Ada yang cukup menarik perhatian saya setelah beberapa kali pergi dan tinggal di pontianak untuk beberapa saat. Warung kopinya. Iya, warung kopi yang bertebaran di seluruh penjuru kota memberikan ciri khas sendiri di kota itu. Tadinya, saya berharap warung kopi tersebut akan memiliki fasilitas cafe spt di Jakarta. Namun, ternyata yang namanya warung kopi, ya bener bener warung kopi. Di jalan Gajah Mada, tempat saya menginap, entah ada berapa warung kopi, yang pasti jika dihitung dengan jari, seluruh jari kaki dan tangan saya tidak cukup untuk menghitungnya.
Warung kopi di sini sudah buka mulai pagi, sekitar jam 9 pagi. Dan akan tutup sampai lewat tengah malam. Tempat tersebut hanya menjual kopi, kopi susu dan teh. Tidak ada jenis minuman lain. Makanan kecil??? jangan harap. Rata-rata satu cangkir kopi seharga Rp.3.000,-. Kopinya.. cukup enak. Ya paling ndak.. ndak banyak campuran jagungnya.. Masih cukup bisa dinikmati.
Tadinya, saya pikir jika siang siang warung kopi itu akan sepi pengunjung. Namun, perkiraan saya ternyata meleset. Dari pagi, siang dan sore, tetap ada saja yang nongkrong di warung-warung kopi tersebut. Dan jangan tanya jika malam hari, penuhnya itu warung kopi.
Saya lihat, pengunjung memang hanya pesan kopi, ngobrol, berkelompok satu meja. Entah apa yang mereka bicarakan, namun tetep saja saya masih belum bisa mengerti, apa asiknya nongkrong di warung kopi di siang hari bolong begitu.
Lain halnya jika kita nongkrong di warung kopi ala cafe di mal mal, ber AC kan, ndak panas, lihat lalulalang orang orang cantik.
Lha ini, warung kopi dipinggir jalan, panas, berdebu dan....... berkeringat...hahaha
Suatu hari di hari libur, saat saya dan teman saya kebingungan mau ngapain karena hari itu tanggal merah, saya iseng iseng ngajak nongkrong di warung kopi jam 9 pagi.
Dan hasilnya,.......... okeee juga. Beli kopi satu cangkir, bawa satu koran, bawa satu kantong kue kering, nongkronglah kita di warung kopi itu selama 3 jam. wakakakakak!!! Hanya menghabiskan 6 ribu rupiah!
Wah, berapa puluh ribu harus kita habiskan jika ingin nongkrong begini di cafe di Jakarta.
Saya lihat beberapa meja yang terisi, semua berisi orang orang yang saling berbicara satu sama lain, entah diskusi, entah ngegosip entah hanya ber haha hehe... namun yang nongkrong dan baca koran hanya saya berdua teman saya.
Di kali lain, saat saya dengan sengaja mengelilingi kota Pontianak dengan menggunakan kendaraan umum sekitar pukul 1 or 2 siang, saya menemukan banyak warung kopi lain yang ukurannya lebih kecil dari warung warung kopi di jalan Gajah Mada. Dan, di siang bolong seperti itu pun, ternyata ada juga pengunjung warung-warung kopi tersebut. Ada yang berseragam, ada yang lain.
Tidak ada bedanya dengan pagi dan malam hari.
Mayoritas penduduk kota Pontiana, tercermin dari pengunjung warung warung kopi tersebut. Banyak penongkrong warung kopi adalah orang orang Cina, yang sangat akan mustahil kita temukan mereka akan bersedia nongkron di warung kopi pinggir jalan di kota Jakarta, Semarang dan kota kota besar lainnya.
Uniknya lagi, penyajian secangkir kopi di tempat tersebut ditemani oleh sendok bebek logam. Waow!! biasa menyruput kopi dari sendok teh sedikit demi sedikit, jadi menyruput kopi dari sendok bebek. Hihihii!
1 comment:
mbak tibake awakmu sik terus ngeblog.. salut. aku dah mule nulis lagi setelah hampir setahun vakum....
pie kabar?
Post a Comment