Bagaimanakah jiwa yang sehat itu? apakah jiwa yang sehat itu berarti jiwa yang stabil. Tidak labil. Selalu dapat menjaga control emosi nya. Selalu ber-positif- thinking. Selalu. dan selalu menjaga hal yang bersifat positif?
Begitukah jiwa yang sehat itu?
So, kali memang aku lagi terganggu kesehatan jiwa ku.
Berarti, jauh jauhlah dari orang yang sakit jiwa.
Labels:
renungan
Tuesday, April 26, 2005
APAKAH KAMU SUDAH SUKSES ?
Apakah saya sudah sukses saat ini?
Orang mungkin boleh saja menganggap saya belum berhasil atau saya sudah berhasil saat ini. namun satu-satunya orang yang bisa mengukur apakah saya sudah sukses atau belum adalah SAYA SENDIRI.
Ya benar. Ukuran kesuksesan tiap orang berbeda. Bisa saja orang sudah merasa sukses karena sudah bisa lepas dari orang tua. Sudah tidak menggantungkan hidupnya pada orang lain. Atau,… seseorang sudah merasa sukses karena sudah dapat membantu kehidupan orang tuanya di masa tuanya. Atau,… orang sudah merasa sukses karena sudah dapat membeli mobil mewah dan rumah mewah. Padahal… belum tentu orang yang memiliki barang barang tersebut merasa sukses. Namun, bisa juga orang sudah merasa sukses karena sudah dapat memiliki taxi sendiri, sehingga ia tidak perlu memberikan setoran kepada orang lain.
Standard kesuksesan tiap orang memang berlainan, dan tidak seorangpun boleh menilai kesuksesan orang lain. Karena yang bisa menilai sukses tidaknya seseorang adalah orang itu sendiri.
Orang mungkin boleh saja menganggap saya belum berhasil atau saya sudah berhasil saat ini. namun satu-satunya orang yang bisa mengukur apakah saya sudah sukses atau belum adalah SAYA SENDIRI.
Ya benar. Ukuran kesuksesan tiap orang berbeda. Bisa saja orang sudah merasa sukses karena sudah bisa lepas dari orang tua. Sudah tidak menggantungkan hidupnya pada orang lain. Atau,… seseorang sudah merasa sukses karena sudah dapat membantu kehidupan orang tuanya di masa tuanya. Atau,… orang sudah merasa sukses karena sudah dapat membeli mobil mewah dan rumah mewah. Padahal… belum tentu orang yang memiliki barang barang tersebut merasa sukses. Namun, bisa juga orang sudah merasa sukses karena sudah dapat memiliki taxi sendiri, sehingga ia tidak perlu memberikan setoran kepada orang lain.
Standard kesuksesan tiap orang memang berlainan, dan tidak seorangpun boleh menilai kesuksesan orang lain. Karena yang bisa menilai sukses tidaknya seseorang adalah orang itu sendiri.
Labels:
renungan
Sunday, April 24, 2005
Apakah perempuan memang butuh having sex?
Mengikuti dengan rutin serial sex and the city, membuat aku jadi semakin ingin tahu. Apakah memang sex itu sesuatu yang cukup penting dalam kehidupan seorang wanita? Benarkah? Habis gimana, coba lihat, all is about the relationship that will end with having sex. Not make love. Please note. Not make love.
Bahkan ada yang baru kenal langsung having sex, dan kemudian tidak berkelanjutan. Mungkin satu satunya yang agak waras Cuma si carrie bradshaw. Itupun kadang kadang masih unbelievable juga.
But, yang membuat aku ingin tahu adalah… apakah memang having sex itu merupakan kebutuhan rutin buat wanita? Just like the man…?
Kalau dipikir pikir, sebenarnya tidak. Perempuan sepertinya bisa lebih bertahan kok tanpa sex. Mau bukti?... banyak.
Tapi kemaren salah seorang temanku yang gila bilang,.. perempuan yang pernah bersuamin kalau berbulan bulan tidak disentuh pria, bisa ganas.
Benarkah?
Sejujurnya aku tidak setuju dengan komentar tersebut. perempuan kan lebih bisa menahan diri daripada laki laki.
Sehingga tidak dengan gampang perempuan akan having sex dengan setiap laki laki yang mungkin secara chemistry cocok dengannya, dan tentu saja yang mungkin disukainya.
Untuk seorang perempuan yang bersuami bagaimana?
Tetap saja sama. Bisa jadi dia secara rutin secara pasif melayani suaminya, namun apakah dengan begitu seorang perempuan dianggap having sex? Tidak.
Bisa jadi dia tidur, atau diam saja, atau apa sajalah, yang intinya.. dia (si perempuan) hanya berfungsi sebagai alat. Itu saja. (mungkin kejam sekali kalimat tersebut, namun itulah kenyataannya)
Mau bukti?.. beberapa teman perempuan yang sudah bersuami pasti mengeluh, di saat ia sedang tidak ingin melakukan apa apa, ternyata sang suami ingin dilayani kebutuhan seksualnya. Akibatnya? Si istri hanya diam, menunggu detik detik terakhir saat si suami selesai memenuhi hasratnya, dan kemudian, tidur.
Having sex kah itu?
Dan itu tidak terjadi satu atau dua kali. Berkali kali tanpa ada pembaharuan hubungan.
Mungkin kejadian di atas tidak akan terjadi pada pasangan yang memiliki hubungan mesra yang konsisten. Tidak berubah walaupun sudah lebih dari 10 tahun menikah, atau tetap saling romantis walau sudah 20 tahun menikah.
Berani taruhan?.. hanya 1 diantara 100 yang masih seperti itu. (kalau aku sih bilangnya 1 diantara 1000… sadis ya?!)
Jadi, film sex and the city itu, belum tepat dianggap juga terjadi di semua belahan dunia. Mungkin bisa terjadi hanya pada sebagian kecil wanita yang benar benar hebat. Dan.. boleh atau tidak, aku ingin jadi part of them… namun tidak untuk kebutuhan sex nya. Karena bagaimanapun having sex membutuhkan cinta untuk memulainya, dan itu namanya make love. Kalau tidak ada cinta,….. … mending tidak usah deh.
Bahkan ada yang baru kenal langsung having sex, dan kemudian tidak berkelanjutan. Mungkin satu satunya yang agak waras Cuma si carrie bradshaw. Itupun kadang kadang masih unbelievable juga.
But, yang membuat aku ingin tahu adalah… apakah memang having sex itu merupakan kebutuhan rutin buat wanita? Just like the man…?
Kalau dipikir pikir, sebenarnya tidak. Perempuan sepertinya bisa lebih bertahan kok tanpa sex. Mau bukti?... banyak.
Tapi kemaren salah seorang temanku yang gila bilang,.. perempuan yang pernah bersuamin kalau berbulan bulan tidak disentuh pria, bisa ganas.
Benarkah?
Sejujurnya aku tidak setuju dengan komentar tersebut. perempuan kan lebih bisa menahan diri daripada laki laki.
Sehingga tidak dengan gampang perempuan akan having sex dengan setiap laki laki yang mungkin secara chemistry cocok dengannya, dan tentu saja yang mungkin disukainya.
Untuk seorang perempuan yang bersuami bagaimana?
Tetap saja sama. Bisa jadi dia secara rutin secara pasif melayani suaminya, namun apakah dengan begitu seorang perempuan dianggap having sex? Tidak.
