Tuesday, October 10, 2006

Film Anak Anak dari Iran,.... membuat iri...

Di tengah tengah maraknya berbagai macam tampilan sinetron bernada dakwah di berbagai stasiun televisi swasta di Indonesia, yang mana kesemuanya satupun tidak ada yang dapat membuat saya tertarik untuk menontonnya, ternyata ada satu rangkaian acara yang cukup membuat saya mau menunggu acara tersebut ditayangkan , yaitu Festival film Iran.
Saya mulai mengenal film Iran beberapa tahun lalu, saat RCTI menayangkan film berjudul children of heaven, atau apa lah..saya lupa judulnya. Ceritanya tentang seorang anak laki laki yang bergantian sepatu dengan adik perempuannya tiap kali akan berangkat sekolah. Dan pada saat diadakan lomba lari dengan hadiah nomer 3 adalah sepatu, si anak laki laki ini dengan semangat ikut lomba tersebut dengan harapan mendapatkan sepatu.
Namun apa daya… di saat akhir perlombaan, ternyata dia mendapatkan juara I yang hanya mendapatkan tropi. Jadi di tengah rekan rekan dan gurunya nya yang gembira dan membopong dirinya, dia terpekur sedih karena tidak dapat membawa sepatu hadiah itu pulang.

Nah, di bulan puasa kali ini, Lativi menayangkan beberapa film anak anak dari Iran pada minggu minggu awal lalu. Sayang memutarnya di hari kerja, namun kadang kadang saya sempatkan pula untuk memaksakan diri menonton tayangan film tersebut. Karena tidak setiap saat film-film tersebut ditayangkan ulang.

Dan ternyata ANTEVE juga menayangkan beberapa film anak anak Iran tersebut pada hari Minggu pukul 13.30. Demi film film tersebut saya bersedia standby di rumah.

Ada yang menarik dari film film tersebut yang tidak saya dapatkan pada beberapa film Indonesia. Beberapa poin yang menurut saya membuat film tersebut saya nilai bagus adalah:
1. Detail setting filmnya sangat natural. Tidak terkesan dipaksakan dan dibuat buat. Dari setting yang ada, kita dapat melihat the real life keadaan di Iran. Baik yang di pedesaan, maupun di pinggiran kota. Sangat nyata. Senyata kehidupan kita sehari hari.
2. Skenarionya sangat dekat dengan kehidupan yang sangat nyata. Tidak ada yang dilebihkan dan dikurangkan.(bandingkan dengan cerita dari Indonesia, kalau tidak jahat banget, yang baik banget, kaya banget, miskin banget, etc, etc).
Penulis ceritanya bagus, karena dia dapat mengeksplorasi satu peristiwa kecil dan sederhana menjadi cerita yang panjang namun tidak membosankan, dengan rangkaian gambar yang bagus pula.
3. Cerita dan karakter tokohnya sangat kuat. Bersifat mendidik namun tidak terkesan menasihati. Bahkan hal hal yang menakutkan yang berbau punishment dari langit tidak ada sama sekali. Jauh banget deh sama sinetron sinetro yang sok mendidik dan menasihati dengan berkedok hukuman dari langit, atau menakut nakuti dengan kedok agama yang ada pada saat ini.
Tokohnya, sangat dekat dengan kehidupan kita. Tidak ada yang terlalu cantik. Tidak ada yang terlalu jelek. Natural, sangat sangat natural.
4. Dan sepertinya biaya produksinya tidak terlalu besar. Mengingat tidak ada mobil merci di sana, baju baju wah yang dipamerkan, atau rumah gedongan yang dipakai sebagai setting, bahkan sekolah sekolah mahal juga tidak ada di sana. Namun rumah yang miskin banget juga tidak ditampakkan. Walaupun kita tahu misalnya latar cerita itu adalah keluarga yang kekurangan, namun kekurangan itu tidak dieksploitasi habis. Yang dieksploitasi habis adalah, bagaimana seorang anak menghadapi hidup yang kekurangan namun tetap bisa survive, misalnya: bagaimana seorang anak berusaha dengan segala cara supaya dapat ikut ujian akhir dengan seorang adik bayi tetap dijaganya (film “Hayat”); atau bagaimana seorang anak membawa kaca jendela, guna mengganti kaca jendela sekolahnya yang dipecahkannya; atau bagaimana seorang anak terkunci dalam gerobag dagangan orang tuanya; dan lain lain yang tidak dapat saya ceritakan satu persatu.

The point is.. saya angkat jempol dengan para pembuat film tersebut. Sepertinya dalam keterbatasan yang ada, mereka dapat membuat film dengan sangat bagus (kebetulan film film tersebut banyak mendapat penghargaan dari sebuah festival film di eropa).
Memang sih, buat penggemar film Hollywood yang dar der dor dan wah.. pasti bakalan agak malas menonton film ini. namun, saya jamin, film film tersebut dapat membuka mata dan pikiran, bahwa ternyata kisah sederhana dapat dituangkan menjadi sebuah film bagus dan kaya makna.

Tulisan di atas tidak bermaksud mengabaikan produksi film dan sinetron Indonesia, karena beberapa dari film Indonesia saat ini sudah mulai menunjukkan kwalitasnya.
Apalagi karya Garin Nugroho dan beberapa sineas muda lainnya yang kadang mendapat penghargaan di festival film internasional.
Namun saya hanya ingin menunjukkan betapa film yang bersifat memberikan nasihat atau didikan masih dapat dikemas dengan rangkaian gambar yang bagus dan jalinan cerita yang kuat juga.
Selain itu.. ingin supaya film anak anak Indonesia ini lebih membumi.

1 comment:

Unknown said...

tonton juga tuh the song of the sparoow yang buat film itu juga yang buat children of heaven (sutradara