Friday, March 31, 2006

Apa yang tidak terlihat oleh mata, tidak layak ditangisi oleh hati

Tuesday, March 28, 2006

Sekarang Allah lagi ngapain ya?

Si sulung sedang mid test, jadi seperti biasanya aku nemenin dia belajar soal soal. Kebetulan saat itu, dia sedang belajar agama, karena dia besok test agama. Dan seperti biasanya, aku lakukan tanya jawab dengan si sulung untuk hal hal yang memerlukan penjelasan lebih lanjut. Tidak sekedar mengisi soal jawaban ganda.

Dan sampai akhirnya ke soal Nabi Ibrahim yang membangun Ka'bah. Si sulung tanya, sebenarnya Nabi Ibrahim itu ada beneran atau cuma cerita aja. Mengapa Nabi Ibrahim membangun Ka'bah? Dimana disimbolkan sebagai rumah Allah. Jadi Allah ada di sana ya bu? Itu kan ada pintu masuknya segala.

Matilah aku!!! Gimana menjawab supaya dapat diterima secara nalar oleh si sulung. Akhirnya aku jawab.. " kamu sudah mempelajari sifat sifat Allah kan??? ya itu kamu baca lagi aja. "

Eh, tiba tiba si bontot nyelonong aja ikut nimbrung,..."eh nang (si bontot panggil kakaknya memang tanpa tedeng aling aling. langsung sebut nama aja. parah tuh anak). eh nang... kan Allah itu ada di sini.. di dalam hati...ya to bu ?? (sambil memandangku).. Aku cuma iya in aja sambil senyum senyum lihat ekspresi wajahnya.. dan dia sambung lagi... "iya.. kata bu guru begitu.." (ketika dia lihat si sulung menertawakannya) Lagi2 aku cuma bisa mengiyakan......

Then.. aku dan si sulung melanjutkan proses belajar yang terputus tadi... eh.. tiba tiba si bontot yang baru keluar dari kamar mandi nyeletuk lagi "bu bu.. kalau Allah ada di dalam sini (sambil nunjuk dadanya).. terus sekarang lagi ngapain ya???" (mati kutulah aku...) akhirnya aku jawab aja sambil bercanda..."lha itu lagi ngawasin kamu yang belum pake celana.. ....sana pake celana dulu!!!!"

Begitulah... satu session tanya jawab yang cukup menggelitik dari si bontot.

Mau dijawab serius.. kok masih balita?? mau dijawab ndak serius.. kok pertanyaannya cukup serius.

Wednesday, March 22, 2006

LASKAR titik titik... perlu dengar lagu ini

Sepertinya... orang orang yang merasa dirinya punya hak menghakimi orang lain dengan membawa bawa nama Tuhan, perlu dan harus mendengar dan memahami lagu ini setiap hari.
Mereka yang masuk ormas ormas berlandaskan agama (segala macam agama) harus menenangkan jiwa mereka dengan mendengar lagu ini.


LASKAR CINTA


Wahai jiwa-jiwa yang tenang
berhati-hatilah dirimu kepada hati-hati yang penuh kebencian yang dalam
Karena sesungguhnya iblis ada dan bersemayam di hati yang penuh dengan benci dan yang penuh dengan prasangka

Reff:
laskar cinta…
Sebarkanlah benih-benih cinta
musnahkanlah virus-virus benci
virus yang bisa rusakkan jiwa dan busukkan hati
laskar cinta…
Ajarkanlah ilmu tentang cinta
karena cinta adalah hakikat dan jalan yang terang bagi semua umat manusia

**Jika kebencian meracunimu…kepada manusia lainnya
maka sesungguhnya iblis sudah berkuasa atas dirimu
maka jangan pernah berharap aku akan mengasihi menyayangi manusia-manusia
yang penuh benci seperti kamu.

Back to reff:

Wahai jiwa-jiwa yang tenang jangan sekali-kali kamu
mencoba jadi Tuhan dengan mengadili dan menghakimi
Bahwasanya kamu memang tak punya daya dan upaya
serta kekuatan untuk menentukan kebenaran yang sejati.