Bisa jadi dia tidur, atau diam saja, atau apa sajalah, yang intinya.. dia (si perempuan) hanya berfungsi sebagai alat. Itu saja. (mungkin kejam sekali kalimat tersebut, namun itulah kenyataannya)
Mau bukti?.. beberapa teman perempuan yang sudah bersuami pasti mengeluh, di saat ia sedang tidak ingin melakukan apa apa, ternyata sang suami ingin dilayani kebutuhan seksualnya. Akibatnya? Si istri hanya diam, menunggu detik detik terakhir saat si suami selesai memenuhi hasratnya, dan kemudian, tidur.
Having sex kah itu?
Dan itu tidak terjadi satu atau dua kali. Berkali kali tanpa ada pembaharuan hubungan.
Mungkin kejadian di atas tidak akan terjadi pada pasangan yang memiliki hubungan mesra yang konsisten. Tidak berubah walaupun sudah lebih dari 10 tahun menikah, atau tetap saling romantis walau sudah 20 tahun menikah.
Berani taruhan?.. hanya 1 diantara 100 yang masih seperti itu. (kalau aku sih bilangnya 1 diantara 1000… sadis ya?!)
Jadi, film sex and the city itu, belum tepat dianggap juga terjadi di semua belahan dunia. Mungkin bisa terjadi hanya pada sebagian kecil wanita yang benar benar hebat. Dan.. boleh atau tidak, aku ingin jadi part of them… namun tidak untuk kebutuhan sex nya. Karena bagaimanapun having sex membutuhkan cinta untuk memulainya, dan itu namanya make love. Kalau tidak ada cinta,….. … mending tidak usah deh.
Labels:
acara televisi
Lalu bersama angin
Sebenarnya tidak ada perlunya orang harus tenggelam dalam masalahnya sendiri. Menganggap bahwa masalahnya adalah hal yang terberat yang pernah dialaminya. Atau, tidak pernah ia mengalami hal tersebut. Atau, mengapa masalah tersebut bisa hinggap pada dirinya.
Tidak perlulah orang terlalu memikirkan terlalu dalam apa apa saja yang dialaminya. Just, let it flow. Mungkin itu yang paling tepat. Masalah pekerjaan di kantor yang stuck, atau komplain komplain pedas dari pihak lain, bahkan masalah masalah pribadi yang cukup berat, hanya perlu dihadapi. Tidak perlu dikomplain dan tidak perlu pula mengasihani diri sendiri atas apa yang terjadi.
Dengan membiarkannya terjadi dan menghadapinya semampu kita, mungkin itulah prestasi terhebat kita.
Hari demi hari pasti berlalu, menambah usia kita, dan mengurangi kesempatan hidup kita. Jadi, janganlah khawatir, semua masalah yang kita hadapi pasti akan lalu bersama angin.
Tidak perlulah orang terlalu memikirkan terlalu dalam apa apa saja yang dialaminya. Just, let it flow. Mungkin itu yang paling tepat. Masalah pekerjaan di kantor yang stuck, atau komplain komplain pedas dari pihak lain, bahkan masalah masalah pribadi yang cukup berat, hanya perlu dihadapi. Tidak perlu dikomplain dan tidak perlu pula mengasihani diri sendiri atas apa yang terjadi.
Dengan membiarkannya terjadi dan menghadapinya semampu kita, mungkin itulah prestasi terhebat kita.
Hari demi hari pasti berlalu, menambah usia kita, dan mengurangi kesempatan hidup kita. Jadi, janganlah khawatir, semua masalah yang kita hadapi pasti akan lalu bersama angin.
Labels:
renungan
Thursday, April 21, 2005
Monday, April 18, 2005
Kayak ibu - ibu !!!!
Si tengah sedang ketiduran di depan tv, karena ia tidak sempat bobok siang tadi. Si bontot dengan sayangnya mengelus elus si tengah. Tumben pikirku, perasaan kalau sama sama melek ndak pernah berdamai gini. Si sulung, mendekati si bontot, “nda… mas danang di sayang juga dong”… “ndak mau.. kamu ndut!”….
Si sulung ndak tahulah aku ngapain si bontot.. tp si bontot tiba tiba teriak…
“ibu…… mas danang nih….. nyubit aku………. Kayak ibu ibu aja….!
Hahahahaha…. Dasar si bontot… kebanyakan vocab dia….
Si sulung ndak tahulah aku ngapain si bontot.. tp si bontot tiba tiba teriak…
“ibu…… mas danang nih….. nyubit aku………. Kayak ibu ibu aja….!
Hahahahaha…. Dasar si bontot… kebanyakan vocab dia….
Labels:
dinda
Kapokmu kapan nduk!!!
Ketika layar handphone menerima pesan… delivered to:..XXX : time…
Wah… mati aku… salah kirim.. kan harusnya bukan ke XXX tp ke YYY.
Ampun… gimana ini… mana isinya mengenai si XXX dan bersifat negative lagi.
Waduh… gimana ini.
Aku telpon ke YYY… gimana ini… nanti gimana…
YYY just told me.. tenang aja. Nanti saja dilihat.. bagaimana responnya…
Beberapa kejadian seperti itu sering aku alami, kalau aku ambil menu dari phone book terus pilih menu send message… biasanya.. saat kirim..tdk ada re-konfirmasi nomor tujuan lagi, tapi otomatis langsung terkirim. Jadi ndak bisa terkontrol jika kita berubah pikiran di tengah tengah saat kita menulis pesan.. tp kita belum cancel menu yang tadi.
Ampun.. ndak lagi lagi ah kirim sms dari menu phonebook. Bisa gawat kejadiannya. Mending kirim sms dari menu message aja. Aman.
Kalau pesannya tidak begitu penting sih ndak papa… kalau pesannya ternyata… menyinggung si penerima kan bisa jadi gawat.
..
nah… apa yang terjadi kemaren menjadi pelajaran… harus tulis sms dari menu message. Wis. Itu harus.
Kapok aku.
Tapi untunglah… salah kirim sms kemaren menjadi berkah buat aku, karena membuat suatu cerita yang aku tidak pernah ketahui menjadi jelas sejelas jelasnya.
Thanks God.
Namun tetap saja… WARNING… hati hati kalau mau kirim sms… tidak boleh sok yakin asal send. Harus dicek lagi nomor tujuan.
Orang Jawa bilang… “KAPOKMU KAPAN NDUK!!!”
Wah… mati aku… salah kirim.. kan harusnya bukan ke XXX tp ke YYY.
Ampun… gimana ini… mana isinya mengenai si XXX dan bersifat negative lagi.
Waduh… gimana ini.
Aku telpon ke YYY… gimana ini… nanti gimana…
YYY just told me.. tenang aja. Nanti saja dilihat.. bagaimana responnya…
Beberapa kejadian seperti itu sering aku alami, kalau aku ambil menu dari phone book terus pilih menu send message… biasanya.. saat kirim..tdk ada re-konfirmasi nomor tujuan lagi, tapi otomatis langsung terkirim. Jadi ndak bisa terkontrol jika kita berubah pikiran di tengah tengah saat kita menulis pesan.. tp kita belum cancel menu yang tadi.
Ampun.. ndak lagi lagi ah kirim sms dari menu phonebook. Bisa gawat kejadiannya. Mending kirim sms dari menu message aja. Aman.
Kalau pesannya tidak begitu penting sih ndak papa… kalau pesannya ternyata… menyinggung si penerima kan bisa jadi gawat.
..
nah… apa yang terjadi kemaren menjadi pelajaran… harus tulis sms dari menu message. Wis. Itu harus.
Kapok aku.
Tapi untunglah… salah kirim sms kemaren menjadi berkah buat aku, karena membuat suatu cerita yang aku tidak pernah ketahui menjadi jelas sejelas jelasnya.
