Wednesday, January 17, 2007

"KUNJUNGAN CINTA", Teater Koma

Produksi ke 111 Teater Koma, digelar di TIM, 12 – 28 Januari 2007 dalam rangka perayaan ultah Teater koma yang ke 30

Melihat pertunjukan Teater Koma itu bagai candu. Ketagihan. Kita selalu menunggu kapan teater Koma pentas lagi.

Saat membaca ringkasan cerita “Kunjungan Cinta” yang ada di milis Teater Koma, saya seolah olah ingat pada salah satu buku naskah teater yang pernah saya baca, namun judulnya Kunjungan Nyonya Tua. Namun begitu, saya belum begitu yakin bahwa benar cerita tersebut yang akan dimainkan.

Begitu melihat setting awal, dan dialog dialog yang terjadi di awal cerita, saya langsung kenal cerita tersebut, Jadi saya merasa tidak surprise lagi akan jalan cerita karena sudah mengetahu isi cerita. Tetap dapat mengikuti alur cerita yang ada, walaupun disana sini, ada sedikit yang diubah disesuaikan dengan kondisi yang ada. Secara garis besar, tetap hampir sama dengan naskah yang ada di buku.

Perlengkapan setting untuk pentas termasuk yang cukup megah kali ini, dibanding produksi teater Koma yang lalu. Tidak seperti biasanya. Kali ini settingnya berukuran besar dan mapan, namun ada juga yang dapat dipindahkan dengan gampang sesuai permintaan skenario. Dibutuhkan kekompakan tim saat mengubah setting agar tepat dan rapi sesuai alur cerita.

Megah. Dan unik. Sesuai dengan bayangan yang ada pada imaji saya saat saya membaca bukunya. Yang pasti benar benar mendekati realistis. Serta yang tidak kalah pentingnya adalah bertaburan bintang teater.

Ratna Rintiarno yang bermain cantik secantik orangnya, Sari Majid, Salim Bungsu yang masih tampil prima, dan banyak nama nama lama dari teater Koma bermain kembali, bahkan Butet Kartarejasa, seperti biasa juga turut serta sebagai bintang utama dalam penampilan kali ini. Beberapa nama lain adalah nama yang saya kenal jika teater Koma selalu manggung.

Seperti biasanya, melihat pertunjukan teater Koma, selalu sarat dengan pesan, namun tidak membuat bosan. Perlu stamina ekstra untuk melihat pertunjukan yang dimulai pukul 19.30 dan berakhir 23.30 dengan break selama 20 menit. Lama. Iya. Capek. Iya. Tapi tetap antusias untuk mengikuti bagaimana mereka akan mengolah cerita tersebut.

RINGKASAN CERITA :

Kunjungan Cinta menceritakan seorang nyonya yang bernama Klara Zakanasian, yang merupakan perempuan kaya raya, akan berkunjung ke kota Goela, kota dimana ia berasal.

Kota Goela sendiri adalah kota kecil, yang hampir mati karena semua kegiatan bisnis di kota tersebut berhenti. Saat mendengar rencana kedatangan Nyonya Klara tersebut, semua warga bersiap siap akan menyambutnya. Semuanya.

Adalah Ilak Alipredi, yang merupakan salah satu warga kota terpandang dan tahun depan akan dicalonkan menjadi walikota, pada masa lalu sempat menjadi teman dekat Klara yang mendapat tugas khusus dari walikota, agar dapat membujuk Klara yang notabene sudah menjadi milyarder mau membangun kota goela.

Seluruh kota bersiap menyambut kedatangan Klara, dan mencari cari kira kira apa yang dapat ditonjolkan guna memuji cerita masa lalu Klara. Walaupun sebenarnya tidak ada, namun tetap diutak atik cerita masa lalu guna pidato penyambutan sang milyarder tersebut.

Kedatangan Klara pun tibalah, acara penyambutan juga telah diadakan, bahkan Ilak Alipredi yang dahulu teman dekat Klara juga berusaha untuk menjadi seseorang yang pernah istimewa di masa lalu Klara.

Sang walikota berbangga hati saat Klara menjanjikan satu trilyun rupiah guna membantu pembangunan kota goela agar dapat normal kembali, namun dengan satu syarat. Yaitu keadilan buat Klara.

Klara menuntut ketidak adilan yang pernah diberikan oleh pengadilan kota goela berpuluh puluh tahun lalu agar diungkapkan kembali. Untuk itu ia telah membawa dua orang saksi yang dulu telah bersaksi palsu guna kembali membuka kasus tersebut.

