Sunday, December 23, 2007

My kids on stage

Sabtu, 22 Desember 2007 yang lalu. Saat Pensi dan Expo 2007 di sekolah anak anak saya, SD Putra I, Kalimalang, Jakarta Timur. Sekolah ini sudah berusia lebih dari 30 tahun, swasta penuh tanpa subsidi. Kebetulan saat ini akreditasi sekolah ini lumayan bagus untuk tingkat DKI Jakarta, mudah mudah an untuk seterusnya juga bagus terus. Tapi begitulah, kualitas menuntut lainnya... (hehehe.. tahu sendiri lah)

Namun yang bikin seneng, ini sekolah membuat saya merasa aman dan nyaman meninggalkan anak anak untuk sekolah dari pagi sampai siang tanpa saya harus stand by monitoring terus setiap hari. Dan satu hal lagi, bukan sekolah BORJUIS !!!!


Si Sulung, sedang beraksi (yang main biola). And...

lagunya adalah "We Will Rock You" nya Queen. Gawat!!!


Si bontot sedang beraksi. Akhirnya.. walau ala kadarnya.

**************************************

Ada yang cari si Tengah???????
memang dia rada pemalu. Tidak ingin tampil di pentas, walaupun
dia mampu.
Walaupun si tengah ini otaknya paling encer diantara ketiga anak saya.
Tapi begitulah, tidak semua anak boleh disamakan.

==================================================================

Dan the last pic????

Saya, 32 tahun yang silam.

PE

Friday, December 21, 2007

SARIMIN DICEKAL!!!!!!!!!!!

Buat Imgar yang mengkoreksi masalah tulisan dibawah,...saya hanya ingin menunjukkan.. walaupun sudah ndak dicekal lagi.. tapi gaungnya pencekalan kan lebih membahana daripada revisi nya.... seolah olah orde baru kembali lagi.....
begitu pak imgar...
thx revisinya


Kapolwil Tak Akan Lagi Beri Izin Sarimin
Pentas si raja monolog Butet Kartaredjasa di Gedung Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur, Sabtu malam (15/12) berakhir dengan "pencekalan". Tak tanggung-tanggung, pernyataan itu meluncur spontan dari Kapolwiltabes Surabaya Kombespol Anang Iskandar setelah menyaksikan lakon Sarimin yang dibawakan Butet.

"Pertunjukan ini (Sarimin) tidak layak dipertontonkan kepada masyarakat. Jelas-jelas tidak mendidik. Saya akan evaluasi perizinannya," tegas Anang kepada wartawan.

Saat memberikan penjelasan, Anang tampak emosional. Dia berkali-kali menyatakan bahwa pertunjukan yang mengkritik habis-habisan aparat penegak hukum -terutama kepolisian-itu tidak pada tempatnya disajikan di hadapan publik umum.

"Kami bukannya alergi kritik. Tapi yang proporsional dong. Masak, polisi tidak ada sisi baiknya. Yang ditampilkan hanya sisi jeleknya saja. Ini tidak fair," ujarnya.

Seperti diketahui, lakon Sarimin karya Agus Noor ditampilkan Butet di Gedung Cak Durasim, 14-15 Desember lalu. Sebelum di Surabaya, lakon yang sama dipentaskan Butet dkk di Jakarta , 14-18 November dan di Jogjakarta, 26-27 November. Ribuan penonton menyaksikan lakon satire ini. Di antaranya mantan Gubernur DKI Sutiyoso, Adnan Buyung Nasution, Todung Mulya Lubis, dan Arifin Panigoro. Di Jogja, tampak Wali Kota Jogja Heri Yulianto, Bupati Sleman Ibnu Subianto, pejabat di Polda DIJ, dan sejumlah aktivis LSM. Sedangkan di Surabaya, terlihat ada Dekan Fisip Unair Prof Dr Hotman Siahaan, Gubes Emiritus Unesa Prof Dr Budi Darma, Chairman Jawa Pos Group Dahlan Iskan, Wawali Arif Afandi, penyair Zawawi Imron, Wakajati Jatim M. Hudi, dan Kapolwiltabes Surabaya Kombes Pol Anang Iskandar.

