Saya baru menyadari bahwa saya selalu menjadi single fighter dalam kegiatan pekerjaan yang berbau lapangan dan berbau hutan.
Jika, dalam satu tim ada 7 orang, hanya ada 1 perempuan. Dengan demikian jika dibutuhkan 10 tim, maka hanya akan 10 perempuan. Itupun perkiraan yang sangat bagus jika dalam satu tim selalu ada 1 orang perempuan, karena kenyataannya adalah, tidak semua tim dari yang sepuluh tim tersebut selalu ada satu orang perempuan di dalamnya.
Kadang-kadang pengin juga ada temen perempuan dalam satu tim.. biar kalau ada urusan perempuan bisa saling dukung. Soalnya kadang untuk kegiatan kegiatan pribadi.. perempuan sendiri itu ya rada rada khawatir juga.
Namun, itu semua bukan hal penting.
Sekali saya memutuskan untuk masuk bidang kerja yang menurut orang seharusnya jadi domain laki laki... maka saya sudah harus siap menjadi dan berhadapan dengan para laki laki.
Jangan pernah berharap mendapat perlakuan istimewa jika masuk ke domain laki laki. Hal itu juga yang saya terapkan pada diri saya. Disini emansipasi berlaku penuh. Jika laki laki bisa, maka perempuan juga bisa. Tidak ada perkecualian dalam perlakuan. Semua sama.
Jangan pernah berharap mendapat bantuan karena kamu seorang perempuan. Jangan pernah ingin diistimewakan karena kamu seorang perempuan. Dan jangan pernah merasa istimewa karena kamu perempuan.
Kemarin saya kursus, dari 32 orang peserta, hanya ada dua orang perempuan dalam satu kelas. Dan hanya ada saya seorang dalam kelas bidang saya. Padahal saya beranggapan bidang saya adalah bidang yang ndak gitu berat, seberat bidang lainnya, dan dapat dikerjakan oleh perempuan. Jadi saat saya sadar bahwa sayalah satu satunya perempuan di kelas saya, saya langsung bertanya pada diri sendiri... ”hei perempuan Indonesia, dimana dikau.... mengapa hanya ada saya di tempat kursus saya ini. ????”
Sebegitu beratkah bidang kerja yang selalu turun ke pelosok hutan seperti yang saya kerjakan, sehingga tidak ada perempuan yang mau ikut kursus ini????
Kemarin saya kursus, dari 32 orang peserta, hanya ada dua orang perempuan dalam satu kelas. Dan hanya ada saya seorang dalam kelas bidang saya. Padahal saya beranggapan bidang saya adalah bidang yang ndak gitu berat, seberat bidang lainnya, dan dapat dikerjakan oleh perempuan. Jadi saat saya sadar bahwa sayalah satu satunya perempuan di kelas saya, saya langsung bertanya pada diri sendiri... ”hei perempuan Indonesia, dimana dikau.... mengapa hanya ada saya di tempat kursus saya ini. ????”
Sebegitu beratkah bidang kerja yang selalu turun ke pelosok hutan seperti yang saya kerjakan, sehingga tidak ada perempuan yang mau ikut kursus ini????
Sebel banget lihatnya. Prosentase perempuan dikit banget kemaren. Jadi sadar, laki-laki memang masih tetap dominan di dunia ini.
