Tuesday, January 18, 2005

Mengapa?

Walaupun sudah berumur 37 tahun.. masih saja banyak pertanyaan yang timbul dan selalu bergejolak di dealam benakku.
Mengapa perempuan harus berbeda dengan laki-laki. Bahkan sejak masih anak anak, akan selalu diterapkan perbedaan kepada kedua makhluk yang berbeda itu.
Saya ingat, betapa saat SMA saya merasa benar benar dipandang sebagai manusia. Orang orang disekeliling benar benar memandang saya karena kapasitas pribadi. Karena otak yang lumayan encer. Karena kemampuan menghandle teman teman. Karena keberanian untuk ikut berpetualang. Karena prestasi. Karena.. saya. Bukan karena saya perempuan.

Setelah beranjak dewasa, semuanya berubah. Saya sebagai perempuan, akan selalu dipandang sebagai perempuan. Walaupun prestasi tidak terhalangi oleh perbedaan jenis kelamin itu. Namun tetap saja akan ada yang memandang keperempuanan saya.

Berhubungan dengan banyak laki laki membuat mata ini lebih terbuka, bahwa memang sebagian besar (note: sebagian besar!) laki laki memang selalu memandang perempuan dari segi keperempuanan terlebih dahulu, baru kemudian yang lain lain. Kalaupun ada perempuan yang sangat berprestasi, laki laki akan mengakui jika hanya prestasinya itu melebihi dirinya, jika prestasinya hanya ada di garis rata rata.. faktor perempuanlah yang akan membuat laki laki itu akan menengok pada seorang perempuan.

Mengapa begitu?
Saya selalu ingat, saya selalu mempertanyakan, mengapa perempuan harus dapat mens segala. BIkin repot. Mengingat saya selalu merasa repot kalau dapat mens.
Mengapa perempuan harus pake bra? (Kalau begitu mengapa diberi payudara ya?)
Mengapa perempuan harus kerepotan kalau mau buang air kecil. Apalagi kalau di tengah perjalanan dimana toilet tidak ada.. atau kalaupun ada.. sangat tidak nyaman untuk dipakai. Sedangkan laki laki...?
Mengapa perempuan harus dandan kalau mau pergi? Dengan urutan yang lengkap pula.
Mengapa laki laki bisa dengan cepat siap kalau mau pergi?

kalau mau dirunut, bisa banyak list "mengapa" yang selalu muncul
Dan semua mengapa itu mengacu pada satu hal... kelemahan perempuan dibanding laki laki. Atau kalaupun bukan kelemahan, adalah kerepotan perempuan dibanding laki laki dalam mengurus dirinya sendiri.

Sebenarnya, sangat ingin saya selalu dipandang karena kemampuan saya. Bukan karena keperempuanan saya. Karena pendapat pendapat saya. Karena kemampuan saya. Karena
prestasi saya.
Bukan karena, saya pintar dan cantik, or.. saya sexy, or.. karena...

Kadang saya pikir, hanya sedikit laki laki yang bisa memandang perempuan bukan karena dia perempuan.
Seorang laki laki kadang butuh perempuan karena... (untuk menyalurkan kebutuhan biologis).. disamping karena cinta. Namun cinta itu bisa dikesampingkan jika tiba tiba, saat si perempuan berumur 40 tahun, dan si laki laki bertemu perempuan lain yang bisa menarik dirinya. Nah.. berarti.. cinta bisa dikesampingkan untuk urusan biologis.

Saya kadang berpikir, ingin bertemu seseorang yang benar benar menghargai saya karena kemampuan intelektual saya. Kemampuan berpendapat saya. Kemampuan menghandle pekerjaan. Dan segala hal yang mampu saya lakukan.
Bukan karena hal hal yang bersifat seks.(note: seks disini bisa berarti segala hal yang berhubungan dengan sifat keperempuanan lho. not just seks.)
Seorang suami kadang tidak dapat melihat istrinya sebagai seorang yang layak dihargai. Kadang kadang... hanya urusan 3 hari sekali or urusan seminggu sekali ia akan membutuhkan istrinya. hari hari lain... urusan masing masing.

Ah, sepertinya tulisan diatas ini kacau balau... tidak terarah.. karena memang pikiran lagi ndak terarah juga. Beban kehidupan sebagai seorang perempuan berkeluarga memang cukup membuat "mengapa " mengapa" yang lain selalu muncul.

(suatu saat tulisan diatas akan diedit, dan bersambung)