Bukankah kita memang tercipta laki-laki dan wanita
dan menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa yang pasti berbeda
Bukankah kita memang harus saling mengenal dan menghormati
bukan untuk saling bercerai-berai dan berperang angkat senjata

Lagi tentang RUU APP

(dari milis tetangga)

Teman2 di seluruh nusantara,

Mungkin saya agak terlambat mengirim ini, berikut merupakan kejanggalan maupun bahaya yang potensial dari RUU APP ini. ada dugaan kuat maksud-maksud
terselubung dibalik dalih perbaikan moral anak bangsa.RUU ini mungkin terlihat sepele, tapi potensial membahayakan NKRI, pariwisata, dan seni.
Alasan-alasan untuk menghentikan RUU ini saya rangkum dari berbagai sumber, adalah sbb (read it carefully):

1. Indonesia sudah punya KUHP yang mengatur tentang pornografi, selain itu sudah ada UU pers, UU penyiaran, dan UU perlindungan anak. Semuanya ini
sudah lebih dari cukup untuk memberantas media-media
yang kelewatan. Yang lebih penting lagi adalah sudah ada norma-norma
agama, norma-norma adat (tidak tertulis), dan aturan-aturan adat (tertulis) yang berlaku di daerah masing-masing, yang sudah mengatur tentang moralitas
dalam masyarakat dalam cakupan lebih luas. Kalau sampai muncul lagi RUU APP itu adalah sesuatu yang patut dipertanyakan, karena buang-buang energi dan
biaya yang tidak sedikit.

2. Jika RUU APP dianggap perlu, artinya agama dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat sudah dianggap tidak mampu mendidik moral bangsa. Adanya RUU
yang terkesan "menyeragamkan" ini akan tumpang tindih dengan aturan-aturan yang sudah ada di daerah masing-masing maupun UU yang sudah berlaku.

3. RUU APP ini katanya mengatur moralitas, tapi kenyataannya yang diurus hanyalah moral yang berkaitan dengan birahi. Padahal pelanggaran moral lebih luas
dari itu seperti korupsi, tidak mengutamakan kepentingan rakyat, membodohi rakyat, dan lain sebagainya (RUU ini kalah jauh dibanding norma agama
dan norma adat yang lebih lengkap). Inilah hal aneh yang sedang terjadi, disaat rakyat dalam kondisi kritis, para wakil rakyat (meskipun tidak semuanya)
yang bergaji tinggi hanya sibuk membahas cara berpakaian dan goyang pantat.

4. Ini yang paling berbahaya, RUU itu sudah mengabaikan falsafah negara Bhineka Tunggal Ika, budaya Indonesia yang multikultur ingin diseragamkan.
Para pansus RUU itu tidak mempunyai wawasan yang luas tentang Indonesia sehingga terkesan sok mampu untuk "menyeragamkan" hal yang tidak mungkin. Buktinya sudah
ada pasal-pasal perkecualian (diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan ditemukannya gesekan dengan budaya suatu daerah). Sangat aneh untuk sebuah
undang-undang negara.

5. Seharusnya sebuah Undang-undang tidak boleh ada satu pun perkecualian. Karena jika misalnya di dalam suatu daerah RUU ini tidak berlaku maka itu disebut
tidak adil, bagaimana mungkin bisa disebut UU jika yang satu bisa diatur sedang yang lain tidak? Selain itu jika RUU ini disahkan, akan muncul bahaya di masa
yang akan datang yaitu : kultur yang sesuai dengan isi RUU itu akan dicap sebagai kultur yang "benar" atau "positif" (akan tertanam di benak masyarakat)
sedangkan kultur tidak sesuai (diberi pengecualian) dengan isi RUU akan dicap sebagai kultur yang "salah" atau "negatif". Lama-kelamaan akan muncul jarak antara
golongan yang sesuai RUU dengan golongan yang tidak sesuai RUU. Yang paling parah mungkin akan muncul "warganegara kelas satu" dan "warganegara kelas dua".
Inilah yang paling ditakutkan di daerah-daerah.

6. Idealnya penyusunan RUU haruslah mendapat persetujuan semua komponen masyarakat maupun daerah-daerah. Sampai saat ini sudah banyak daerah yang menolak seperti : batam, bali, papua, dan komponen masyarakat seperti seniman, dunia modeling,
para pengusaha tekstil, insan pariwisata, organisasi wanita dll. Jika sudah begini sudah sepantasnya pembahasan RUU itu dihentikan. Tidak perlu lagi terjebak pada ajakan merevisi maupun pengecualian yang tiada henti.

7. Munculnya RUU APP sudah menciptakan polemik antargolongan di masyarakat Bali, contohnya lewat komentar SMS di Bali Post ada satu dua komentar yang bernada saling menghina antar agama yang selama ini hidup rukun. Entah ini murni dari masyarakat, atau ada pihak yang sengaja memperkeruh.

