Thursday, October 05, 2006

PUASA DAN LEBARAN

SETIAP BULAN RAMADHAN:

1. Hampir di seluruh daerah bunyi dar der dor mercon yang memekakan telinga yang tidak kenal waktu selalu ada. (Cuma di wilayahku aja yang ndak ada kali, tp melihat banyaknya perampasan orang berjualan mercon, tdk menutup kemungkinan pasti banyak orang yang masih senang masang mercon di bulan ini)
2. Suara doa yang hingar-bingar dari loud speaker masjid bergaung ditengah malam sering menggeser lelapnya tidur kita. Sepertinya tidak bertoleransi dengan umat lain yang membutuhkan istirahat juga. Coba bayangkan, jika rumahmu tepat di depan masjid. Alamat tiap kali lagi seru serunya gitu, kita tidak dapat berkomunikasi bahkan via telpon dengan orang lain, saking kencengnya itu volume.
3. Ronda pagi hari untuk membangunkan orang agar sahur dengan bunyi2an yang memekakkan telinga mengalahkan kokok ayam dipagi hari. Syukurlah, hal tersebut tidak terjadi di wilayahku saat ini. Tahun tahun lalu masih ada. Mungkin kesadaran bahwa semua orang sekarang sudah mempunyai jam weker sudah timbul.
4. Tempat hiburan dilarang untuk ini-itu dan gini-gitu walaupun bukan untuk umat Islam, pelarangan ini ujung2nya sering diikuti dengan razia tempat hiburan oleh Organisasi massa Muslim yang sering2nya jadi kerusuhan. Hal tersebut meningkat pesat saat belum masuk bulan Ramadhan. Seolah olah mereka yang merasa jadi tersuci ingin mensucikan bulan Ramadhan ini dari hal hal yang bersifat negatif. Lha nanti.. kalau sudah tidak Ramadhan boleh lagi dioperasikan semua hal hal tersebut. Kalau perlu… kita join. Ya ndak???
5. Harga barang2 dan bahan kebutuhan pokok mengalami kenaikan luar biasa! Aji mumpung. Mumpung bisa dapat untung besar. Mumpung orang pasti pada butuh. Mumpung orang tidak punya pilihan lain selain setuju dengan harga yang melangit tersebut.
6. Harga tiket angkutan pesawat kapal kereta bis dan angkutan umum juga melipat-ganda. Untung untung bensin ndak ikutan naik ya. Kalau iya… bisa terjadi people power kali.

lalu... SETIAP LEBARAN:

Rakyat dibiasakan / dibudayakan ( lihat aja keputusan hari libur kejepit bersama ) untuk menikmati liburan kejepit terpaksa, agar hilir-mudik dari kota kerja ke desa masing2, itupun kalo untuk golongan menengah kebawah dengan cara berdesak-desak seperti ikan asin/teri dengan biaya tinggi, atau naik motor konvoi beratus2 kilometer memusingkan polisi lalu lintas dan DLLAJR, kesemuanya untuk melestarikan konsep budaya tahun 60-han yang bunyinya "mangan ora mangan kumpul"... duh duh.. ajaran ki sopo itu ya? (ingat bukunya UMAR KAYAM.. 4 jilid)

Aneh... anehnya bagi pelaku yang menjalaninya, hal ini justru adalah kebanggaan, bangga bisa pulang kampung bawa barang2 elektronik murahan untuk dipajang di rumah orang tua/ mertua di kampung, bangga beli/bawa seransel baju kodian di pasar senggol yang nampak keren buat keponakan2, bangga pake sepatu NIKE tiruan, kacamata RAYBAN aspal, dan MP3 player asbun yang notabene semuanya buatan negara Taiwan atau cina yang bisa dibeli dg harga murah di glodok.

Lalu sering terjadi migrasi temporer dari anggota partay kay pang Indonesia ( Partai Pengemis ) dari daerah ke kota... " habis di kota uang persenannya lebih gede ketimbang di daerah, dan orang2 kaya numpuknya di kota2 besar" *menurut salah satu anggota kay pang yang kena sweeping penertiban. Walaupun anggota partai tersebut sebenarnya di daerah pada punya rumah dan penghasilan, namun berubah jadi kere saat masuk Ramadhan dan Lebaran.

Ritual agama Islam yang seharusnya indah dan khusyuk itu kok seakan tidak membawa berkah ya di negara kita ini?, malah mengganggu ketenangan umum, dan malah menambah beban berat ekonomi rakyat! Di negara maju, hari besar agama tidak dipakai untuk memeras rakyat lho!, malahan biasanya harga2 barang di sale alias obral, nah malah menyejahterakan toh?.
Itu kalau bisa dibilang ritual agama Islam. Kalau aku bilang sih, itu bukan ritual agama.

Ealah, Ramadhanku dan Lebaranku di Indonesia ini....

3 comments:

Anonymous said...

yang tentang puasa, mirip sama yang aku post kemarin mbak :)

Anonymous said...

Wah, rasanya pernyataan ini rada miris, menurutku ada semacam psikologis masyarakat marjinal jika pulang kampung salah satu tanda sukses kalau bawa barang bagus, menurutku sih salah satu tanda sukses itu yaa kalau bisa pulang kampung kerna ongkosnya aja mahal dan ribet cari tiketnya....weleh-weleh, betul nggak...?
Lalu apa yang bisa rekan perbuat dengan hal ini...?

igouw said...

To Anggara :
Hahaha Mas anggara ini piye to? kok pake miris?, lha memang kenyataannya begitu to? ya to? budaya negara kita ini kan Lebaran = Baju baru, sepatu baru, sarung baru, pokoknya yang serba new lah... apa Mas anggara kalo lebaran pake baju yang lama? tarohan lah ndak kan? pasti punya satu baju baru... belinya untuk gengsi? atow apa? :P salam ah ... pernyataan mbakyu retna itu polos apa adanya kok.. emang gitu kan?

Salam