Gara-gara tukang ojek takut hantu, akhirnya membuat saya punya pengalaman bermalam di penduduk asli halmahera di wilayah Tobelo tepatnya di Desa Paca.
Rumah tempat saya menginap milik seorang kepala SD di daerah setempat. Cukup besar (yang pasti lebih besar dari rumah saya di Jakarta, cukup bersih dan cukup rapi. Namun masih tetap meninggalkan kesan, keunikan rumah khas setempat.
Dengan hanya baju kaos dan celana jin yang menempel di badan saya, cuek ajalah... habis gimana, ya namanya emergency.
Makan malam bersama mengawali kebersamaan saya dalam keluarga ini. Di meja sudah ada nasi, ikan goreng yang gede gede setumpuk, sambel uleg yang digoreng eh salah, cabe goreng yang diuleg, telur ceplok, dan setumpuk pisang ambon yang sudah direbus. Ikan sudah jadi keharusan untuk penduduk di wilayah ini. Jadi rasanya belum makan kalau tidak makan pake ikan. Walaupun begitu, harga ikan tetep mahal di sini, semahal telur yang dijual per butir seharga Rp.1.500,-
Berhubung di pedalaman menu sehari hari adalah nasi, mi instan dan sarden. Lega rasanya lihat masakan rumahan walau cukup sederhana, namun membuat saya bisa makan dengan nikmat.
Lho, kok si ibu ngambil pisang rebus yang sudah dikupas itu ditaruh piring dan kemudian mengambil ikan goreng???????????? ndak salah!!
Saya pikir, pisangnya adalah pencuci mulut, ternyata dia makanan utama pengganti nasi.
Akhirnya saya coba ambil pisang ambon yang gede gede itu, ternyata rasanya tidak manis, namun gurih.
Nah, ternyata itu pisang ambon yang masih mengkal, diambil dari pohon, direbus bersama santan dan garam. Itu makanan pengganti nasi, mungkin kalo disini ya singkong rebus lah.
Pisang itu dimakan bersama lauk pauk dan sambel yang ada. Dan si ibu itu merasa belum makan kalau belum makan pisang ambon dan ikan.
Saya mau ambil gambarnya ndak enak, kok sepertinya ndak sopan banget ya???
Yang pasti, ini hal baru dalam pengalaman saya tentang kuliner Indonesia, pisang ambon berlauk pauk ikan dan sambal.
No comments:
Post a Comment