Thanks God.
Namun tetap saja… WARNING… hati hati kalau mau kirim sms… tidak boleh sok yakin asal send. Harus dicek lagi nomor tujuan.
Orang Jawa bilang… “KAPOKMU KAPAN NDUK!!!”
Labels:
rerasan
Saturday, April 16, 2005
LAYANG-LAYANG DAN TALI KEPERCAYAAN
Layang layang dan tali kepercayaan.
Seseorang tengah bermain layang-layang. Antara dirinya dan layang-layang dihubungkan dengan sebuah tali. talinya dapat berasal dari berbagai jenis, bisa benang biasa, bisa benang kenur (bhs jawa), bisa benang kasur, etc.
Benar benar hanya benang itu yang tetap menjaga layang layang itu agar tidak lepas dari dirinya.
Ia sudah memilih tali yang sudah lama menemaninya setiap ia bermain layang layang. Ia sudah percaya padanya. Amat sangat bahwa ia akan dapat menjaga layang layang itu kemanapun ia terbang. Ya, tali itulah kepercayaannya yang menjaga layang layang.
Apakah yang terjadi jika tali dari layangan lain mengganggu talinya? Atau talinya terkena kawat listrik, atau tersangkut dipohon, atau bahkan terseret mobil yang melintas saat ia bermain layang layang di pinggir jalan?
Putuslah layang layangnya. Kadang kadang masih dapat ia temukan layang layangnya dengan tali panjang menggantung. Namun kadang hanya tinggal pendek karena terseret mobil, atau terputus saat ia mengambil layang layang di pohon.
Namun, tetap saja ia berusaha untuk menyelamatkan layang layang nya, agar ia dapat memasang talinya kembali, dan dapat dipakai bermain lagi.
Tali kepercayaan yang sudah hilang, atau sudah pendek, ia sambung lagi, agar menjadi panjang. Demikian seterusnya, jika tali layang layangnya terputus saat bermain.
Hingga akhirnya stok tali kepercayaannya hampir habis, sedangkan sudah tidak ada yang menjual tali kepercayaan lagi kepadanya, karena kepercayaan sudah sulit didapat. Apakah yang akan terjadi? Kalau terlalu lama tidak ada yang menjual tali kepercayaan itu untuknya?
Ia tidak akan bermain layang layang lagi. Bisa jadi ia akan berikan layang layang itu kepada temannya, atau ia biarkan saja tersimpan digudang, atau akan ia buang saja ke tempat sampah. Dan berakhirlah kegiatan bermainnya dengan layang layang. Dan kebetulan pula ia sudah beranjak dewasa, sudah tidak pantas hanya memikirkan layang layang. Ada banyak hal yang lebih penting daripada hanya memikirkan layang layang.
Seseorang tengah bermain layang-layang. Antara dirinya dan layang-layang dihubungkan dengan sebuah tali. talinya dapat berasal dari berbagai jenis, bisa benang biasa, bisa benang kenur (bhs jawa), bisa benang kasur, etc.
Benar benar hanya benang itu yang tetap menjaga layang layang itu agar tidak lepas dari dirinya.
Ia sudah memilih tali yang sudah lama menemaninya setiap ia bermain layang layang. Ia sudah percaya padanya. Amat sangat bahwa ia akan dapat menjaga layang layang itu kemanapun ia terbang. Ya, tali itulah kepercayaannya yang menjaga layang layang.
Apakah yang terjadi jika tali dari layangan lain mengganggu talinya? Atau talinya terkena kawat listrik, atau tersangkut dipohon, atau bahkan terseret mobil yang melintas saat ia bermain layang layang di pinggir jalan?
Putuslah layang layangnya. Kadang kadang masih dapat ia temukan layang layangnya dengan tali panjang menggantung. Namun kadang hanya tinggal pendek karena terseret mobil, atau terputus saat ia mengambil layang layang di pohon.
Namun, tetap saja ia berusaha untuk menyelamatkan layang layang nya, agar ia dapat memasang talinya kembali, dan dapat dipakai bermain lagi.
Tali kepercayaan yang sudah hilang, atau sudah pendek, ia sambung lagi, agar menjadi panjang. Demikian seterusnya, jika tali layang layangnya terputus saat bermain.
Hingga akhirnya stok tali kepercayaannya hampir habis, sedangkan sudah tidak ada yang menjual tali kepercayaan lagi kepadanya, karena kepercayaan sudah sulit didapat. Apakah yang akan terjadi? Kalau terlalu lama tidak ada yang menjual tali kepercayaan itu untuknya?
Ia tidak akan bermain layang layang lagi. Bisa jadi ia akan berikan layang layang itu kepada temannya, atau ia biarkan saja tersimpan digudang, atau akan ia buang saja ke tempat sampah. Dan berakhirlah kegiatan bermainnya dengan layang layang. Dan kebetulan pula ia sudah beranjak dewasa, sudah tidak pantas hanya memikirkan layang layang. Ada banyak hal yang lebih penting daripada hanya memikirkan layang layang.
Labels:
renungan
KEJUJURAN - KEPERCAYAAN - KEBOHONGAN
KEJUJURAN - KEPERCAYAAN – KEBOHONGAN
Kalau mau dirangkai jadi sebuah kalimat, hal diatas bisa diuraikan menjadi.. kepercayaan diantara kejujuran dan kebohongan.
Benar nggak rangkaian tersebut?
Atau… kejujuran dan kepercayaan versus kebohongan.
Ah.. apalah artinya sebuah judul. Yang penting adalah isinya.
Kejujuran merupakan (seharusnya) merupakan dasar dari bagaimana manusia saling berinteraksi. Baik dalam interaksi secara personal maupun secara formal. Biasanya, efeknya adalah adanya kepercayaan dari kedua belah dalam berinteraksi pada masa- masa selanjutnya.
Jadilah, kejujuran merupakan dasar utama dari suatu kepercayaan.
Apa yang terjadi jika suatu kepercayaan yang berdasarkan kejujuran tersebut dipatahkan oleh suatu kebohongan ditengah-tengahnya. Biasanya terjadi sedikit keguncangan diantara kedua belah pihak, yang bentuknya berupa kekecewaan dan sakit hati.
Kebohongan, adalah suatu eksplanasi atas sesuatu hal yang berupa tulisan atau lisan yang dilakukan satu pihak terhadap pihak lainnya. Baik dalam interaksi personal maupun formal kebohongan kadang kadang dilakukan salah satu pihak guna mencapai tujuan tertentu.
Dalam bentuk interaksi formal, biasanya efeknya berupa pemutusan hubungan formal mereka, karena salah satu dianggap wanprestasi terhadap lainnya. Yang lebih jelek lagi kalau salah satu pihak tidak terima dan membawa kasus kebohongan tersebut ke wilayah hukum. Gawat deh.
Dalam bentuk interaksi personal, efeknya dapat berupa apa saja. Namun biasanya tergantung pada bagaimana situasi dan kondisi yang ditimbulkannya.
Yang paling jelek adalah, bisa terjadi percekcokan antar pribadi, adu argumentasi, atau kekecewaan mendalam pada salah satu pihak. Namun, tidak ada alasan untuk membawa masalah tersebut ke area hukum. Bisa dianggap orang kalut nantinya….
Dalam realita hidup, kadang kadang ada individu yang mengklaim bahwa ia merasa harus berbohong demi semua pihak. Kadang kadang individu tersebut menganggap dirinya berjasa besar, karena kebohongannya tersebut menyelamatkan banyak pihak.
Benarkah? Contohnya: korupsi kolektif…. (hancur nian Negara ini).