Alkisah, saat Klara dan ilak saat remaja pernah memadu kasih, hingga Klara hamil. Adapun Ilak yang saat itu dituntut untuk bertanggung jawab atas kehamilan tersebut, di pengadilan menghadirkan dua saksi yang memberatkan Klara, yaitu bahwa Klara juga tidur laki laki lain. Dengan ada nya saksi tersebut, Ilak dapat lepas dari tanggung jawab dan kemudian menikah dengan Matilda, anak pemilik toko kelontong di kota goela.

Pengadilan dibuka kembali, namun penduduk kota goela tidak menerima jika ilak harus dihukum mati atas kesalahannya yang lalu. Seluruh warga tidak bersedia menghukum Ilak, yang merupakan salah satu warga yang cukup terpandang di kota goela.

Klara yang mengetahui hal tersebut hanya berkata, bahwa ia akan memberi waktu kepada warga kota goela atas keputusan tersebut. Putus sudah katanya, imbalan satu trilyun untuk nyawa Ilak Alipredi. Dan iapun kemudian untuk sementara tetap tinggal di kota goela.

Bagaimana kemudian sikap warga kota goela dengan iming iming yang menggiurkan tersebut??? Kota goela berbenah diri, warga kota mulai meningkat gaya hidupnya, kota mulai mempercantik diri. Ilak merasa gerah melihat semua itu, karena ia sadar, warga tidak memiliki sumber dana untuk melakukan semua hal tersebut. Bahkan, keluarganya pun mulai berubah kehidupan ekonominya menuju kearah yang lebih konsumtif.

Darimanakah semua itu dapat terwujud dengan kondisi ekonomi yang mandeg tersebut. Hutang! Ya hutang! Semua warga kota goela terlilit utang untuk membiayai gaya hidup mereka.

Akhirnya dengan sangat terpaksa, para tokoh kota goela mendatangi Klara dengan harapan agar ia mau menyuntikkan modalnya guna menggerakkan kembali perekonomian kota goela, yaitu dengan mengoperasikan kembali industri industri yang ada di kota goela yang selama ini mati.

Saat itu terkuaklah, bahwa Klara sudah membeli semua asset kota tersebut, bahkan balai kota pun sudah terbeli. Semuanya sudah terbeli dengan memakai tangan orang lain. Akhirnya, bahwa sebenarnya kota goela adalah milik Klara. Dan dengan dendamnyalah ia membuat semua kegiatan ekonomi di kota goela berhenti. Sebagai pembalasan atas ketidakadilan yang menimpanya dulu.

Seluruh penduduk kota menyerah. Tidak ada cara lain selain menyerahkan Ilak kepada Klara. Bahkan Klara dengan cintanya yang sudah mati tersebut, sudah membuatkan mausoleum megah tempat penyimpanan jasad ilak.

Ya. Klara dengan statement cinta nya berakhir begitu kisahnya berakhir dengan ilak di masa lalu, memakai kisah cintanya yang ternodai menjadi dendam yang tidak berkesudahan, bahkan memakan korban lebih dari hanya seorang Ilak. Seluruh warga kota menjadi korban dendamnya kepada cintanya yang putus kepada Ilak
.

Benar ungkapan yang menyatakan bahwa cinta itu dapat membawa berkah namun dapat juga membawa maksiat. Sebagaimana berbagai hal lainnya yang selalu mempunyai sifat hitam dan putih, demikian juga dengan cinta, ia bisa bersifat konstruktif namun bisa juga bersifat destruktif. Tergantung kepada diri pribadi masing masing dalam membangun sikap dan sudut pandangnya atas kata ‘cinta’ tersebut.

Cinta yang tidak kesampaian, bisa membuat orang selalu memiliki warna dalam hidupnya akan harapannya atas cintanya, namun bisa juga cinta yang tidak kesampaian bisa membuat orang jadi dendam, putus asa, dan akhirnya…. Bunuh diri… kalau tidak bisa membunuh orang yang dicintainya.

Di akhir cerita, di balai kota diadakan pertemuan dengan mengundang pers, diumumkan bahwa karena jasa Ilak, Klara memberikan sumbangan satu trilyun rupiah. Tidak disebutkan bagaimana Ilak berjasa. Kemudian Ilak pun dibunuh. Konferensi Pers menyebutkan bahwa Ilak terkena serangan jantung. Dengan peti makam yang indah Ilak disemayamkan dan diupacarakan dengan sangat megah.