8. Munculnya RUU APP semakin meningkatkan ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah, para pansus RUU APP mencoba mengajarkan "moral birahi". Tapi kenyataannya mereka sendiri memiliki istri lebih dari satu serta istri simpanan yang entah berapa
jumlahnya. Mereka berlindung dibalik label "perkawinan siri".

9. Isi RUU APP cenderung menuduh wanita dan bagian-bagian tubuhnya sebagai biang keladi rusaknya moral bangsa, sehingga semua wanita diharuskan menutup rapat-rapat. Padahal kerusakan moral datangnya dari pikiran si pelaku, mental, maupun faktor genetik. Busana tidak menjamin perbaikan moral. Contoh : kasus pemerkosaan yang paling tinggi terjadi di negara-negara timur tengah, seperti Arab Saudi dan
Afghanistan. Padahal pakaian para wanita sangat tertutup. Hal ini tidak hanya menimpa wanita lokal, tetapi juga TKW asal Indonesia. Khusus di Afghanistan, korban bukan hanya wanita dewasa tetapi juga anak-anak perempuan yang masih kecil serta diiringi dengan kekerasan. Bangsa Indonesia masih bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk sekalipun budaya ketimuran asli Indonesia sangat lekat dengan kesan sensual. Pelaku asusila di Indonesia biasanya berasal dari kondisi hidup yang kurang beruntung, dan jumlahnya pun masih kalah jauh dibanding para koruptor.

10. Isi RUU APP menyebarkan paham yang aneh : Tampil cantik dan seksi = kejahatan! selain itu memakai t-shirt pendek yang kelihatan pusar = kejahatan. Ada
pemberitaan kalau Polwan di Batam over acting melakukan razia terhadap wanita2 yang dianggap seksi. Salah satu yang kena adalah wisatawan asal singapura,
dan si wisatawan pun sempat komplain. Entah pemberitaan ini benar atau tidak. Kalau benar mau jadi apa negara ini?

11. Isi RUU APP mengandung kosakata baru yang tidak jelas dan rancu, misal "pornoaksi" dan "goyang sensual", apa itu goyang sensual? apakah semua goyang
pantat itu sensual? kalau begitu semua tarian tradisional dengan goyangan pantat sama dengan kejahatan? Selain itu ada pelarangan tampil "seksi", kata yang
berasal dari bahasa asing ini tidak pernah ada yang bisa menterjemahkan, bahkan negara asalnya sekalipun. "Seksi" bukan hanya untuk wanita tapi juga pria. Ada
banyak tolok ukur penilaian mengenai seksi, bisa dari rambut, mata, bibir, kepribadian, dll. Contoh : pelatih Chelsea Jose Mourinho dianggap pria seksi oleh
kaum hawa di eropa. Kenyataanya para pansus RUU APP sok tahu dan sok
mengatur sesuatu yang disebut "seksi". Semua ini adalah nilai rasa yang tidak akan mungkin bisa diberi batasan2 dengan kata-kata.

12. Isi RUU APP menyebarkan paham menyesatkan : segala objek yang telanjang dianggap kejahatan, misal : lukisan, souvenir, relief candi. Sekalipun sudah
diberi perkecualian yaitu "barang seni" tetap saja akan mengundang perdebatan antara orang yang berpandangan sempit dan fanatik dengan para seniman.

13. RUU ini sudah pernah diajukan bertahun-tahun lalu tapi selalu gagal. Artinya apa? dahulu pemerintahan Soeharto sangat tegas dan bertangan besi. Segala
gerakan yang dianggap membahayakan NKRI ataupun yang mengkritik pemerintahan akan diberantas. Sekaranglah saat tepat bagi golongan yang ingin menghapus falsafah negara Bhineka Tunggal Ika secara perlahan. Mantan Panglima TNI Try Sutrisno pun
menyatakan masih ada kelompok seperti ini di Indonesia.

14. Semakin lama penolakan terhadap RUU ini semakin gencar, tapi anehnya para pansus bukannya merespon malah menggalang dukungan dari orang2 yang lebih taat beragama dengan alasan penegakan moral. Tentu saja masyarakat ini tidak tahu secara mendalam (bahkan mungkin tidak dijelaskan) mengenai kejanggalan2 RUU ini maupun bahaya yang ditimbulkan kelak. Bahkan yang paling ekstrem ada pansus yang ingin RUU ini cepat-cepat disahkan!!, tanpa mau peduli dengan suara2 lain. Wah apa maksudnya ini?