Orang dengan gagahnya mengatakan itu white lies. Jadi white lies itu dihalalkan, asal akibatnya baik.
Terus apa bedanya dengan black lies. Ah ,… whatever the color, it still a lie!!
Demikian juga dalam hubungan personal, seseorang kadang merasa perlu berbohong untuk menjaga perasaan pihak lain, karena kebohongan tersebut akan berakibat baik pada semua pihak.
Sebenarnya, kalau dilihat, suatu kebohongan akan memicu kebohongan kebohongan yang lain. Masing masing, satu demi satu disusun, dan lama lama akan menjadi barisan kebohongan yang dapat menimbulkan efek domino jika satu kebohongan telah terungkap.
Kalau sudah begitu, apakah yang terjadi…. Hilanglah KEPERCAYAAN.
Dapatkah suatu kepercayaan yang sudah tersusun satu demi satu dalam waktu yang tidak pendek dapat hilang dengan tiba tiba? Seperti efek domino tersebut diatas, sekali kepercayaan dilanggar, maka kepercayaan kepercayaan yang lain akan hilang satu persatu.
Betul begitu ndak?
KEPERCAYAAN ada dalam semua sudut dan sisi kehidupan ini. Entah dalam bentuk formal atau personal. Kita tidak dapat mengabaikan unsur kepercayaan dalam hidup yang kita jalani. Karena kepercayaan adalah sesuatu hal yang dinamis dan histories, yang sangat tergantung pada kondisi, baik secara normative maupun cultural.
Saya percaya, tidak ada orang di dunia ini yang tidak pernah berbohong. Itu benar, kecuali puntodewa…or yudhistira. Begitupun, sebenarnya ia berbohong… hanya karena ia tugasnya hanya menjawab pertanyaan Pendeta Durna yang general.. makanya jawabannya general juga. Walaupun maksud kedua belah pihak adalah saling silang.
Demikian juga, jika terjadi suatu peristiwa yang sudah kedaluwarsa, dan tiba tiba terbuka di masa sesudahnya, bisa terjadi saling silang itu. Pasti akan ada jawaban yang intinya,…. Karena tidak ditanya maka dia tidak perlulah bercerita.
Begitu?... mungkin seperti itulah maksudnya. Kalau tidak ditanya, tidak usah bercerita. Karena berarti yang bersangkutan kan tidak berbohong. Salah sendiri juga mengapa tidak ditanya.
Begitu kan?
Ya begitulah.
Kepercayaan, ya..kepercayaan adalah hal yang harus tetap kita jaga. Kalau kita tidak percaya lagi kepada orang lain, bagaimana kita dapat hidup dengan santai, dengan nikmat. Memang susah menjaga kepercayaan, tapi… bagaimana lagi. Orang toh tidak dapat terus hidup dalam kebohongan. Karena bagaimanapun Tuhan akan bekerja secara misterius untuk membuka kebohongan tersebut.
Jadi percayalah pada Tuhan, tidak akan ada yang dapat terjadi tanpa kehendakNya.
Percayalah itu.
Percaya kepada orang lain?... perlu juga, kalau tidak bagaimana kita bisa hidup. Bagaimana kita bisa naik taksi tanpa percaya kepada si supir. Bagaimana kita bisa naik pesawat tanpa percaya kepada si pilot? Bagaimana kita dapat bekerja dengan baik kalau kita tidak percaya kepada partner kerja kita? Bagaiman suatu proses kredit antara bank dan nasabah dapat berlangsung jika tidak saling percaya (walaupun dimasa kemudian kreditnya dikemplang!!!).
Jadi… jagalah kepercayaan kita. Yakin bahwa apabila kita mengawali niat kita dengan baik akan berakhir dengan baik (it’s seem so naïf!!!)
Walaupun, akhirnya ada yang tidak berakhir dengan baik. Karena…. Inilah KEHIDUPAN. Life must go on with or without trust.
Kalau mau dirangkai jadi sebuah kalimat, hal diatas bisa diuraikan menjadi.. kepercayaan diantara kejujuran dan kebohongan.
Benar nggak rangkaian tersebut?
Atau… kejujuran dan kepercayaan versus kebohongan.
Ah.. apalah artinya sebuah judul. Yang penting adalah isinya.
Kejujuran merupakan (seharusnya) merupakan dasar dari bagaimana manusia saling berinteraksi. Baik dalam interaksi secara personal maupun secara formal. Biasanya, efeknya adalah adanya kepercayaan dari kedua belah dalam berinteraksi pada masa- masa selanjutnya.
Jadilah, kejujuran merupakan dasar utama dari suatu kepercayaan.
Apa yang terjadi jika suatu kepercayaan yang berdasarkan kejujuran tersebut dipatahkan oleh suatu kebohongan ditengah-tengahnya. Biasanya terjadi sedikit keguncangan diantara kedua belah pihak, yang bentuknya berupa kekecewaan dan sakit hati.
Kebohongan, adalah suatu eksplanasi atas sesuatu hal yang berupa tulisan atau lisan yang dilakukan satu pihak terhadap pihak lainnya. Baik dalam interaksi personal maupun formal kebohongan kadang kadang dilakukan salah satu pihak guna mencapai tujuan tertentu.
Dalam bentuk interaksi formal, biasanya efeknya berupa pemutusan hubungan formal mereka, karena salah satu dianggap wanprestasi terhadap lainnya. Yang lebih jelek lagi kalau salah satu pihak tidak terima dan membawa kasus kebohongan tersebut ke wilayah hukum. Gawat deh.
Dalam bentuk interaksi personal, efeknya dapat berupa apa saja. Namun biasanya tergantung pada bagaimana situasi dan kondisi yang ditimbulkannya.
Yang paling jelek adalah, bisa terjadi percekcokan antar pribadi, adu argumentasi, atau kekecewaan mendalam pada salah satu pihak. Namun, tidak ada alasan untuk membawa masalah tersebut ke area hukum. Bisa dianggap orang kalut nantinya….
Dalam realita hidup, kadang kadang ada individu yang mengklaim bahwa ia merasa harus berbohong demi semua pihak. Kadang kadang individu tersebut menganggap dirinya berjasa besar, karena kebohongannya tersebut menyelamatkan banyak pihak.
Benarkah? Contohnya: korupsi kolektif…. (hancur nian Negara ini).
Orang dengan gagahnya mengatakan itu white lies. Jadi white lies itu dihalalkan, asal akibatnya baik.
Terus apa bedanya dengan black lies. Ah ,… whatever the color, it still a lie!!
Demikian juga dalam hubungan personal, seseorang kadang merasa perlu berbohong untuk menjaga perasaan pihak lain, karena kebohongan tersebut akan berakibat baik pada semua pihak.
Sebenarnya, kalau dilihat, suatu kebohongan akan memicu kebohongan kebohongan yang lain. Masing masing, satu demi satu disusun, dan lama lama akan menjadi barisan kebohongan yang dapat menimbulkan efek domino jika satu kebohongan telah terungkap.
Kalau sudah begitu, apakah yang terjadi…. Hilanglah KEPERCAYAAN.
Dapatkah suatu kepercayaan yang sudah tersusun satu demi satu dalam waktu yang tidak pendek dapat hilang dengan tiba tiba? Seperti efek domino tersebut diatas, sekali kepercayaan dilanggar, maka kepercayaan kepercayaan yang lain akan hilang satu persatu.
Betul begitu ndak?