Tamat.

COMMENTS

Sadarkah kita bahwa hal tersebut sedang melanda kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia juga? Semua dapat diatur jika menyangkut keberadaan uang. Keadilan, bisa dibengkak bengkokan. Sumbangan bisa disasarkan. Jabatan? Dapat diperjual belikan. Adalah benar adanya jika uang memang menguasai hajat hidup orang banyak.

Tidak benar kalau ada yang bilang uang bukanlah segalanya. Bohong itu. Uang adalah segalanya. Yang bisa bilang uang bukanlah segalanya, ya mereka yang sudah punya uang sak hohah baru bisa ngomong hal tersebut. Yang kere tur deles ya ndak mungkin bisa bilang begitu. Ya kan? Uang yang membiayai kita supaya tetap hidup. Tidak ada uang? Mati.

Namun, ada namunnya nih, pada akhirnya akal budi kita sebagai manusia yang punya rasa humanisme yang besar yang dapat meredam akan keinginan mencari uang sebanyak-sebanyaknya dengan membabi buta dan memakai prinsip segala cara dalam mencari uang.

Bisakah? Entahlah. Mungkin bisa kita cari jawabannya pada ramalan sabdopalon dan nayagenggong...

Coba kita lihat : Asset negara yang cukup penting sebagian sahamnya banyak yang dimiliki oleh investor asing. Kekayaan negara yang sebenarnya merupakan hak milik rakyat banyak, dominasi sahamnya sudah dimiliki asing.
Lha wong air saja, kita harus bayar mahal untuk mendapatkannya, karena perusahaan yang seharusnya milik kita malah dijual ke orang asing. Sumber kekayaan alam lain??? Indonesia Cuma dapat fee dari kontrak konsesi saja. Alih alih Indonesia, lha orang lokal yang ketempatan proyeknya saja, malah masih banyak yang masih belum beradab dan miskin pendidikan.

Kalau kita, terutama pemerintah Indonesia, tidak kuat kuat bertahan bisa dipastikan sebentar lagi listrik juga pasti akan didominasi sahamnya oleh orang asing. Telkom, Pertamina, dan lain lain yang menguasai hajat hidup orang banyak... Kalo udah begitu? hapus aja pasal 33 ayat 1,2,3 di UUD. Amit amit kan?

Mudah mudahan, harapan sih masih banyak yang sadar bahwa seharusnya kita masih bisa bertahan jadi tuan rumah di negeri sendiri, Jangan sampai malah kita bangsa Indonesia pada masa yang akan datang, harus sewa lahan untuk hidup di wilayah kita sendiri. Musnahlah anak cucu kita nanti, tidak ada lagi bangsa Indonesia.

CATATAN KECIL

Kembali ke komentar tentang pementasan : Seperti biasanya Teater Koma selalu membawa pesan pesan sosial akan keprihatinan melihat keadaan Indonesia secara keseluruhan, karena keyakinan bahwa dengan wujud teatrikal mungkin sentilan sentilan akan dapat mengena kepada pihak pihak yang bertanggung jawab akan semua keadaan yang ada. Namun, sampaikah pesan tersebut kepada yang bersangkutan???

Wallahu allam bisawab. Tanyalah pada gedung pertunjukan di TIM sana, apakah yang menonton memang orang orang yang patut disentil??? Masalahnya..Apa ada nggak pejabat yang berwenang atas kebijakan publik juga ikut menonton?

Kadang-kadang para pejabat sudah sinis saja memandang pementasan teater, boro boro mau melihat pertunjukkannya( ini sisa-sisa budaya jaman ORBA yang sangat sensitif pada kritikan masyarakat ) Lha Jadi, kuping siapa yang mau disentil?

Let say, kita berandai-andai, kuping yang disentil itu lalu tersentil, kira-kira memberikan efek ndak ya? Lha wong keliatannya kupingnya bapak2 itu sudah pada mampet gitu?, mereka kan terbiasa menutup kuping dan menutup mata.. tapi mangap mulutnya lebar2 mencoba makan sebanyak mungkin...

Anjing menggonggong ya kafilah tetap berlalu, Pada akhirnya pesan yang tersirat dalam pementasan seperti berteriak di depan jurang lembah keputus-asaan yang teramat luas... cuma gaung suara teriakan kita sendiri yang berbalik kearah kita... sayang ya?

