Thursday, November 17, 2005

Hari ini aku dapat sms dari teman kuliah program S2, isinya”
“ass pres RI bth 3 jt sms u. tolak pcabtn SKB2 MENTRI. Jk dcabut, Kristen bbas bangun greja di komntas muslim ketik: TOLAK PENCABUTAN SKB 2 MENTRI ke 9949, Sebarkan!

Sejujurnya, aku prihatin dengan sms sms spt itu. Memang ada masalah apa jika orang Kristen membangun gereja dengan bebas? Toh orang Muslim juga bebas membangun mesjidnya. Bahkan mereka dengan bebas juga minta sumbangan di jalan, di terminal di semua tempat dengan judul pembangunan mesjid tanpa undang undang yang mengatur?

Ada apa dengan orang orang tersebut?
Akan sangat membuat aku sedih, jika kalangan orang yang katanya berpendidikan tinggi, juga ikut ikutan berperan serta dalam membuat kotak kotak dengan eksklusifitasnya.

Buat aku pribadi, apa sih masalahnya dengan orang membangun gereja. Toh, sah sah aja mereka membangun gereja. Mesjid kan juga banyak dibangun di mana mana. Walaupun bangunan tersebut keseringan kosong. Hanya isi jika ada jadwal shalat Jumat saja atau saat hari hari besar Muslim lain.

SMS di atas seolah olah bertujuan orang Kristen tidak boleh membangun gereja di komunitas muslim. Coba kita lihat kata KOMUNITAS MUSLIM. Komunitas muslim spt apa yang mereka maksudkan? Memangnya ada komunitas muslim di Indonesia yang secara eksklusif terpisah dari komunitas lainnya. Hebat banget kalau memang ada. Kalaupun ada, seperti apakah yang namanya komunitas muslim itu? trus, kalau begitu itu, nanti bakalan ada komunitas Kristen, komunitas Buddha, komunitas hindu, dll yang secara jelas terwujud dalam bentuk pemukiman. BEGITU???

Aku pribadi bukannya mau membela orang Kristen yang ingin membangun gereja. Bukan. Namun terlihat aneh aja. Terlihat begitu apa ya? Naif?
Karena buat aku, Kristen, Islam, Buddha, Hindu, Katolik, Kong Hu Cu, dan lain lain aliran agama, adalah sama sumbernya. Semua bersumber ke yang Maha Satu. Maha Pencipta. Walaupun dengan penyebutan yang berbeda beda. So what gitu lho?
Mengapa harus dipusingkan dengan pengkotak kotak an seperti itu.
Mengapa harus ada yang merasa yang satu lebih baik dari yang lain. Yang satu merasa jadi yang terbaik.
Mengapa?

Keyakinanku mengatakan, semuanya sama derajad dan nilainya di mata Tuhan. Mau orang Islam kek, Kristen kek, Katolik kek, Buddha kek, Hindu kek, mau tekek kek.. semua sama. Ya iyalah.. tekek pun pasti dianggep oleh Tuhan.
Yang membedakan adalah kadar keyakinan masing masing individu. Dan bagaimana mereka merealisasikan kadar keyakinan tersebut dalam perilaku sehari hari.

So… aku masih merasa heran, kalau seseorang yang aku anggap kadar intelektualitasnya cukup tinggi, namun masih menganggap agamanya lebih baik daripada agama lain.
Heran deh. Hari gini masih ngomongin eksklusifitas agama. Makanya sekarang jadi banyak teroris yang berani bunuh diri pake bom ya?

Yang bikin aku sedih, kok ya temen temen itu mau ikut ikut an menyebarkan SMS spt itu. kesenengan operator telepon selular dong. Income mereka jadi naik. Namun yang paling membuat aku prihatin, kok ya mau mereka menyebarkan sms yang sifatnya provokatif begitu.

5 comments:

igouw said...

Jeng retna yang lagi sedih..., Aku cuma denger2 aja niih, bahwa di daerah wisata Kaliurang Yogyakarta sono, ada sebuah rumah ibadah yang berbeda banget dengan rumah peribadatan lainnya. Kalo rumah ibadah yang biasa, biasanya kan hanya diperuntukan untuk satu kelompok penganut agama tertentu aja kan?, Tapi di rumah ibadah itu, justru bisa dipergunakan oleh masyarakat dari berbagai agama! Catat!... BERBAGAI BO!...whuehehehe... lalu di kota Salatiga, Jawa Tengah, juga terdapat rumah ibadah dengan fungsi serupa kok. Bedanya, di Salatiga rumah ibadah tersebut bisa dipakai *bergantian* oleh satu agama dengan kelompok agama lainnya... *catatan : tapi perlu juga diingat bahwa ada sinkretisme dalam budaya keyakinan dan agama orang Jawa

Lalu... mbaca artikelmu tentang SKB ini, aku yo heran.. ada ya SKB itu? kok aku ndak denger ya? ..(kemana aja ya aku ini?), makanya aku jadi gatel pengen ngomentarin deh.... Well menurutku sih ada dua konsep yang bisa kita jadikan dasar dalam memandang atau menilai permasalahan SKB; Yang pertama : Rukun, yang kedua : Tentram