"Di Jakarta dan Jogja, pentas kami tak ada masalah. Lha kok pas di Surabaya , Pak Kapolwil marah-marah. Tapi, itu hak dia untuk marah-marah. Mungkin dia tidak siap untuk dikritik," kata Butet menanggapi kekecewaan Anang Iskandar itu.

Anang mengaku, dirinya senang dengan kesenian. Dia juga merasa terhibur dengan pementasan monolog Butet itu. Namun yang disesalkan, semestinya pementasan yang "menelanjangi" kinerja aparat kepolisian dan penegak hukum lainnya itu tidak layak disuguhkan ke publik.

"Pentas itu layaknya ditampilkan di depan para polisi. Kalau dia mau, ayo saya fasilitasi," tuturnya.

Kepada panitia Anang sempat mempertanyakan izin keramaian pertunjukan itu. Dia tampak merasa kecolongan. "Kalau sekali lagi lakon itu ditampilkan, pasti saya evaluasi perizinannya."

Anang khawatir ada kesalahtafsiran terhadap kinerja polisi. Seolah-olah kerja polisi sehari-hari seperti yang digambarkan dalam lakon Sarimin itu: membalik fakta, bisnis perkara, dan hanya melayani tersangka berduit.

"Saya akui, masih ada hal-hal seperti itu di kepolisian. Tapi, tidak bisa digeneralisasi. Apalagi kami sedang memperbaiki citra kepolisian," papar Anang.

Karena itu, Kapolwil akan mempertimbangkan secara khusus bila lakon Sarimin akan ditampilkan lagi di Surabaya. Begitu pula penampilan Butet di kota ini. "Kalau saya tahu yang ditampilkan seperti itu, pasti tidak akan saya beri izin," tandasnya.

Butet Kartaredjasa tenang-tenang saja menanggapi reaksi Kapolwiltabes Surabaya terhadap penampilan monolognya. Seniman asal Jogjakarta itu menyesalkan sikap berlebihan Anang. "Reaksi berlebihan Pak Kapolwil itu menunjukkan bila aparat kepolisian belum siap bercermin. Melihat wajahnya sendiri lewat kesenian. Ini kesenian Bung, bukan demonstrasi," ujar dramawan yang kini sering dipanggil Presiden "SBY" (Si Butet Yogya) dalam acara Republik Mimpi di Metro TV itu.


Terhadap tawaran Kapolwil untuk tampil di depan jajaran kepolisian, Butet menyambut baik. "Tidak ada masalah. Setelah pentas, adakan diskusi dengan mengandang para praktisi hukum dan akademisi," tandas anak seniman serbabisa Bagong Kussudiardjo ini. (ari/ano/zul)

Untung sudah lihat pementasannya pas di Jakarta kemaren... jadi.. cuma bisa heran saja.. kenapa harus dicekal..

lha wong dengan sarimin tukang monyet kok takut... apa ndak salah tuh????!!!!!

Tuesday, December 18, 2007

Yuk.. berkorban....!!!!!!!

Siang ini,……

SMS masuk ke salah satu telepon genggam kolega yang menjabat sebagai kepala salah satu badan di lingkungan pemerintah…
Tertulis,
“ pak. besok harus bayar uang sapinya untuk korban”

Kolega tersebut langsung berkomentar,…
“lha … yang mau korban siapa.. yang harus bayar siapa...”

Kemudian beliau bercerita, bahwa itu sms dari anggota Dewan (DPR maksudnya) komisi IV. Yang akan korban sapi untuk idul adha besok kamis itu....
Tapi.. lha kok yang mbayar sapinya orang lain... badan pemerintah lagi..
Ya tentu saja kemudian diambilkan dari dana taktis ya..
Uuuuuaaaaaannnnneeeeeehhhhhhhhh!! Bin ajaib.
Itu anggota dewan ndak punya malu... atau ndak punya kemaluan...

Melakukan korban pada saat idul adha itu kan hubungannya dengan vertikal.. lha kok dicampur adukkan dengan urusan horisontal..