KEPERCAYAAN ada dalam semua sudut dan sisi kehidupan ini. Entah dalam bentuk formal atau personal. Kita tidak dapat mengabaikan unsur kepercayaan dalam hidup yang kita jalani. Karena kepercayaan adalah sesuatu hal yang dinamis dan histories, yang sangat tergantung pada kondisi, baik secara normative maupun cultural.
Saya percaya, tidak ada orang di dunia ini yang tidak pernah berbohong. Itu benar, kecuali puntodewa…or yudhistira. Begitupun, sebenarnya ia berbohong… hanya karena ia tugasnya hanya menjawab pertanyaan Pendeta Durna yang general.. makanya jawabannya general juga. Walaupun maksud kedua belah pihak adalah saling silang.
Demikian juga, jika terjadi suatu peristiwa yang sudah kedaluwarsa, dan tiba tiba terbuka di masa sesudahnya, bisa terjadi saling silang itu. Pasti akan ada jawaban yang intinya,…. Karena tidak ditanya maka dia tidak perlulah bercerita.
Begitu?... mungkin seperti itulah maksudnya. Kalau tidak ditanya, tidak usah bercerita. Karena berarti yang bersangkutan kan tidak berbohong. Salah sendiri juga mengapa tidak ditanya.
Begitu kan?
Ya begitulah.
Kepercayaan, ya..kepercayaan adalah hal yang harus tetap kita jaga. Kalau kita tidak percaya lagi kepada orang lain, bagaimana kita dapat hidup dengan santai, dengan nikmat. Memang susah menjaga kepercayaan, tapi… bagaimana lagi. Orang toh tidak dapat terus hidup dalam kebohongan. Karena bagaimanapun Tuhan akan bekerja secara misterius untuk membuka kebohongan tersebut.
Jadi percayalah pada Tuhan, tidak akan ada yang dapat terjadi tanpa kehendakNya.
Percayalah itu.
Percaya kepada orang lain?... perlu juga, kalau tidak bagaimana kita bisa hidup. Bagaimana kita bisa naik taksi tanpa percaya kepada si supir. Bagaimana kita bisa naik pesawat tanpa percaya kepada si pilot? Bagaimana kita dapat bekerja dengan baik kalau kita tidak percaya kepada partner kerja kita? Bagaiman suatu proses kredit antara bank dan nasabah dapat berlangsung jika tidak saling percaya (walaupun dimasa kemudian kreditnya dikemplang!!!).
Jadi… jagalah kepercayaan kita. Yakin bahwa apabila kita mengawali niat kita dengan baik akan berakhir dengan baik (it’s seem so naïf!!!)
Walaupun, akhirnya ada yang tidak berakhir dengan baik. Karena…. Inilah KEHIDUPAN. Life must go on with or without trust.
Hakim dalam pikiran
Mengapa kita selalu menghakimi sesuatu yang terlihat oleh mata. Tidak pernahkah bahwa apa yang terlihat itu kemungkinan besar berbeda dengan isinya. Bisa bersifat lebih jelek atau dapat juga bersifat lebih baik, dan bahkan mungkin berbeda sama sekali dari apa yang terlihat.
Orang tersadar, baru setelah kenal lebih jauh, atau kepentok (bhs Jawa) dengan yang bersangkutan. Barulah tersadar bahwa apa yang kita pikirkan selama ini ternyata berbeda.
Memang menghakimi jauh lebih gampang. Apalagi jika prose situ hanya berlangsung dalam area pikiran kita. Tidak akan ada sanksi dan protes dari yang bersangkutan.
Orang tersadar, baru setelah kenal lebih jauh, atau kepentok (bhs Jawa) dengan yang bersangkutan. Barulah tersadar bahwa apa yang kita pikirkan selama ini ternyata berbeda.
Memang menghakimi jauh lebih gampang. Apalagi jika prose situ hanya berlangsung dalam area pikiran kita. Tidak akan ada sanksi dan protes dari yang bersangkutan.
Labels:
renungan
Friday, April 15, 2005
Duplikat Blue Bird
Beberapa kali salah lihat merek taxi di jalan membuat saya berpikir bahwa ada yang tidak beres dengan perusahaan perusahaan penyedia jasa transportasi tersebut.
Coba bayangkan, sekarang ini kalau mau taxi, mata saya harus cermat melihat apa merek taxi yang tertera di pintu mobil. Logo diatas mobil sudah tidak menjamin bahwa itu logo blue bird, karena banyak membuat logo diatas mobil mirip logo blue bird. So, bagaimana tidak walangen (bhas Jawa) kalau mau taxi harus bener bener lihat merek yang di pintu. Apalagi kalau hari sudah mulai sore.. ampuuuun. Harus hati hati lihat taksi, bisa bisa kena marah supir taksi kalau sudah menyetop tapi tidak jadi naik.
Ada simpati, ada sepakat, ada prestasi, ada.. ah ada beberapa lagi yang dapat membuat kita tertipu karena kemiripannya dengan blue bird.
Blue bird minded. Benar, saya memang selalu memilih naik taxi tersebut kalau saya harus naik taxi. Tidak perduli harus menunggu seperempat atau setengah jam. Tapi rasanya aman dan nyaman kalau naik taxi tersebut. Mungkin hal tersebut terlihat seperti berlebih lebihan.. namun begitulah apa yang saya rasakan. Perasaan aman. Itu yang penting.
Ada beberapa pilihan lain yang masih saya gunakan jika dalam keadaan kepepet harus naik taxi dalam waktu cepat namun tak ada taxi blue bird. Taxi lain itu adalah, gamya, citra, dan pilihan terakhir adalah kosti (ini kalau benar benar tidak ada taxi2 tersebut).
Selain taksi taksi tersebut… no way. Yang ada bikin neg aja tuh supir supirnya. Mungkin memang tidak semua supir taksi yang lain itu sejelek yang saya anggap. Namun, pengalaman lalu membuat saya tidak begitu yakin untuk memilih sembarang taksi.
Padahal ya… sekarang banyak taksi bagus bagus (mobilnya maksudku) yang bersliweran di jalan. Namun tetap saja… blue bird yang jadi pilihan pertama.
Nb: ini bukan promosi blue bird lho!!
Coba bayangkan, sekarang ini kalau mau taxi, mata saya harus cermat melihat apa merek taxi yang tertera di pintu mobil. Logo diatas mobil sudah tidak menjamin bahwa itu logo blue bird, karena banyak membuat logo diatas mobil mirip logo blue bird. So, bagaimana tidak walangen (bhas Jawa) kalau mau taxi harus bener bener lihat merek yang di pintu. Apalagi kalau hari sudah mulai sore.. ampuuuun. Harus hati hati lihat taksi, bisa bisa kena marah supir taksi kalau sudah menyetop tapi tidak jadi naik.
Ada simpati, ada sepakat, ada prestasi, ada.. ah ada beberapa lagi yang dapat membuat kita tertipu karena kemiripannya dengan blue bird.
Blue bird minded. Benar, saya memang selalu memilih naik taxi tersebut kalau saya harus naik taxi. Tidak perduli harus menunggu seperempat atau setengah jam. Tapi rasanya aman dan nyaman kalau naik taxi tersebut. Mungkin hal tersebut terlihat seperti berlebih lebihan.. namun begitulah apa yang saya rasakan. Perasaan aman. Itu yang penting.
Ada beberapa pilihan lain yang masih saya gunakan jika dalam keadaan kepepet harus naik taxi dalam waktu cepat namun tak ada taxi blue bird. Taxi lain itu adalah, gamya, citra, dan pilihan terakhir adalah kosti (ini kalau benar benar tidak ada taxi2 tersebut).
