Saturday, October 06, 2012

Muara Teweh,Kota Kecil yang Besar

Saat mengetahui saya harus menuju pedalaman Kalimantan Tengah di wilayah Kabupaten Murung Raya, betapa senangnya rasa ini. Jadi inget perjalanan beberapa belas tahun lalu, saat menuju Buntok, untuk menyambangi keluarga adik yang saat itu merantau ke Ampah. Langsung membayangkan lamanya perjalanan yang cukup seru dan asik.
Tujuan akhir adalah pedalaman Sungai Barito, dan kota terakhir untuk menuju tempat tersebut adalah Muara Teweh. Wow.
Dalam perjalanan yang memakan waktu hampir 10 jam lebih kurang dari Banjar Baru (Kalimantan Selatan), saya hampir tidak memejamkan mata. Begitu ingin tahu keadaan kota kota yang terlewati. Kota kota yang pernah saya lewati 17 tahun lalu. Kandangan, Amuntai, Ampah, Buntok, wah....ada beberapa plang nama tempat makan yang cukup menarik.... ketupat kandangan,.. dan bakar bakaran di Amuntai...

Sempet merasakan bakar bakaran di Amuntai, kebetulan saya dan teman teman ambil bebek, dkk nya... rasanya?... hmmm ndak bisa diceritakan, karena memang ndak perlu diceritakan. hehehe....

bakar bakaran di Amuntai

Tugu masuk kota Kandangan berupa Ketupat.

Sudah gelap saat saya sampai di Muara Teweh. dari ketinggian saya agak sedikit kaget, melihat lampu lampu kota yang cukup banyak dan dalam area yang cukup luas. Itulah kota Muara Teweh. Hah! ternyata saya salah sangka. Saya pikir kota Muara Teweh adalah kota kecil biasa, ternyata... sebagai kota di pedalaman Kalimantan Tengah, kota tersebut cukup hidup.  Ramai.
Indikator utama adalah, berjejer ATM dari berbagai bank utama di Indonesia, semua ada di kota kecil ini. Alamat kehidupan bisnis dan ekonomi cukup padat lalu lintasnya di kota ini.

Saya menginap di Hotel Pacific, yang konon merupakan salah satu pioner hotel di kota Muara Teweh ini.  Nah, berbeda lagi saat melihat bentuk fisik hotel tersebut. Terlanjur berharap melihat hotel kecil yang standard bentuknya, ternyata dari luar hotel ini hanya seperti penginapan biasa. Hotel ini ada di jajaran bangunan-bangunan ruko yang ada di tepi S. Barito. Yah.. lumayan lah sebagai tempat istirahat, yang penting buat saya, kamar mandinya bersih dan tidak horor buat bersih bersih. Isi perabot kamarnya, standard, cukup layak. Apalagi kebanyakan yang nginep di sini bule bule yang kerja di pertambangan batubara sana. Katanya sih masakan di sini sangat direkomendasikan, namun sampai saya check out, tiap kali pesan makanan selalu dijawab dengan kalimat, chef nya tidak ada. Namun tiap kali lewat ruang makannya, saya melihat bule bule itu sedang makan enak. Apa maksudnya? Apakah tampang saya dan teman teman kurang qualified? wkkakakak.....

Kehidupan malam di Kota Muara Teweh, cukup ramai. Bahkan lebih ramai daripada kota kota kecil yang pernah saya kunjungi di pedalaman Kalteng. Mungkin karena ada di tepi Sungai dan merupakan tempat transit utama di wilayah pedalaman Kalteng ini, jadi Muara Teweh cukup jadi tempat yang diandalkan untuk pintu keluar masuk wilayah Murung Raya ini.

(bersambung)

3 comments:

Arief said...

apakah ruas jalan Ampah - Muara Teweh sdh cukup baik?

Anonymous said...

@Arief. Antara Ampah - Muara teweh menurut saya cukup baik, tetapi untuk Muara Teweh - Puruk Cahu masih banyak yang rusak.

Unknown said...

Apakah dimaura teweh rekom untuk memulai bisnis makanan ?