Kalau ndak punya duit buat korban sapi.. ya udah.. korban kambing aja.. gitu to???
Kalau ndak punya duit buat korban kambing.. ya udah.. kolektif aja.....
Kalau ndak punya duit buat berkorban secara kolektif... ya udah.. ndak usah korban aja.

Menggelikan.
Memalukan.
Lebih menunjukkan bahwa urusan iman sudah campur aduk dengan urusan pamer.
Memangnya ada aturan... kalau anggota dewan tidak mampu berkorban harus berusaha dengan cara apapun agar terlihat mampu berkorban...???

Wis jan..negara ini memang sudah aneh.
Sebagian orang sudah amburadul dalam memandang masalah ritual keagamaan....

Saya jadi inget.. ada kenalan juga.. yang sudah berkoar koar bahwa dia sudah daftar untuk ibadah haji tahun 2008 ...... yang ke 3 kalinya....(???!!!!)

Ah.. jadi membuat ibadah naik haji bukan jadi hal yang penting lagi buat saya.

Thursday, December 13, 2007

Default mode : Stand by...

Hasil kerja satu tim dinilai secara keseluruhan. Tidak mungkin dinilai satu per satu bagian. Jika hasil secara keseluruhan dinilai jelek, yo wis.. sak team dinilai jelek.

Ya kan? Tidak perduli yang bahwa hanya beberapa bagian yang mendukung hasil laporan itu jadi jelek. Akhirnya satu tim jadi tidak kredibel kan?

Kacau.

Jadi sekarang saya lagi panik. stress. plus mules. 

dan sementara lagi rada khawatir dengan langkah berikutnya.

Default mode... stand by.. waiting for godot...

sambil minum chocolate panas...      (lho??!!!! kok!!!) :)

>

Wednesday, December 12, 2007

akhir dan awal ...


Akhir hari yang panjang dan melelahkan di Palangka Raya,

Mengawali malam hari yang akhirnya jadi panjang juga........

Bandung Bondowoso di Palangka Raya

Ada episode baru Bandung Bondowoso di Palangka Raya. Kalau Bandung Bondowoso bikin candi prambanan, nah episode kali ini bongkar pasang dokumen 15 bendel. Mana ada kokok ayam jago segala jam 2 malam.. persis bandung bondowoso yang ndakboleh berhasil menyelesaikan tugas sebelum ayam jago berkokok.

Saturday, December 01, 2007

BEAT WITH SENSE OF ROCK


Welcome December...

Ritual tahunan yang selalu saya lakukan tanpa pernah bosan dan belum ingin berhenti dari ritual ini..... nonton dan menikmati GRAND PRIX MARCHING BAND.

Sudah sejak tahun 1985 saya join dengan event ini, sampai sekarang.... tetep semangat jika bulan Desember sudah menjelang.
Seperti biasa adik-adik Marching Band UGM mengikuti event GPMB ini. Kalau dulu sebelum uang sesusah sekarang dapatnya, MB UGM bisa ikut tiap tahun. Nah sejak beberapa tahun terakhir MB UGM hanya bisa ikut tiap dua tahun sekali. Biayanya tidak sedikit memang untuk mengikuti event nasional tahunan ini.

Terakhir ikut tahun 2005, jadi sekarang ikut lagi. Mulai deh gawean alumni unit MB UGM bergerak. Biasa... bantu adik adik kalau ada hal hal yang kurang. Sebagai alumni yang baik, tidak ada salahnya kan kita memberikan bantuan walau hanya dalam bentuk dorongan spirit... apalagi kalau dalam bentuk material... wahhh!!!

Repertoire tahun ini bertema BEAT WITH SENSE OF ROCK..... penjelasannya dapat dibaca sebagai berikut:




Lagu yang dibawakan:

Frase pertama:

1. Rock Bergema (Roxx)

2. Kehidupan (God Bless)

Frase kedua:

1. The Ecstacy of Gold (Metallica)

2. Rock di Udara (God Bless)

3. The Dance of Eternity (Dream Theater)

Frase ketiga:

1. November Rain (Guns ‘n Roses) dan Closer

Re-arr : Singgih Sanjaya


Dalam persembahan di Grand Prix Marching Band XXIII ini, tim Marching Band UGM akan mengusung penampilan dengan tema Beat with Sense of Rock. Penampilan ini diharapkan akan membawa audience ke masa kejayaan musik rock di era 1970 hingga 1980-an.