Selain taksi taksi tersebut… no way. Yang ada bikin neg aja tuh supir supirnya. Mungkin memang tidak semua supir taksi yang lain itu sejelek yang saya anggap. Namun, pengalaman lalu membuat saya tidak begitu yakin untuk memilih sembarang taksi.
Padahal ya… sekarang banyak taksi bagus bagus (mobilnya maksudku) yang bersliweran di jalan. Namun tetap saja… blue bird yang jadi pilihan pertama.
Nb: ini bukan promosi blue bird lho!!
Labels:
hal lain yang menarik
Thursday, April 14, 2005
Benar atau salah ya?...
Sepertinya media saat ini semakin merajai bagaimana membentuk public opini daripada tugas sebenarnya, terutama media televisi. Kita dapat melihat, bagaimana cepatnya suatu peristiwa langsung tersebar lewat televise dalam hitungan jam, sehingga kadang kadang cerita sebenarnya tidak muncul, namun hanya rekaan semata.
Kejadian sebenarnya baru diberitakan setelah ada konfirmasi dan segala cek saling silang dari masing masing pihak.
Sebagian berita mungkin bisa bersifat positif, namun kadang lebih memberikan efek negative kepada pemirsanya.
Kejadian terakhir yang membuat saya tersadar akan peran media yang terlalu kuat adalah peristiwa tertangkapnya mwk itu. Berbagai sumber berita, informasi memberian cerita yang berbagai macam. Namun tujuan pembentukan opini public supaya mereka berpikir bahwa tertangkapnya mw itu rekayasa dan sebagainya. Bahkan seolah olah ia jadi seorang korban atau seseorang yang dikorbankan.
Yang membuat saya heran, mengapa televise begitu heboh. Bahkan sampai ada yang menghadirkan anak anak mwk tersebut dalam rangka membentuk opini public. Padahal kalau dipikir pikir apa juga hubungannya sampai anak anaknya diwawancarai. Toh masalahnya juga belum jelas. Apa maksud mereka? Apakah mereka ingin membuat orang berpikir bahwa mwk tidak bersalah?
Sebenarnya tidak hanya satu kasus diatas yang membuat saya prihatin dengan media. Ada banyak cerita lain yang memprihatinkan dari media tersebut.
Sepertinya kecepatan informasi dan kebebasan berekspresi di masa sekarang ini seperti pisau bermata dua.
Kejadian sebenarnya baru diberitakan setelah ada konfirmasi dan segala cek saling silang dari masing masing pihak.
Sebagian berita mungkin bisa bersifat positif, namun kadang lebih memberikan efek negative kepada pemirsanya.
Kejadian terakhir yang membuat saya tersadar akan peran media yang terlalu kuat adalah peristiwa tertangkapnya mwk itu. Berbagai sumber berita, informasi memberian cerita yang berbagai macam. Namun tujuan pembentukan opini public supaya mereka berpikir bahwa tertangkapnya mw itu rekayasa dan sebagainya. Bahkan seolah olah ia jadi seorang korban atau seseorang yang dikorbankan.
Yang membuat saya heran, mengapa televise begitu heboh. Bahkan sampai ada yang menghadirkan anak anak mwk tersebut dalam rangka membentuk opini public. Padahal kalau dipikir pikir apa juga hubungannya sampai anak anaknya diwawancarai. Toh masalahnya juga belum jelas. Apa maksud mereka? Apakah mereka ingin membuat orang berpikir bahwa mwk tidak bersalah?
Sebenarnya tidak hanya satu kasus diatas yang membuat saya prihatin dengan media. Ada banyak cerita lain yang memprihatinkan dari media tersebut.
Sepertinya kecepatan informasi dan kebebasan berekspresi di masa sekarang ini seperti pisau bermata dua.
Labels:
rerasan
Tuesday, April 12, 2005
Gelang Etnik-ku
Entah kenapa tiba tiba aku senang memakai gelang yang etnis modelnya. Sepertinya dorongan itu muncul begitu kuat, keinginan untuk membeli juga cukup besar. Padahal sudah lama sekali semenjak terakhir masa kuliah aku punya koleksi kalung etnik yang cukup banyak.
Tapi gelang? Cuma punya satu itupun dibuat oleh teman eksentrikku yang namanya kris. Nah, makanya heran juga kalau sekarang jadi pengin jadi kolektor gelang etnik.
Sebenernya ndak match banget sih dengan gaya berpakaianku yang cenderung konsvensional. Tapi…. Who care? Gelang gelang sendiri juga. Kenapa juga memikirkan orang lain.
Namun sekarang, aku jadi lebih senang berpakaian agak santai, biar agak cocok dengan gelang gelang itu.
Apalagi inget kata simbok, walaupun tambah tua bukan berarti ndak boleh gaya. Go get life!
Ada yang mau berpartisipasi nyumbang gelang etnik?
Tapi gelang? Cuma punya satu itupun dibuat oleh teman eksentrikku yang namanya kris. Nah, makanya heran juga kalau sekarang jadi pengin jadi kolektor gelang etnik.
Sebenernya ndak match banget sih dengan gaya berpakaianku yang cenderung konsvensional. Tapi…. Who care? Gelang gelang sendiri juga. Kenapa juga memikirkan orang lain.
Namun sekarang, aku jadi lebih senang berpakaian agak santai, biar agak cocok dengan gelang gelang itu.
Apalagi inget kata simbok, walaupun tambah tua bukan berarti ndak boleh gaya. Go get life!
Ada yang mau berpartisipasi nyumbang gelang etnik?
Monday, April 11, 2005
GREAT LOVE
Cinta adalah sesuatu hal yang tidak dapat dijelaskan secara logika, bahkan dengan logika yang paling sederhanapun.
Sesungguhnya cinta hanya ada dalam pembesaran di pikiran, di perasaan. Cinta tak akan selesai dirumuskan dengan pemikiran.
Hanya ada satu cinta yang hebat dalam kehidupan seseorang. Tinggal bagaimana ia bisa memilih, manakah cinta yang hebat itu… dari sebegitu banyak cinta dalam hidupnya.
Sesungguhnya cinta hanya ada dalam pembesaran di pikiran, di perasaan. Cinta tak akan selesai dirumuskan dengan pemikiran.
Hanya ada satu cinta yang hebat dalam kehidupan seseorang. Tinggal bagaimana ia bisa memilih, manakah cinta yang hebat itu… dari sebegitu banyak cinta dalam hidupnya.
Labels:
renungan
Terjebak dalam kedunguan
Di dunia ini, satusatunya tata karma yang aneh dan disepakati di seluruh dunia adalah tata karma dalam lembaga perkawinan.
Bayangkan, seseorang naik becak atau bis kota, ia naik dulu baru bayar kemudian, mungkin di tengah jalan, mungkin di tujuan. Seseorang yang naik kereta api atau pesawat terbang membayar didepan, tapi untuk satu atau dua perjalanan.
Dalam perkawinan pembayaran dan ikatan berlangsung selamanya. Kotrak ikatan yang paling dungu tapi dianggap aman.*
Oleh siapa? Oleh si lelaki atau si perempuan.?
Mungkin kedua-duanya.
Kalimat kalimat diatas sangat menggelitik pikiranku. Sangat menyetujui, namun dengan sembunyi-sembunyi (harap harap cemas tidak dianggap aneh oleh orang lain).
Seandainya, seseorang seperti aku punya keberanian berkata tidak. Dan punya keberanian melangkah ke jalan yang tidak diambil oleh kebanyakan orang.
Namun, bahkan untuk seseorang yang aku anggap hebatpun, menyesal masih diperbolehkan.
