begitu pak imgar...
thx revisinya
Kapolwil Tak Akan Lagi Beri Izin Sarimin
Pentas si raja monolog Butet Kartaredjasa di Gedung Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur, Sabtu malam (15/12) berakhir dengan "pencekalan". Tak tanggung-tanggung, pernyataan itu meluncur spontan dari Kapolwiltabes Surabaya Kombespol Anang Iskandar setelah menyaksikan lakon Sarimin yang dibawakan Butet.
"Pertunjukan ini (Sarimin) tidak layak dipertontonkan kepada masyarakat. Jelas-jelas tidak mendidik. Saya akan evaluasi perizinannya," tegas Anang kepada wartawan.
Saat memberikan penjelasan, Anang tampak emosional. Dia berkali-kali menyatakan bahwa pertunjukan yang mengkritik habis-habisan aparat penegak hukum -terutama kepolisian-itu tidak pada tempatnya disajikan di hadapan publik umum.
"Kami bukannya alergi kritik. Tapi yang proporsional dong. Masak, polisi tidak ada sisi baiknya. Yang ditampilkan hanya sisi jeleknya saja. Ini tidak fair," ujarnya.
Seperti diketahui, lakon Sarimin karya Agus Noor ditampilkan Butet di Gedung Cak Durasim, 14-15 Desember lalu. Sebelum di Surabaya, lakon yang sama dipentaskan Butet dkk di Jakarta , 14-18 November dan di Jogjakarta, 26-27 November. Ribuan penonton menyaksikan lakon satire ini. Di antaranya mantan Gubernur DKI Sutiyoso, Adnan Buyung Nasution, Todung Mulya Lubis, dan Arifin Panigoro. Di Jogja, tampak Wali Kota Jogja Heri Yulianto, Bupati Sleman Ibnu Subianto, pejabat di Polda DIJ, dan sejumlah aktivis LSM. Sedangkan di Surabaya, terlihat ada Dekan Fisip Unair Prof Dr Hotman Siahaan, Gubes Emiritus Unesa Prof Dr Budi Darma, Chairman Jawa Pos Group Dahlan Iskan, Wawali Arif Afandi, penyair Zawawi Imron, Wakajati Jatim M. Hudi, dan Kapolwiltabes Surabaya Kombes Pol Anang Iskandar.
"Di Jakarta dan Jogja, pentas kami tak ada masalah. Lha kok pas di Surabaya , Pak Kapolwil marah-marah. Tapi, itu hak dia untuk marah-marah. Mungkin dia tidak siap untuk dikritik," kata Butet menanggapi kekecewaan Anang Iskandar itu.
Anang mengaku, dirinya senang dengan kesenian. Dia juga merasa terhibur dengan pementasan monolog Butet itu. Namun yang disesalkan, semestinya pementasan yang "menelanjangi" kinerja aparat kepolisian dan penegak hukum lainnya itu tidak layak disuguhkan ke publik.
"Pentas itu layaknya ditampilkan di depan para polisi. Kalau dia mau, ayo saya fasilitasi," tuturnya.
Kepada panitia Anang sempat mempertanyakan izin keramaian pertunjukan itu. Dia tampak merasa kecolongan. "Kalau sekali lagi lakon itu ditampilkan, pasti saya evaluasi perizinannya."
Anang khawatir ada kesalahtafsiran terhadap kinerja polisi. Seolah-olah kerja polisi sehari-hari seperti yang digambarkan dalam lakon Sarimin itu: membalik fakta, bisnis perkara, dan hanya melayani tersangka berduit.
"Saya akui, masih ada hal-hal seperti itu di kepolisian. Tapi, tidak bisa digeneralisasi. Apalagi kami sedang memperbaiki citra kepolisian," papar Anang.
Karena itu, Kapolwil akan mempertimbangkan secara khusus bila lakon Sarimin akan ditampilkan lagi di Surabaya. Begitu pula penampilan Butet di kota ini. "Kalau saya tahu yang ditampilkan seperti itu, pasti tidak akan saya beri izin," tandasnya.
Butet Kartaredjasa tenang-tenang saja menanggapi reaksi Kapolwiltabes Surabaya terhadap penampilan monolognya. Seniman asal Jogjakarta itu menyesalkan sikap berlebihan Anang. "Reaksi berlebihan Pak Kapolwil itu menunjukkan bila aparat kepolisian belum siap bercermin. Melihat wajahnya sendiri lewat kesenian. Ini kesenian Bung, bukan demonstrasi," ujar dramawan yang kini sering dipanggil Presiden "SBY" (Si Butet Yogya) dalam acara Republik Mimpi di Metro TV itu.
Terhadap tawaran Kapolwil untuk tampil di depan jajaran kepolisian, Butet menyambut baik. "Tidak ada masalah. Setelah pentas, adakan diskusi dengan mengandang para praktisi hukum dan akademisi," tandas anak seniman serbabisa Bagong Kussudiardjo ini. (ari/ano/zul)
Untung sudah lihat pementasannya pas di Jakarta kemaren... jadi.. cuma bisa heran saja.. kenapa harus dicekal..
lha wong dengan sarimin tukang monyet kok takut... apa ndak salah tuh????!!!!!
1 comment:
eh, stahuku..besoknya pencekalan itu dibatalkan..
bener gak sih..
Post a Comment