Thursday, August 04, 2005

Si bontot punya ulah


Ritual si bontot kalau bangun pagi itu aneh (eh ndak aneh juga sih normal) dan sedikit merepotkan. Coba bayangkan, begitu bangun, dia minta pangku (dan itu harus aku) plus minum susu di botol. Kadang-kadang kalau bangunnya terlalu pagi, dia akan tertidur lagi di pangkuanku sampai dia siap untuk mandi nanti. Demikian tiap hari.
Kalau bangunnya pagian sih tidak begitu masalah, but, kalau agak telat dikit, kan semua jadi repot. Bisa telat semua.
Kalau ritual itu berubah sedikit, wah, bisa ngamuknya sampai nanti berangkat sekolah, dan efeknya?? Bisa bisa jadi dia tidak berangkat sekolah walau jemputan sudah datang.

Nah, tadi pagi, seperti biasa, ritual dijalankan. Kemudian mandi. Nah,.. pas mandi itulah, mulai terornya. Si bontot bilang, "bu aku mau pakai celana pendek seperti dimas "
Langsung deh aku mikir, mulai deh!!! jika aku langsung counter permintaan dia saat itu juga, pasti dia ngamuk dan acara mandi bisa berlangsung dengan omelanku. Karena aku ndak ingin merusak mood, jadilah aku iya in aja permintaan dia. Tapi, dengan tetap aku kasih warning, "gimana kalau nanti di malu malu in temennya? Nangis ndak?... "
Dia bilang, "ndak".
Then, acara mandi berlangsung dengan amat bagus. Dan si bontot yang biasanya ndak mau cuci rambut di pagi hari, malah minta sendiri keramas an (gitu istilahnya).
Dengan tetap menahan hati spy tidak membuat mood jelek di pagi ini buat si bontot, aku mencari celana pendek si kakak yang lama, dan aku tunjukkan padanya. Pakai ini?.. dan dia mengangguk dengan semangat.

Akhirnyalah, si bontot anak perempuanku satu satunya, memakai baju dan celana pendek (bekas kakaknya) ke sekolah. Namun, untuk berjaga-jaga roknya tetap aku masukkan ke tas. Siapa tahu nanti ada kehebohan di sekolahnya, jadi bisa ganti rok.
Adat si bontot ini memang paling keras dibanding kakak-kakanya. Dan aku sendiri sebagai ibunya juga heran. mengapa bisa begitu keras.
Dia selalu mengelompokkan dirinya dalam kelompok laki laki.
Rok rok yang aku belikan, diliriknya saja tidak. Akhirnyalah, dia join dengan kakak laki lakinya dalam urusan baju. Kebetulan hanya berbeda 1,5 tahun, jadi tidak begitu besar beda ukuran badannya.

Yang ada, teman teman aku yang komplainnya ke aku. mereka memberitahu dan sedikit sok mengajari aku, bagaimana seharusnya bersikap. Mereka khawatir kalau keterusan. Bisa berabe. Nanti kalau sampai besar ndak mau pakai rok gimana, dan blab la blab la… etc, etc…). Demikian juga guru TK nya. Bla bla bla.. dia memberi contoh, itu bencong bencong kan dulu nya selalu dibiarkan saja memakai rok oleh ibunya. Hmmm...
Dalam hatiku sendiri, aku sedikit mengakui, mungkin aku juga turut berperan dalam hal ini. karena aku tidak pernah memaksa dia untuk memakai rok. Memaksa dalam arti sesungguhnya. (pernah sih aku paksa, pake rok atau tidak usah ikut saat dia mau ikut ke suatu resepsi).
Namun aku berpikir, masa iya sih, tiap hari harus berantem dengan si bontot hanya gara gara baju. Capek kan?

Akhirnyalah jika dia menolak, aku juga diam saja. Aku bebaskan dia memakai celana pendek dalam kegiatan hariannya. Memang lebih fleksibel.
Dan jujur, sedikit banyak aku juga ingin dia jadi tomboy. Tak usahlah terlalu perempuan. Biar tidak jadi genit. Dan… terus terang, melihat anak anak perempuan yang genit sekarang ini aku sendiri tidak terlalu tertarik untuk membuat si bontot jadi seperti mereka. It seem, anak anak kok sudah jadi materialistis. Terlalu mengikuti trend. Mungkin karena aku sendiri juga bukan orang yang selalu mengikuti trend fashion ya?
Dan jujur, aku juga lebih senang si bontot main bola bersama kakak-kakaknya, daripada dia minta boneka dan perlengkapannya (kalau iya.. Barbie original.. dan perlengkapannya.. berapa bo).

Ya. Mungkin aku juga turut diam setuju jika dia bergaya laki laki. Mungkin aku bersalah. Tapi, entahlah. Aku yakin kok, suatu saat, ada waktunya nanti dia akan mau berpenampilan perempuan (ada contohnya kok!! dan jelas di depan mata).
Ya.. mungkin karena si bontot lihat ibunya juga tidak pernah pakai rok. Mungkin dia berpikir, kenapa aku juga harus pakai rok???.. iya kan?

Kemaren, si bontot minta dipotong rambut. Berhubung dia perempuan, aku ajaklah di ke salon, biar agak manis dikit gitu style nya (krn biasanya kakak-kakaknya aku potong sendiri di rumah). Ke salon, begitu masuk, dia melihat someone sedang memakai papan papan buat pelurus rambut, langsung deh, dia bilang," ndak jadi potong rambut bu. Dipotong ibu saja". (walah!!!). dan di mobil dia bilang… "itu tadi orang bukan??" (huahahahaha!). akhirnyalah aku dengan sedikit bersusah payah dapat memotong rambutnya dengan sedikit manis. But,.. tetap saja di awal acara dia bilang, "bu aku mau botak spt danis" (keponakan yang masih bayi). Aku iya in aja. Tiap sebentar bentar dia pegang kepalanya dan bilang, "sudah botak belum? " (ampuuuuun!!!).

Begitulah, akhirnya sekarang dari jauh ndak dibedakan mana kakaknya dan mana dia, karena rambutnya aku potong pendek juga. Dan dia dengan pe-de nya juga enjoy banget dengan penampilannya sekarang. Indikasinya??? Dia mau cuci rambut tiap hari.
(Tadinya kan pas panjang, mesti ngamuk ngamuk kalau cuci rambut).

Hmmm… begitulah si bontot. Selalu bikin cerita.

4 comments:

Anonymous said...

hehe hidup bontot!
aku juga bontot lho.
dulu, kalau ke mesjid aku selalu ikutan pake sarung dan gak mau pake mukena.
tapi aku jadinya perempuan juga walau memang sampe sekarang tak suka masak, bebenah dan berdandan hehe

-maknyak-

naanaaa said...

saya dulu kecilannya juga celanaan melulu (luar dalem) sekarang suka rok, jadi pake celana teyus sejak kecil enggak akan berakibat nggak suka rok-rok an :D hidup bontot (saya anak bontot juga yang keras kepala alsoooo... hehehe)

lucy said...

ah sama aja kok, anakku yg bontot juga ce tapi gak mau pakai rok, tapi gak papa kok biarin aja jangan dipaksain, ntar ada waktunya mereka jg pgn jadi anak manis yang pakai pita dan bando dirambutnya... sabar aja :) met wiken yah

Anonymous said...

Hahhaha.... sama kayak aku pas kecilll... rambut kayak cowok mulu... ampe dibilang ganteng *huahahhahahah*