Menyesal masih lebih berharga, daripada tidak mengeluarkan rasa penyesalan itu. Paling tidak, aku yakin bahwa sebenarnya ada pilihan pilihan di depanku yang tidak berani aku ambil.
Seandainya aku berani mengambil pilihan yang lain. Itu saja. Hidup, hidup adalah sebuah pilihan.
* note by arswendo a
Bayangkan, seseorang naik becak atau bis kota, ia naik dulu baru bayar kemudian, mungkin di tengah jalan, mungkin di tujuan. Seseorang yang naik kereta api atau pesawat terbang membayar didepan, tapi untuk satu atau dua perjalanan.
Dalam perkawinan pembayaran dan ikatan berlangsung selamanya. Kotrak ikatan yang paling dungu tapi dianggap aman.*
Oleh siapa? Oleh si lelaki atau si perempuan.?
Mungkin kedua-duanya.
Kalimat kalimat diatas sangat menggelitik pikiranku. Sangat menyetujui, namun dengan sembunyi-sembunyi (harap harap cemas tidak dianggap aneh oleh orang lain).
Seandainya, seseorang seperti aku punya keberanian berkata tidak. Dan punya keberanian melangkah ke jalan yang tidak diambil oleh kebanyakan orang.
Namun, bahkan untuk seseorang yang aku anggap hebatpun, menyesal masih diperbolehkan.
Menyesal masih lebih berharga, daripada tidak mengeluarkan rasa penyesalan itu. Paling tidak, aku yakin bahwa sebenarnya ada pilihan pilihan di depanku yang tidak berani aku ambil.
Seandainya aku berani mengambil pilihan yang lain. Itu saja. Hidup, hidup adalah sebuah pilihan.
* note by arswendo a
Labels:
hal lain yang menarik
Friday, April 08, 2005
Aku kan laki laki..???!!!
Tadi pagi si bontot yang berumur 3,5 th cerita, (tulisan dibawah interpretasi ibunya, berhubunga bersangkutan masih celat)
* : “bu.. bu.. kemaren pas aku main perosotan mosok ada temanku cewek main bola”
+ : “lho.. memang temenmu bawa bola?”..
* : ” bukan, dia beli bola di orang lewat”
+ : “terus kenapa? “
* : “kata gagah (temen si bontot) cewek kan tidak boleh main bola”
+ : “siapa bilang… boleh aja perempuan main bola…. Lha kamu senidri kan juga main bola di rumah?”
* : “lho.. aku kan laki laki!!”
aku: “ha???????!!!”
Nb: si bontot ini padahal perempuan tulen.
* : “bu.. bu.. kemaren pas aku main perosotan mosok ada temanku cewek main bola”
+ : “lho.. memang temenmu bawa bola?”..
* : ” bukan, dia beli bola di orang lewat”
+ : “terus kenapa? “
* : “kata gagah (temen si bontot) cewek kan tidak boleh main bola”
+ : “siapa bilang… boleh aja perempuan main bola…. Lha kamu senidri kan juga main bola di rumah?”
* : “lho.. aku kan laki laki!!”
aku: “ha???????!!!”
Nb: si bontot ini padahal perempuan tulen.
Labels:
dinda
Lembut menyapa...
Hidup ini keras, wahai..
Hidup ini arena
Sejuta cobaan siap menempamu
Sejuta kemungkinan dapat merengkuhmu
Pancarkan gemerlap iman di dadamu
Sematkan gemerlap keyakinan
Jangan pernah engkau goyah …
Gapailah tinggi gumintang di lazuardi
Hidup ini lembut, wahai…
Hidup ini anggun
Ia selembut angin, bahkan lebih lembut
Ia selembut warna, bahkan lebih lembut
Katakan
Ia selembut apa saja,
Bahkan lebih lembut dari apa-apa
Sehingga seolah hidup tak berarti apa-apa
Kulepas langkahmu maju
Kulepas dengan menyebut kebesaran asmaNya
Semoga…
Yogyakarta, April 1987
Hidup ini arena
Sejuta cobaan siap menempamu
Sejuta kemungkinan dapat merengkuhmu
Pancarkan gemerlap iman di dadamu
Sematkan gemerlap keyakinan
Jangan pernah engkau goyah …
Gapailah tinggi gumintang di lazuardi
Hidup ini lembut, wahai…
Hidup ini anggun
Ia selembut angin, bahkan lebih lembut
Ia selembut warna, bahkan lebih lembut
Katakan
Ia selembut apa saja,
Bahkan lebih lembut dari apa-apa
Sehingga seolah hidup tak berarti apa-apa
Kulepas langkahmu maju
Kulepas dengan menyebut kebesaran asmaNya
Semoga…
Yogyakarta, April 1987
Labels:
memori
Thursday, April 07, 2005
BE KOMUNIKATIF LAH!!
Bagaimanapun, dan dalam kondisi apapun,serta dalam level apapun ternyata komunikasi memegang peranan penting.
Jadi... komunikatif lah. Biar tidak ada yang salah dan putus rangkaian.
Apalagi kalau sedang dalam situasi dan kondisi yang sangat krusial. Komunikasi adalah hal terpenting.
Jadi... komunikatif lah. Biar tidak ada yang salah dan putus rangkaian.
Apalagi kalau sedang dalam situasi dan kondisi yang sangat krusial. Komunikasi adalah hal terpenting.
Labels:
rerasan
Wednesday, April 06, 2005
Macet lagi macet lagi
Walaupun sudah berkali kali aku terjebak dalam kemacetan Jakarta yang memuakkan. Namun tetap saja tiap kali ada dalam keadaan tersebut, aku tetap protes dan protes. Rasanya ingin cepet cepet terbang sampai ke rumah. Hujan deras kemaren sepertinya mengguyur seantero Jakarta. Habis gimana coba.. dari radio aku tahu semua jalan di Jakarta macet total. Kecuali jalan jalan di pinggiran Jakarta, bangsa bekasi cinere dan arah arah keluar gitu malah lengang. Iya saja, gimana ndak lengang.. lha wong mobilnya masih terjebak di Jakarta semua tanpa pandang bulu.
Dari jam 5 sore sampai jam 8 malam, dalam kemacetan. Wah bener bener ndak bisa diterima deh. Mending 3 jam udah sampai yogya kalau dari semarang, or.. udah sampai ke bandung kali. Tapi.. ya sekali lagi tapi, aku Cuma bisa berkeluh kesah tanpa bisa mendapatkan solusi yang tepat.
Apalagi dapat kabar dari radio kalau banyak pohon tumbang di tebet. Wah.. alamat ndak bisa lewat Casablanca nih. Orang katanya kemacetan sudah sampai tanah abang. Gila ndak tuh!
Kapan sampai rumahnya kalau begini ini!
Sebenernya paling aman, nunggu agak maleman. Berhenti di mana gitu yang bisa nyantai sambil nunggu jalan agak sedikit lengang. Tapi, berhenti dimana? Dan sama siapa? Kalau masih sorangan wae mah asik asik aja mau berhenti di mana saja.
Lagian kepikiran anak anak di rumah, ah ya Danang mau midtest besok.
Karakter kota ini memang aneh. Begitu ada hujan yang agak deras sedikit, langsung semua jadi macet total. Atau kalau ada satu kendaraan mogok aja di tengah jalan, langsung buntut kemacetannya bisa sampai sekilo meter. Itu baru satu kendaraan, lha kalau ada lakalantas (istilah pak polisi).. bisa berkilo kilo meter.
Ya, akhirnya aku Cuma berharap saja, mudah mudahan aku jangan sampai dapat masalah dengan kendaraan di tengah perjalanan. Kalaupun iya,… ya pas dalam kompleks aja or.. di jalan jalan pemukiman. Biar ndak dipelototi orang banyak.