*Gimana kalo Teater koma bermurah hati ngasih ijin TV2 lokal lah untuk mentasin salah satu pementasan mereka? kayanya bakalan lebih nyampe deh pesan2 moralnya... tidak hanya sebatas di ruang pementasan saja.. ada ruang pementasan yang lebih banyak audience nya.. ruang pentas INDONESIA, penontonnya? ya segala lapisan Masyarakat Indonesia.

Tabik!!

Monday, January 15, 2007

Logika dan Naluri

Mana yang lebih bagus? naluri atau logika?
Naluri sifatnya alamiah dia sudah diwariskan alam semenjak
kita pertama lahir ke dunia... sedangkan Logika kita terbentuk
oleh lingkungan, pendidikan dan kesadaran akan kebenaran ..

Ada yang mengandalkan logika, ada yang memakai naluri
yang memakai logika bilang : " pake naluri itu primitif kaya binatang"
yang memakai Naluri bilang : " pake logika sering gak pake hati nurani "
Keduanya tidak pernah berawal dari titik yang sama
dan tidak juga berakhir di muara yang sama

Pernah gak? semua perhitungan tampaknya rapi dan pasti
tapi naluri mengatakan : jangan, belum.. ini ada yang gak beres...
Atau kalau sering liat extravaganza seperti yang Tora, Aming dkk
pakai sebagai slogan mereka dalam banyak episode : " perasaan
kok gak enak? " pasti mengerti bahwa Logika bisa kalah sama naluri.....

QUESTION : kalau begitu kita tanya pada diri kita sendiri
" bisakah LOGIKA membunuh naluri??? "

Thursday, January 11, 2007

KOSONG, JEDA, KOMA, ISTIRAHAT

Jeda.....
kosong....
perlukah?

Bahkan dalam suatu simfoni terindah pun fungsi jeda diperlukan,
tidak setiap saat, tidak setiap waktu dalam suatu alunan aransemen
dipenuhi oleh not, ada jeda... ada kosong, ada henti....

Seperti itulah mungkin apa yang terjadi dalam hidup kita ... sesimple
itu.
tidak ada not yang menghilang dari simfoni yang kita ciptakan selama
ini,
yang ada hanya ketukan2 kosong yang justru akan memperindah dinamisnya
rangkaian not demi not selanjutnya yang akan mengalun memenuhi ruang dalam kehidupan kita.

Apabila kita terus menerus memainkan not demi not tanpa jeda sangat
mungkin yang terasa oleh pemain maupun pendengar adalah rangkaian not yang
hiruk pikuk
dan menekan....
Keindahan sebuah jeda atau kekosongan jauh lebih dalam maknanya
Sebuah ketukan kosong bisa bermakna hela nafas yang lega dari gemuruhnya suatu simfoni.....

Mengerti akan arti KOSONG sangat memerlukan pemahaman,
Kosong adalah awal dan akhir,
alpha dan omega,
awal kosong
akhir kosong,
diantara awal dan akhir kita mengisi kekosongan

Thursday, January 04, 2007

Komik Cerita Wayang.....dimana dikau...


Anak saya yang nomer dua, si tengah, membuat saya terperanjat, kaget, geli, namun juga senang dan bangga.

Begini ceritanya,
Seperti biasanya kan kalau tidak salah, di TVRI kalau sabtu atau minggu siang, punya program untuk acara kebudayaan dari daerah daerah. Nah, sabtu siang minggu lalu, kebetulan acaranya wayang kulit dengan dalang Ki Enthus Susmono. Sebenarnya saya juga nontonnya sambil lalu, karena stasiun televisi lain tidak ada yang menarik untuk ditonton. Kebetulan, acara wayang kulit tersebut berbahasa Indonesia, karena disponsori oleh depdagri, yang kebetulan kala itu banyak utusan dari daerah daerah se Indonesia. Saya pribadi sih merasa jadi kurang sreg melihat wayang berbahasa Indonesia tersebut. Tembangnya juga berbahasa Indonesia. Kurang gimana ya… cengkok nya jadi aneh.
Nah, si tengah yang kala itu sedang bermain, kemudian tertarik untuk nonton acara wayang kulit tersebut.
Mulailah saya kewalahan menjawab pertanyaan pertanyaannya. Tokoh-tokohnya, jalan ceritanya, dan lain lain. Untunglah saya memiliki ke lima keluarga Pandawa, Kresna dan Punakawannya terpasang gagah di dinding ruang tengah.
Agak lumayan bisa memberi jawaban lah untuk pertanyaan pertanyaan yang kebetulan juga jalan ceritanya agak sederhana.
Begitu acara di TVRI selesai, mulailah si tengah bertanya berbagai hal tentang wayang. Akhirnya, daripada saya salah menjawab, saya tawari dia, apakah mau komik wayang? Ternyata dia dengan sangat antusias ingin sekali memiliki komik wayang tersebut.