Coba kita pikir2.... Bukankah *kerukunan* selalu menjadi sebuah agenda bersama umat beragama manapun? Kan itu tuh sebenernya merupakan internalisasi dari ajaran luhur agama2 yang dianut kan?, Jangan lupa! bahwa konsep kerukunan itu juga ada pada SKB! Cumaaan bedanya konsep kerukunannya itu adalah versi realisasi program kerja pemerintah atau negara. Weleh, spiritnya jadi berbeda banget deh, meskipun sama-sama berlabel kerukunan. ( no wonder, bukannya jadi rukun kan, abis buatan dukun sih )

Jaman ORBA dulu, Pak harto jauh lebih mumpuni dalam menilai karakter bangsa kita ini, beliau tau kalo SARA bisa bikin berantakan negara kita ini, jadi beliau LARANG segala yang berbau sara, aman kan? Kita *dirukunkan* dan *ditentramkan* sama pemerintah... dan hasilnya ternyata ya tertib dan teratur negara ini.....Ironisnya bar reformasi wingi.. konsep saranya pakde juga kena reform dan pudar.. jadi ndak heran kalo ada banyak kasus sara muncul disana sini, seperti perang Dayak Madura, kasus Poso dll.( contoh thok ).

Jadi piye yo jeng? Aku sih setuju sama kamu sebenernya bahwa orang kalo merasa pinter ya pemahaman agamane yo musti higher juga dong, jangan mau bodoh disetir sama keyakinan bahwa kalo bisa meng-ekspansi agama itu bakal jadi kartu jaminan masuk surga… dan Orang kalo otaknya pinter dan keimanannya higher, jangan minteri wong bodo… pake mbujuki supaya orang2 ngirim sms mendukung pencabutan SKB.. lha aku wae sing bodo bisa ngitung kok.... kalo 3 juta SMS @ Rp. 300 itu nek dikirim konversinya = Rp. 900.000.000 dalam tempo 11 hari saja!

Hidup jeng retna lah... aku ndukung kamu...!

Unknown said...

walah2...kayaknya kebenaran itu untuk dilaksanakan ya bukannya diperebutkan..:) salam selalu ya sha..

Anonymous said...

Personally, kefanatikan dalam beragama itu penting, tentunya dalam batas2 wajar & nggak merugikan agama lain. Soalnya, kalo nggak fanatik sebetulnya, orang akan lebih mudah "terhasut" ajaran agama lain. Orang2 yg convert ke agama lain karena alasan perkawinan dll, adalah contoh orang yang agamanya nggak kuat. Alasan mungkin cinta & cinta itu mulia, tapi cinta pada Tuhan sama cinta pada manusia, beda banget "kemuliaannya".

Anyway, Kristen itu minoritas, koq. Kenapa harus "ditakuti"? :)

Saya setuju pendapat di atas bahwa kebenaran itu untuk dilaksanakan (dan dipertahankan), bukan itu diperebutkan. Semua kebenaran itu baik, tapi nggak semua "kebaikan" itu benar. Karena "baik" itu sifatnya relatif, sedangkan benar itu mutlak. Jadi memaksakan "kebaikan" itu belum tentu benar. Baik untuk siapa dulu?

Rock on.

Anonymous said...

minoritas atau 'elite' ? hehehehe kadang kita sukar membedakan.... cuman ngingetin bahwa orang lebih sering tersandung/tergelincir karena kerikil ketimbang batu besar yang jelas2 ada dihadapan mata...
dikehidupan ini.. yang kecil lebih sering diabaikan bahayanya... padahal banyak contoh bahwa yang kecil jauh lebih mematikan...

Anonymous said...

Mbak, saya orang Kristen. T'rima kasih untuk concern-nya dengan keadaan keKristenan di Indonesia. Kami memang minoritas tetapi bukan berarti kami semakin dipojokkan. Saya melihat dan mengalami betapa kami dipojokkan, ditekan, bahkan berusaha dihancurkan. Saya sangat sedih dengan keadaan ini. Banyak gereja2 yg dihancurkan dan pendeta2 dianiaya oleh orang Muslim (maap ya mbak). Hanya untuk mempertahankan tingkat populasi agama tersebut di negri ini. Pendapat saya, kalo hanya untuk mempertahankan agama dan melakukan kekerasan terhadap agama lain, itu bukan sifat orang yg beragama lagi.

Padahal zaman dulu, agama2 di Indonesia bisa hidup berdampingan dengan damai, tapi karna ada provokator2 yg tidak bertanggung jawab, kehidupan beragama kita jadi terganggu dan tidak ada lagi rasa percaya satu sama lain, yg ada kecurigaan dan kebencian.

Tapi saya mewakili orang Kristen atau gereja, kami selalu berdoa untuk saudara sepupu kami (Muslim) dan selalu mengasihi mereka yg menganiaya kami. Karna itu yang diajarkan Nabi Isa. Biarlah kedamaian selalu dicurahkan atas bangsa Indonesia tercinta ini.