Kedahsyatan serta kekuatan musik rock akan tergambar dengan jelas dalam paket ini. Tidak aneh jika yang dipilih adalah legenda-legenda rock dunia, termasuk God Bless sebagai pionerr musik hard rock di Indonesia.Diawali dengan opener yang megah, pada frase yang pertama akan membawa kita pada era keemasan musik rock di Indonesia. Sekitar tahun 80-an. Yang diwakili oleh dua legenda rock Indonesia yaitu God Bless dan Roxx. Menilik beberapa lagu yang tidak asing lagi di telinga para pecinta musik rock, MB UGM sengaja membawakan Rock Bergema (Roxx) dan Kehidupan (God Bless).Penonton akan disuguhkan dengan nuansa yang menghentak sesuai dengan karakter musik rock yang cadas dan kental dengan distorsi. Diperkuat dengan visualisasi dan koreografi yang dinamis sekaligus tegas, membuat penampilan semakin menyatu dengan musik. Kemudian para penari akan menampilkan tarian dan gerak yang sangat energik dengan paduan warna serta ciri khas rocker dunia pada masa itu.

Duet horn line juga ikut menghiasi frase ini.Untuk memperkaya warna musik rock sendiri, pada frase kedua, suasana berubah menjadi lembut tapi megah dengan pilihan lagu The Ecstacy of Gold milik Metallica. Membuktikan bahwa musik rock tidak selalu bertema keras. Alunan melodi solo trumpet yang penuh makna membawa kita hanyut dalam nuansa symphonic metal. Beberapa visualisasi juga akan tetap menghias pagelaran, untuk memperkuat musik.Kemudian dilanjutkan dengan bagian Percussion Feature, yang perlahan-lahan mencoba memainkan dinamika musik pada pits feature dengan aransemen yang manis namun menyimpan misteri agar emosi penonton ikut tenggelam dalam musik yang dibawakan. MB UGM mengusung lagu Rock di Udara (Godbless). Kejutan serta efek musik yang ditampilkan diperkaya pada bagian ini. Seperti misalnya adalah solo percussion yang penuh kejutan.Disambung dengan Battery feature yang kental dan menunjukkan karakter musik rock. Emosi dan gerakan yang ditampilkan pemain display mengembalikan pagelaran ini kepada jalur musiknya. Menonjolkan hentakan musik di section battery. Seakan penampilan ini tidak ada habisnya, karena MB UGM memanjakan agar para penikmat musik benar-benar ikut terbawa kepada pagelaran dan merasakan emosi permainan tersebut.

November Rain yang dimainkan oleh Gun 'n Roses, menandai pagelaran telah sampai pada puncaknya. Membawa kita semakin larut dalam akhir tahun 80-an. Di masa musik hard rock hampir punah. Untuk mengingatkan kembali kepada paket yang dibawakan, sengaja ditampilkan finale (pot pourri lagu-lagu sebelumnya) yang nantinya akan kembali kepada main song.

Kekuatan yang ditunggu-tunggu akan muncul di ending lagu ini, sehingga penonton akan melihat bahwa musik rock memang pantas dikagumi dan dinikmati. (dikutip dari http://marchingband.ukm.ugm.ac.id/gpmb/?q=node/3 )


Para maniak marching band, pasti dapat mendapatkan gambaran yang jelas dari uraian tersebut diatas. Dan saya?? salah satu dari maniak tersebut...
Demi GPMB terutama demi MB UGM saya tega mengalahkan segalanya.


So.... ditunggu kehadiran penggemar horn line dan percussion di GPMB 2007 tanggal 29 dan 30 Desember 2007 di Istora Senayan Jakarta.

Tentu saja... dukung Marching Band Universitas Gadjah Mada....!!!!