Friday, March 14, 2008

My new baby lizzie

Setelah akhirnya beradu argumen dengan cukup panjang dan lama, akhirnya si sulung menang. Saya bolehkan dia memelihara lizzie si hamtaro nakal itu.

Dan... saya, yang tadinya menolak habis habis an ide memelihara hamtaro tersebut... akhirnya jatuh hati juga pada hamtaro kecil yang nakal ini.

Lucu. Serasa punya momongan bayi lagi. Habis, minum pake dot segala...

So, serasa kebun binatang kecil di rumah, ada si ikan ikan di akuarium, ada kiro si kura kura dan lizzie si hamtaro lucu itu.

Saya sendiri? Antara Seneng seneng sebel gitu lihat mereka.

Namun saya harus fair terhadap anak anak, karena saya harus sadar, waktu seusia mereka saya juga habis habis an beradu argumen dengan ibu saya atas binatang binatang peliharaan saya.

Binatang peliharaan saya pertama kali saat usia SD adalah burung nuri yang dibawa om saya yang tentara habis bertugas dari Irian sana. Jinak. Bisa menirukan suara yang biasa dia dengar setiap hari. Sampai sampai tetangga saya yang suka manggil anaknya dengan suara kenceng pun dia tirukan. Persis. Yang repot kan tetangga saya, karena jadi ndak bisa teriak teriak lagi karena sudah ditirukan burung nuri saya. Waktu si nuri meninggal, saya bungkus di dengan kain mori dan saya kubur baik baik di halaman rumah.

Kemudian, saya memelihara kucing. Anak kucing sebenarnya, karena ibunya yang tahu tahu jadi sering nongkrong di rumah saya, dan melahirkan 9 anak kucing. Mendem ndak mendem. Terpaksalah saya atau tepatnya kita orang serumah jadi memelihara 9 anak kucing tersebut. Jika waktu makan tiba, saya suka bikin race, dengan cara saya dan adik adik saya memegang ke 9 anak kucing tersebut dan kemudian siapa saja memukul piring kaleng tempat makan kucing kucing tersebut. Dan kemudian, serentak kucing kucing tersebut dilepas. Jadilah, perlombaan lari anak kucing.

Namun, tidak semua hidup lama. Satu demi satu mati. Hanya tinggal satu kucing yang tersisa. Berwarna putih hitam. Saya paling sayang dengan kucing tersebut. Dia selalu tidur menemani saya (kalau tidak ketahuan ibu). Suka saya umpetin biar bisa tidur dengan saya di kasur.

Suatu hari, saat saya akan pergi dibonceng motor, tanpa saya ketahui, ternyata dia mengejar saya dengan mengejar motor tersebut. Terlindaslah dia oleh sepeda motor yang membonceng saya. Then, dia meninggal. Sedih? iya lah. Pakai nangis bombay india gitu. Saya bungkus kain kafan dan saya kubur plus nisan dari bambu tidak lupa ditancapkan. Nangisnya? sampai berhari hari kemudian. Selain karena merasa bersalah sebagai penyebab dia terlindas ban sepeda motor, tapi juga sedih kehilangan hewan kesayangan.

Akhirnya, ada sepasang kelinci australia yang berwarna putih bersih. Lucu. Namun, saat kelinci tersebut mati karena tua saya tidak begitu sedih. Juga, saat yang satu mati diterkam kucing barong, saya hanya sedih sesaat. Mungkin juga karena umur sudah beranjak remaja, jadi sudah banyak kegiatan yang menjadi perhatian saya.

Semenjak itu, saya tidak terlalu ingin punya binatang peliharaan dengan sepenuh rasa. Jikapun ada, hanya ya begitu begitu aja. Mati, ya ndak apa apa. Beli lagi.

Terakhir ada kura kura saya beberapa tahun lalu, cukup lama saya pelihara. Suatu pagi saya sempat kaget, karena ada telur kecil di tempat dia berada. Untuk sejenak saya bingung, telur apa ini? Seperti telur ayam, tapi ukurannya kecil. Akhirnya saya ambil dan buang. Dan........ dalam seumur hidup saya, baru sekali itu saya dengar kura kura bersuara. Menjerit. Saat dia tahu telurnya sudah tidak ada. Cukup lama dia menjerit jerit. Sampai akhirnya terdiam. Saya merasa bersalah membuang telur kura kura tersebut. Sekarang kura kura tersebut sudah pindah rumah ke tempat tinggal orang tua saya. Sudah cukup besar. Saya takut juga melihatnya, habis jadi mengerikan gitu kalau gede ukurannya.

Yang dirumah sekarang adalah kura kura jenis labi labi (entah bener or not nulisnya), yang beli si sulung. Itupun dengan usaha membujuk saya habis habis an, karena saya tidak setuju memelihara macam macam di rumah. Akhirnya, ngalah juga saya kepada si sulung. Berhubung saat ulang tahun dia kemarin dia cuma mau minta beli labi labi itu. No more else.

Jadi, sepertinya memang saya harus belajar fair dan sadar menghadapi anak anak, karena saat seusia mereka saya juga seperti mereka. Namun saya tetap perhatikan hal hal yang penting... mengingat banyak penyakit yang timbul diakibatkan hewan peliharaan, seperti toksoplasma, dan entah apa lagi ntar...

2 comments:

Anonymous said...

entah kenapa aku gak pernah suka sama binatang piaraan.

dulu jaman sd pernah punya ikan doang.. :D

-imgar-

SinceYen said...

Dulu waktu kecil pernah punya anjing kecil, trus ilang entah ke mana. Dicuri. Sakit ati en sedih banget. Trus 'gak mau lagi punya binatang peliharaan.
Eh beberapa tahun yg lalu malah jatuh ati ama ikan piaraan papa yg pinter banget. Pas ikannya mati, nangis beneran deh.

Baru tau aku kalau kura2 bisa njerit gitu.