Saya pikir, itu hanya ketertarikan sesaat. Tak tahunya, seperti biasa di Indosiar kalau sabtu malam minggu kan memutar program acara wayang kulit. Kebetulan sabtu malam minggu kemarin memainkan lakon Baratayuda, dan tentu saja berbahasa Jawa. Nah, ini baru wayang kulit.
Saya sempatkan menonton acara tersebut, kebetulan salah satu sindennya punya suara bagus. Dan kebetulan pula ia disuruh menembangkan lagu “Yen Ing Tawang Ono Lintang” salah satu lagu kesukaan saya.
Mata sambil terkantuk kantuk. Namun saya tahu ini wayang bakalan selesai jam 5 pagi nanti.
Jadilah tertidur di depan televisi. Entah, si tengah mendengar acara tersebut dalam tidurnya atau, memang sedang terjaga, tiba tiba dia sudah memapankan diri di depan televisi, menonton wayang kulit tersebut. Tanpa banyak kata dan komentar. Sampai pagi!!

Paginya, dia ribut sekali soal wayang kulit semalam.
Dia mengajak saya ke toko buku untuk segera membeli komik cerita wayang yang saya janjikan buat dia.
Sebenarnya sih ada koleksi cerita wayang terbitan Balai Pustaka, namun dalam bentuk buku cerita, namun saya pikir tulisannya terlalu kecil buat dia yang masih kelas 1 SD. Biarlah, lewat komik dulu, nanti baru lama lama saya beri yang berbentuk buku cerita.

Disamping antusias soal komik cerita wayang, dia juga jadi antusias sekali untuk belajar bahasa Jawa.
Waduh!! Bisa gawat ini. alamat saya juga harus belajar bahasa jawa ngoko, madya dan kromo inggil ini. kan ndak lucu, kalau saya mengajari bahasa jawa ngoko kepada dia. bisa dianggap kurang aturan oleh orang Jawa nanti.

But, anyhow, saya terkesan sekali dengan si tengah ini. surprise. Surprise.
Saya berjanji dalam hati, saya akan berusaha sekuat tenaga untuk dapat memenuhi segala keingin tahu an dia tentang segala hal.
So,.. PR saya dalam waktu dekat, membaca kembali buku cerita wayang yang ada.

ARISAN???.. no way !!!

Minggu lalu, satu sms saya terima, isinya:” jeng, kita adain arisan yuk. Tidak banyak, 50 ribuan saja. Pembukaan besok sabtu di sekolah an ya. Ok?”
Dan, sms itupun tidak pernah saya respon sampai sekarang.

Perempuan.
Dua orang perempuan bertemu, berbicara ngalor ngidul.
Tiga orang perempuan bertemu, ngobrol ngetan ngulon plus ngomongin orang lain.
Empat orang perempuan bertemu, bikin arisan deh!!

Arisan (n) : kegiatan pengumpulan uang atau barang yg bernilai sama oleh beberapa orang kemudian diundi di antara mereka untuk menentukan siapa yang memperolehnya, undian dilaksanakan secara berkala sampai semua anggota memperolehnya. (KBBI)

Entah, ada apa dengan arisan. Apakah perempuan tidak dapat terlepas dari soal arisan begitu mereka bertemu beramai ramai?

Seminggu berikutnya, saya bertemu mereka yang mengirimi sms saya, dan mengutus satu juru bicara untuk mengajak saya arisan.
Saya menolak dengan baik baik, bahwa saya tidak ingin join arisan tanpa alasan khusus.
Namun dengan alasan untuk menjalin silaturahmi, mereka tetap mendesak saya supaya ikut arisan tersebut.
Akhirnya saya menjawab, bahwa tanpa arisan kita kan bisa tetap bersilaturahmi. Ya kan? Sms saya untuk kumpul kumpul pasti saya akan hadir.

Kedok silaturahmi selalu dipakai oleh para perempuan untuk membuat acara arisan. Saya masih tetap tidak habis pikir, apakah arisan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan bersosialisasi para perempuan?
Menurut saya pribadi, arisan sebenarnya bukan hal penting.
Alih alih silaturahmi, yang ada malah bikin masalah, dan endingnya… ngomongin orang lain.