Itulah beberapa kejanggalan2 diantara sekian banyak yang sempat saya tulis. Untungnya para tokoh nasional sudah menyadari keanehan dari RUU ini dan mereka menolak total. Sebut saja GUs Dur beserta istri, Solahudin Wahid, Megawati, Akbar Tanjung, Try
Sutrisno, dan tokoh2 intelektual lainnya terutama seniman. Langkah yang paling tepat adalah melaksanakan dengan baik UU yang telah ada untuk memberantas pornografi.
Jangan biarkan muncul aturan2 lain yang sampai meresahkan masyarakat.
Yang membuat kecurigaan saya semakin kuat adalah pernyataan mencengangkan dari ketua Fraksi FPI (saya jelaskan dalam tulisan selanjutnya).
Yang bisa kita lakukan sekarang adalah menyadarkan publik seluas-luasnya akan kejanggalan2 dari RUU APP dan bahaya potensial yang ditimbulkan.

Tuesday, March 21, 2006

Pasti Ada Alasan

Segala sesuatu proses, yang tiba tiba berjalan dengan tidak semestinya, pasti memiliki alasan, mengapa terjadi penyimpangan tersebut.
Entah penyimpangan tersebut hanya satu derajat, or bahkan sembilan puluh derajat, pasti ada alasannya...

Alasan dari terjadinya penyimpangan tersebut, pastilah dapat muncul dari berbagai macam faktor. Entah dari sudut sana, atau dari sudut sini.. atau bahkan karena faktor luar.
Dari manapun faktor terjadinya penyimpangan tersebut, dan apapun faktornya... tetap saja itu dinamakan alasan....

Nah... alasan itu bisa disebut alasan yang masuk akal, atawa alasan yang tidak masuk akal. Tentu saja sebutan untuk alasan tersebut sangat tergantung dari faktor faktor yang menimbulkan penyimpangan tersebut.

Jadi,.. jika sesuatu mesin yang biasanya berjalan sangat halus, tiba tiba jadi agak kasar... berarti.. ada sesuatu yang menyebabkan kasarnya mesin tersebut.
Perlu dicari kan bagian mana yang menyebabkan suara kasar tersebut...
Kan ndak enak juga toh? kalau mobil jalan sih jalan.. tp mesinnya ndak enak di telinga....
Nah... kalau sudah ketemu.. diperbaiki,... bisa alus lagi deh mesinnya... Asik kan?

Sekarang ini, yang perlu dilakukan adalah..mencari bagian mana yang menyebabkan mesin yang biasanya halus...tiba tiba jadi agak kasar.

Thursday, March 09, 2006

PEREMPUAN INDONESIA. quo vadis?

Hari ini Hari Perempuan Internasional, tadi dengerin di radio, banyak talk show macem macem lah.. dan dengan nara sumber yang macem macem juga.
Mereka mau ngomong dariA sampai Z. Sampai berbusa busa pun....
Kenyataan di lapangan berkata lain.
Perempuan Indonesia ini mau dibawa ke mana????

Mau dibilang maju.. ya sudah maju. Malah maju banget kali.
Mau dibilang mundur.. ya memang mundur.
Lihat saja kenyataannya...

Perempuan Indonesia selalu jadi obyek. Secara keseluruhan tentu saja. Mungkin ada sih laki laki yang akan protes. namun kenyataannya memang begitu.
Jadi subyek... boleh juga sih. Namun prosentase nya masih dalam hitungan jari tangan. Tidak ditambah jari kaki lho.

Kadang perempuan jadi subyek hanya karena basa basi, hanya karena harus ada, karena ada kata "emansipasi", makanya.. dikasihlah... peran untuk perempuan.

Mau bukti? Buanyak buktinya....

Mau bukti yang lucu dan bikin geli?
Itu RUU PAA... benar benar membuat perempuan hanya jadi obyek byek byek.
Gimana sih? itu para perempuan di DPR? kok diem saja? Ngomong dong ngomong..
Jangan hanya diem dan sok moral is gitu.

Aku sendiri sih.. ndak peduli apa isi RUU tersebut. Toh aku juga ndak pernah pake tank top or berciuman bibir or pake bikini di muka umum.. or ndak pake bra di muka umum.
NAMUN... dengan akal sehat... RUU itu memang bener bener ndak masuk akal.

Memangnya perempuan mau dibungkus semua biar kaya' lemper. Definisinya aja...belum kelar semua.. kok mau dibikin UU. Uaneh bin ajaib.

Daripada mikir melemperkan perempuan.. mending ngurus pendidikan, sandang pangan, papan, itu bencana alam, itu proyek proyek yang bermasalah, dan lain lain..

Bagaimanapun... sepertinya perempuan Indonesia harus bergerak sendiri.