Ampun …
Susahnya tinggal di Jakarta.
Do I have a choice?
Dari jam 5 sore sampai jam 8 malam, dalam kemacetan. Wah bener bener ndak bisa diterima deh. Mending 3 jam udah sampai yogya kalau dari semarang, or.. udah sampai ke bandung kali. Tapi.. ya sekali lagi tapi, aku Cuma bisa berkeluh kesah tanpa bisa mendapatkan solusi yang tepat.
Apalagi dapat kabar dari radio kalau banyak pohon tumbang di tebet. Wah.. alamat ndak bisa lewat Casablanca nih. Orang katanya kemacetan sudah sampai tanah abang. Gila ndak tuh!
Kapan sampai rumahnya kalau begini ini!
Sebenernya paling aman, nunggu agak maleman. Berhenti di mana gitu yang bisa nyantai sambil nunggu jalan agak sedikit lengang. Tapi, berhenti dimana? Dan sama siapa? Kalau masih sorangan wae mah asik asik aja mau berhenti di mana saja.
Lagian kepikiran anak anak di rumah, ah ya Danang mau midtest besok.
Karakter kota ini memang aneh. Begitu ada hujan yang agak deras sedikit, langsung semua jadi macet total. Atau kalau ada satu kendaraan mogok aja di tengah jalan, langsung buntut kemacetannya bisa sampai sekilo meter. Itu baru satu kendaraan, lha kalau ada lakalantas (istilah pak polisi).. bisa berkilo kilo meter.
Ya, akhirnya aku Cuma berharap saja, mudah mudahan aku jangan sampai dapat masalah dengan kendaraan di tengah perjalanan. Kalaupun iya,… ya pas dalam kompleks aja or.. di jalan jalan pemukiman. Biar ndak dipelototi orang banyak.
Ampun …
Susahnya tinggal di Jakarta.
Do I have a choice?
Labels:
rerasan
Saturday, April 02, 2005
Kacamata-ku
Kapan itu aku ketemu dan ada urusan dengan seorang perempuan yang menurutku cantik dan enak dilihat, karena penampilannya yang fresh dan gaya berpakaian yang fashionable.
Cukup menarik untuk dilihat.
Dan kebetulan pula aku ada sedikit urusan sama dia.
Kalau mau diberi poin, ya.. antara 1 – 10, dari penampakannya dia ada di angka 8 lah.
….
Namun, begitu aku dengar dia menyumpah serapahi temanku yang cukup aku kenal, wah, nilainya langsung melorot. Untuk akumulasi nilai penampilan dan sikap, paling banyak jadi 4,5 lah. Memang sih ada alasan sangat sangat masuk akal untuk marah kepada temanku. Akan tetapi, cara marahnya itu lho… bikin aku langsung wah. .. menutup telinga. Segala macam koleksi kata yang tidak pernah aku keluarkan dari mulutku keluar semua dari mulutnya.
Aku langsung tidak respek dan tidak ingin kenal lebih lanjut dengan perempuan itu.
Penilaianku langsung merosot sot sot….
Namun dengan berlalunya waktu,… aku memikirkan penilaianku tersebut. Ah, mengapa aku begitu cepat memberikan penilaian seseorang dari tampilan luarnya saja. Siapa tahu, memang cara marah perempuan itu adalah hal yang normal di lingkungannya.
Berarti tidak boleh dong aku langsung menghakimi seseorang hanya dari apa yang dilakukan dan dikatakannya. Aku harus melihat dari kacamatanya, bukan dari kacamataku.
Ada banyak contoh (tidak saya tulis disini, nanti ndak ada yang menganggap SARA) yang membuat aku sadar bahwa aku tidak boleh melihat dari apa yang ada di pikiranku.
Aku harus MELEPASKAN pikiranku saat melihat orang lain, sehingga penilaian yang ada bisa jadi obyektif.
Akan tetapi, aku toh tetap teringat dengan ucapan salah satu temanku, bahwa ibarat sebuah teko, apa yang keluar dari mulut teko itu, itulah cerminan isi teko tersebut.
Atau mungkin aku saja yang terlalu sensitive ??
Cukup menarik untuk dilihat.
Dan kebetulan pula aku ada sedikit urusan sama dia.
Kalau mau diberi poin, ya.. antara 1 – 10, dari penampakannya dia ada di angka 8 lah.
….
Namun, begitu aku dengar dia menyumpah serapahi temanku yang cukup aku kenal, wah, nilainya langsung melorot. Untuk akumulasi nilai penampilan dan sikap, paling banyak jadi 4,5 lah. Memang sih ada alasan sangat sangat masuk akal untuk marah kepada temanku. Akan tetapi, cara marahnya itu lho… bikin aku langsung wah. .. menutup telinga. Segala macam koleksi kata yang tidak pernah aku keluarkan dari mulutku keluar semua dari mulutnya.
Aku langsung tidak respek dan tidak ingin kenal lebih lanjut dengan perempuan itu.
Penilaianku langsung merosot sot sot….
Namun dengan berlalunya waktu,… aku memikirkan penilaianku tersebut. Ah, mengapa aku begitu cepat memberikan penilaian seseorang dari tampilan luarnya saja. Siapa tahu, memang cara marah perempuan itu adalah hal yang normal di lingkungannya.
Berarti tidak boleh dong aku langsung menghakimi seseorang hanya dari apa yang dilakukan dan dikatakannya. Aku harus melihat dari kacamatanya, bukan dari kacamataku.
Ada banyak contoh (tidak saya tulis disini, nanti ndak ada yang menganggap SARA) yang membuat aku sadar bahwa aku tidak boleh melihat dari apa yang ada di pikiranku.
Aku harus MELEPASKAN pikiranku saat melihat orang lain, sehingga penilaian yang ada bisa jadi obyektif.
Akan tetapi, aku toh tetap teringat dengan ucapan salah satu temanku, bahwa ibarat sebuah teko, apa yang keluar dari mulut teko itu, itulah cerminan isi teko tersebut.
Atau mungkin aku saja yang terlalu sensitive ??
Labels:
rerasan
Friday, April 01, 2005
Memelihara tanaman
Seorang teman berkata, bahwa cinta itu ibarat tanaman di pot. Ia harus dirawat, dipelihara, disiram diberi pupuk secara rutin. Jika cuma disiram saja, mungkin ia tetap tumbuh, namun bisa saja ia tidak tumbuh dengan subur. Apalagi kalau Cuma didiamkan saja.. memang ia tumbuh, tapi… lama lama ia jadi kering dan kemudian mati. Tahu sendiri kan, susah sekali menghidupkan tanaman yang sudah hampir mati, kita harus cari tunasnya, memindahkannya lagi ke tanah yang baru, dan menunggunya hingga tumbuh lagi. Ada kalanya kalau tidak cocok, ternyata tunas itu jadi mati. Repot deh. Akhirnyalah kita akan cari tanaman lain lagi untuk dirawat.
…
Jadi kita memang harus memelihara dan merawat cinta kita sebagaimana kita merawat tanaman kesayangan kita. Kalau kita tidak mau kehilangan cinta kita.
….
Yang repot… kalau ndak hobby melihara tanaman. :)
…
Jadi kita memang harus memelihara dan merawat cinta kita sebagaimana kita merawat tanaman kesayangan kita. Kalau kita tidak mau kehilangan cinta kita.
….
Yang repot… kalau ndak hobby melihara tanaman. :)
Labels:
rerasan
Subscribe to:
Posts (Atom)