Kalau mau dilihat dari tradisi (entah tradisi entah bukan). mungkin arisan ini dulu dipakai oleh satu kelompok warga untuk mengumpulkan warganya supaya rajin hadir dalam suatu acara pertemuan rutin. Nah, kalau tidak ada arisan ini mungkin mereka (para perempuan) tidak mau hadir. Jadilah dipakai arisan ini untuk pemancing supaya yang hadir tetap banyak.

Namun, di dalam perkembangan selanjutnya, apalagi di kota kota, urusan arisan ini sudah tidak lagi sesuai dengan maksudnya.
Contoh kasus: di kompleks tempat tinggalku, diadakan kumpulan arisan warga kompleks tiap bulan. Saya? Tentu saja malas join, karena yang mengadakan bukan RT setempat, hanya ibu ibu di kompleks yang kelebihan uang.
Then, pembukaan awal arisan semua nyonya rumah yang join dateng dengan rajinnya. Arisan kedua, masih bersemangat.
Berikutnya? Bedinde bedinde yang dateng dengan membawa uang dari nyonya mereka masing masing.
Jadi, tercapaikah tujuannya?
Gagal.
Yang terjadi akhirnya hanyalah pengumpulan uang dan diundi siapa yang mendapat arisan. Tujuan sampingan? Nol persen hasilnya.

Sebenarnya, urusan pertemuan ibu ibu dalam satu wilayah pemukiman (mungkin) merupakan hal yang perlu dilakukan. Paling tidak, agar mereka saling mengenal satu sama lain. Dan mungkin dapat menjadi sarana bersosialisasi antar warga yang tiap hari Cuma ngurusin rumah tangga saja. Namun, by common sense, seharusnya tidak perlu lah itu diadakan arisan segala. Tidak membawa manfaat, malah jadi masalah. Mau contoh kasus? Iya. Kalau terus ada yang jadi males bayar arisan, apakah tidak jadi masalah? Sudah banyak hal yang membuat saya berkesimpulan bahwa arisan itu tidak bermanfaat kok. Dari yang melarikan dari menghilang dari peredaran dengan membawa uang arisan. Atau yang pindah kontrakan dengan tanpa menyelesaikan urusan arisannya terlebih dahulu.
Yang ada, akhirnya hanya menimbulkan masalah.

Jadi, arisan? No way!!!

Cari Suami Yang Pinter...

Minggu lalu saat saya harus mengambil buku rapor anak saya yang di sekolah dasar, terjadilah perbincangan antara dua orang ibu yang duduk di depan saya saat sedang menunggu giliran mengambil rapor.
(saya sebenarnya tidak bermaksud menguping pembicaraan mereka, namun dengan tidak langsung pembicaraan mereka terdengar oleh telinga saya)
inilah kutipan sedikit dari pembicaraan mereka:
….
Ibu X : wah gue ndak tahu ini, nadia bisa dapat rangking atau tidak. Kalau rapor bayangan kemarin sih, kata bu ayu dapat ranking 1. Nah rapor yang beneran ini gimana belum punya bayangan.
Ibu Y : iya ya. Wah kalau anak gue sih sepertinya tidak masuk ranking.
Ibu X : Ah, tidak usah terlalu dipikirkan soal ranking. Yang penting anak anak dapat mengikuti pelajaran.
Ibu Y : iya. Lagian gue orangnya yang tidak terlalu menekankan supaya anak gue masuk ranking. Perempuan ini. Tidak usah terlalu pinter pinter. Yang penting, besok aja, cari suami yang pinter.
Ibu X : iya ya..


Dalam hati saya berkomentar, hari gini, masih ada seorang perempuan yang berpikir seperti itu. Alamak.
“Cari aja suami yang pinter. “
Aduh aduh…… kalimat apa itu? Jaman sudah berubah begini, kok masih primitif begitu cita citanya.
Untung saya tidak begitu kenal dengan Ibu Y yang berkomentar tersebut, coba kalau saya kenal dekat, sudah saya protes habis habis an cara berpikirnya yang sangat kuno itu.

Alinea baru di awal tahun 2007**

Titik baru dalam kehidupan kita di awal tahun 2007

Sebuah titik noktah kecil baru saja mengawali goresan kehidupan kita
Apa hasilnya kelak, tergantung pada kita....
Gambar yang Indah? Tulisan yang bermakna? atau hanya sekedar
coretan-coretan tak menentu? yang jelas kita telah memulainya..
di awal tahun 2007 ini .....