RUU APP kalau dibaca dengan cermat maka jelas bahwa itu soal POLITIK bukan PORNOGRAFI. Politik yang kemudian dibungkus dengan MORAL. Tapi moral siapa????
Kita memang paling pandai bicara moral, walau di belakangnya juga menikmati
pornografi. Karena ini urusan politik maka tujuannya adalah kekuasaan, khususnya bagi para penggagas RUU yang tidak ada gunanya itu. Dalam politik, persaingan
mendapatkan kekuasaan bisa dilakukan dengan berbagai cara bermoral atau tidak bermoral, etis atau tidak etis -- dan ini tercermin dari rumusan RUU itu sendiri yang
menunjukkan kekacaubalauan pikiran para pembuatnya.
Karena tujuannya politik,yang menghalalkan segala cara, maka isinya pun mencampuradukkan pornografi, erotika, sensualitas, kecabulan dan ketelanjangan
tanpa ada pengertian yang jelas.

Yang lebih buruk lagi adalah RUU ini benar-benar memandang rendah PEREMPUAN.
Perempuan yang sering menjadi KORBAN pornografi, malah menjadi sasaran RUU ini.
Jadi bukannya melindungi KORBAN malah mengorbankan lagi si korban. Perempuan
benar-benar dilihat sebagai obyek FISIK belaka!!!
Jadi kalau ada laki-laki lalu melihat bibir seorang perempuan dan MENURUT
dia bibir itu sensual, maka yang disalahkan adalah si perempuan bukan di laki laki.

Kacamata penggagas RUU ini memang kacamata kuda, yang sangat subyektif dengan
menggunakan ukuran-ukuran moral kelompok tertentu.

Dalam perspektif yang lebih luas, RUU ini jelas melanggar hak-hak seksual
individu yang sebenarnya adalah HAM juga. Terutama hak-hak seksual perempuan yang akan ditindas.

Sebenarnya masih sangat banyak persoalan krusial lainnya yang perlu di selesaikan dan dipikirkan rancangan undang-undangnya ketimbang RUU APP.

Kelihatan jelas bahwa ada kelompok-kelompok tertentu yang GEDE RASA paling bermoral yang ingin memonopoli kebenaran dan memuluskan hidden agendanya untuk
mendapat simpati dari kelompok tertentu demi sebuah agenda politik.
Puadahal yang namanya bermoral itu.. definisi kata 'bermoral' saja masih sumir. Ya kan?

Saya usulkan agar DPR juga memikirkan RUU anti KEMUNAFIKAN....., agar negeri ini bebas dari segala kemunafikan.

(tulisan di atas, gabungan dari berbagai macam celoteh rekan rekan)

Friday, March 03, 2006

Tidak Perlu Dipertanyakan

Setiap kali ada satu hal tertulis di dalam Al Qur'an, dan kemudian menggelitik aku untuk memunculkan suatu pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang logis, selalu ada yang meng counter pertanyaan ku dengan kalimat, "kamu percaya Tuhan itu ada ndak?".. "jika demikian.. tak usahlah mempertanyakan apa yang tersurat dan tersirat di dalam Al Qur'an".

Jika jawaban tersebut sudah merespon apa yang jadi pertanyaanku. Aku hanya bisa diam. Dan berpikir, ini nih yang bikin kreatifitas berpikir jadi mandeg dan buntu.
Setiap pertanyaan di counter dengan kalimat tersebut, bakalan akan terjadi debat kusir kalau diteruskan.
Walaupun keingin tahuan aku meluap luap dan muntup muntup (bhs Jawa) seperti gunung api yang mau meletus, begitu direspon dengan kalimat seperti tersebut di atas, langsung deh jadi melempem. Gunung tak jadi meletus malah jadi mengkeret....

Lama lama, kalau tertahan begini terus.. bisa jadi bom meledak tanpa peringatan dini.

Sepertinya, keberanian berbicara dan menulis ku langsung surut jika ditantang dengan pertanyaan, "Kamu percaya Tuhan itu ada ndak?", atau..."Sudah deh..kamu percaya saja bahwa Tuhan itu ada."
hmmmmmm....

Wednesday, March 01, 2006

Sesaat di taman citarum

Sendirian. Ngopi jahe. Tape bakar plus coklat keju. Mendung dan gerimis di sore hari. Di sebuah kafe murah meriah di sekitar jalan taman citarum.
Sesaat. Namun berkesan.

Akhirnya menyadari, mengapa orang orang dari jauh mau bersusah payah untuk pergi ke kota ini, walau hanya untuk menikmati waktu yang sesaat itu.