Thursday, March 15, 2012

Pulau Buru yang kuburu (2)

Salah satu hal yang menarik perhatianku sejak mendarat pertama kali di Pulau Buru adalah adanya ikon terkenal dari Pulau Buru, yaitu minyak kayu putih. Wow!.. karena dianggap asli dan bagus. Sepanjang perjalanan di beberapa lokasi saat menuju desa desa yang ada di wilayah pesisir utara Pulau Buru, banyak saya lihat hamparan tanaman kayu putih yang sudah gundul, karena habis dipanen daunnya untuk dibuat minyak kayu putih. Kata mereka enam bulan lagi bisa dipanen daunnya. Dalam hatiku, waduh, bisa lihat pembuatan kayu putih ndak ya.. kalau daunnya aja habis gitu.

Syukurlah, tanya tanya ke orang yang nganter saya, kemudian dianter ke tempat penduduk setempat yang biasa bikin kayu putih.
Ternyata cukup sulit, karena tidak semua tempat penyulingan sedang melakukan pembuatan minyakkayu putih. Banyak yang kosong, gara gara demam emas yang melanda Pulau Buru.
Tempat pembuatan yang aku lihat ada di tengah tengah kebun rimbun yang tidak terlihat dari jalan raya. Bangunannya benar benar tidak permanen, karena beratap rumbia dan berangka bambu.



Peralatan yang adapun masih sederhana, hanya terbuat dari kayu. Tungkunya pun juga sederhana. Dua orang Buton yang saya temui mengatakan bahwa walaupun peralatannya masih sederhana dan tradisional, namun peralatan tersebut awet dan dapat menghasilkan produk yang bagus. Tungku yang ada berasal dari tanah liat, lebih bagus daripada tungku yang dibuat dari semen, karena tungku dari tanah liat lebih tahan panas daripada semen.
Gambar dibawah menunjukkan betapa teknologi tradisional masih eksis hingga saat ini.





Untuk memproduksi 6 botol minyak kayuputih seukuran 600 ml, daun kayu putih yang dibutuhkan adalah sebanyak satu wadah kayu besar seperti di gambar tersebut, penuh dan padat serta harus dipadatkan agar muat banyak. Proses pembuatannya sendiri memakan waktu kurang lebih 8 jam.


Dua orang pembuat kayu putih yang saya temui hanyalah tukang pembuat minyak kayu putih. Daun kayu putih yang mereka proses diambil dari lahan milik seseorang yang merupakan penduduk asli Pulau Buru. Untuk pemberian hak pengambilan daun kayu putih yang dilakukan oleh kedua orang tersebut pada lahan yang sudah diberikan hak kepada mereka, maka 3 kg minyak kayu putih harus diberikan kepada pemilik lahan dimana mereka mengambil daun kayu putih. Berapapun hasil yang mereka buat dari lahan tersebut, mereka hanya diminta memberikan sejumlah tersebut. Cukup adil, mengingat proses pemetikan daun kayu putih pada lahan yang sedang mereka kerjakan saat ini cukup jauh.

Kata pengantar saya, biasanya satu botol minyak kayu putih berharga 75 K. Namun, akibat demam emas yang ada, maka produksi kayu putih cukup sulit, sehingga saat saya beli, harga sebotol minyak kayu putih ukuran 600 ml adalah 125 K.
lumayan ....apalagi kalau belinya sampai 5 botol.
Namun sebanding dengan harumnya minyak kayu putih asli yang saya dapatkan. But, jangan coba coba dipakaikan untuk anak anak ya, minyak aslinya ternyata cukup panas.

Satu hal yang menarik dari Pulau Buru sudah saya temui, mudah mudahan ada cerita menarik lainnya dari pulau Buru.
(Bersambung)

No comments: