Saturday, June 23, 2012

Si Mata Teduh (1)

Sebenernya, aku tak pernah percaya dengan istilah cinta pada pandangan pertama, sama sekali. Bagaimana mungkin orang tidak kenal bisa jatuh cinta. Bisa jadi, bahkan belum kenal namapun tidak mungkinlah bisa jatuh cinta. Sangat sangat tidak masuk akal.
Namun, pengalamanku bertemu seseorang beberapa waktu lalu menggugurkan pandanganku tentang cinta pada pandangan pertama. Langsung gugur dan luntur.
Tak pernah aku mengerti, mengapa serasa ada daya magnet yang kuat, saat aku tidak sengaja bersirobok pandang dengannya.
Masih lekat dalam benakku, cerita pertemuan dengannya beberapa hari yang lalu. Dan tetap saja masih tetap terheran heran aku, mengapa aku bisa seperti orang aneh gitu ya kemarin itu.

Kemarin, aku datang dengan tingkat kekhawatiran yang cukup tinggi, mengingat tidak banyak yang aku kenal dalam acara kemarin. Ah peduli amat nanti kalau ternyata banyak yang tidak mengenalku. Yang penting saya sudah berusaha nyenengin orang lain. Begitu sikapku, sekaligus memenuhi rasa ingin tahuku tentang tempat baru yang jadi tempat tujuanku kemarin.
Ternyata benar, tak banyak yang aku kenal kemarin. Yah... say hello dengan sedikit orang, sudah lumayan mengurangi rasa canggungku yang mendera sejak keberangkatan tadi.
Duduk diantara teman teman yang baru kukenal. Senyam senyum sapa yang penuh tanya. Tengak tengok melihat siapa siapa sajakah yang aku kenal. Ah, banyak sekali yang belum kukenal, dan tiba tiba mata itu menarikku untuk melihat sosoknya. Ah.!.. siapakah dia. Rasanya kenal deh, tapi kok tidak muncul keluar di ingatan, siapa dia.
Kembali aku menatap dia, siapa dia?.. Untunglah dia tidak sedang melihat ke arahku. Kemudian dengan berusaha keras aku berusaha mengingat namanya. Yah!.. aku pernah merasa kenal dengan dia di dunia fb. Namun kenapa nama yang sudah diujung lidah itu tak kunjung keluar. Ah! kuperas ingatanku dalam dalam. Merenung. Menafikkan kehadiran yang lain.
Ah otak yang semakin menua ini, memang tidak diajak kerja dalam kecepatan tinggi. Sudah lah..menyerah aku. Kalah, dan tanya dengan teman yang duduk di sebelahku, apakah dia tahu nama mas yang di sana itu. Ternyata, dia pun tak tahu. Senyum pasrah menghiasi wajahku.

Waktu berjalan, acarapun merambat, namun otakku masih terus bergulat, mencoba menggali ingatan, siapakah dia.
Tepat, saat aku mau tak mau harus bertegur sapa dengannya, karena tempat dudukku yang tidak jauh dari tempat dia akan lewat, terlintas nama yang indah itu. Bima. Ah ya, Bima namanya.
Orangnya cool, tenang, tidak meledak ledak, suaranya lembut. Menanggapi salam tanganku dengan ramah. Katanya saat kuperkenalkan diriku, dia bilang, saya sudah tahu nama mbak kok.
Ah... betapa malunya diriku, karena hampir dua jam hanya untuk menemukan namanya terlintas di benakku.

Dan sejak salam ramah terucapkan, mata dan benakku hanya terpusat pada sosok tampan yang tenang itu. Untuk sejenak aku terpana mendengar ucapnya waktu kusapa dia, mungkin hanya satu dua detik, namun momennya tidak terlupakan.
Apakah ini yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama. Seperti cerita cerita di novel yang aku tidak pernah bisa percaya itu?
Ah. Sepertinya aku kena kutukan atas pengingkaranku terhadap sentimentil dan romantisme cerita cinta yang menurutku sangat dipaksa untuk ditulis itu.
Tidak. Tidak mungkin orang seperti aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Impossible.


(bersambung)

No comments: