Thursday, September 21, 2006

Kaca Mata Yang Berbeda Dari Orang Luar

Ternyata melihat liputan orang asing tentang Indonesia, lebih menarik daripada orang Indonesia meliput obyek sama.
Gara gara melihat satu acara kuliner yang dipandu orang India di Asian Food Chanel (AFC), saya jadi merasa .. wah.. ternyata memang masih tetap unik dan menarik acara liputan kuliner dari perspektif orang asing satu ini.
Judul acaranya Russiyo Rusi (kalau tidak salah ya..), orang India Singapore, kebetulan si host ini rada unik juga, jadi pas lah.
Sebenarnya sudah beberapa kali melihat acara dia, namun kebetulan dia meliput wilayah wilayah lain di Asia, jadi saya tidak dapat mengomentari tentang acara dia.

Namun, kemaren pas kebetulan liputannya dia pas jalan jalan di Indonesia.. dari kota ke kota, not only the food yang dia sorot, tetapi hal hal kecil yang ternyata unik dipandang dari sudut pandang asing, menjadi lebih menari setelah dikemas. Misalnya, itu barang dagangan yang ada di pasar bringharjo, kipas dari bamboo, kuali dari gerabah yang untuk masak gudeg. Yang menarik lagi (ini tidak pernah disorot di acaranya Bondan di trans tv yang title acaranya “jalan-jalan” itu), si host ini saat meliput masakan tradisional Yogya GUDEG, dia ambil dengan sudut pandang yang unik cara menyorot dua orang nenek (iya, nenek nenek yang Jawa banget, tipikal nenek yang biasa aja, nenek yang memakai kebaya rumahan untuk pakaian hariannya, bukan nenek yang sudah didandani atau yang gimana gitu).
Mereka berdua dengan si host yang duduk di amben memasak gudeg sejak dari nangka muda dikupas.. memecah kelapa sampai dengan memarut kelapa memakai parutan kayu itu (memarut kelapa? Sesuatu hal yang paling saya hindari jauh jauh kalau bisa.. jaman kecil dulu. Kalau bisa mumpet deh..habis.. bisa babak belur ini jari kalau disuruh marut kelapa)
Oh ya. si host bersama si nenek kemudian.. menyiapkan dan mengulek bumbu sampai jadi gudeg dan ubo rampenya.. dan tahu ndak? Terlihat sangat natural, dengan adanya nenek yang mencicipi rasa dari sendok sayur ditaruh di tangannya, dan kemudian si host ikut ikutan mencoba mencicip lewat tangannya dan menjerit kecil karena kepanasan.

Yang paling menarik apa? Settingnya !!! dapur tradisional, dengan tungku tanah plus kayu kayu panjang, dengan asap dari dapur yang.. wah dan.plus amben gede dari bamboo … tahu sendiri lah.. sekarang pasti sudah jarang orang memiliki dapur seperti itu. Yang bikin heran, itu crew nya.. kok ya sempat sempatnya survei cari rumah dengan dapur tradisional seperti itu.

Terus terang, saya jadi inget dapur di rumah nenekku di salah satu desa di daerah Purworejo sana yang masih berlantai tanah, yang dulu selalu jadi tempat paling asyik di rumah nenek, karena bisa main api tanpa dimarahi. Main api? Iya lah.. kedok nya bantuin masak, padahal main api pake daun kelapa yang kering.. (bahasa Jawa nya: blarak) di depan tungku. Melihat api melahap blarak blarak itu dengan cepat rasanya menyenangkan sekali. Wusss..
Yang bikin berhenti main hanya kalau bulek mau memasak dengan api kecil.. wah.. pergi dari dapur deh…

Lanjut,..
Tak lupa si host ini meliput sedikit tentang Didik Nini Thowok di sanggarnya, dan beberapa acara di sekitar Yogya, seperti pentas Ramayana di Candi Prambanan dan beberapa acara lain yang terkait dengan kesenian Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Ah ya… ada liputan tentang pembuatan Bakpia Pathuk yang terkenal itu sejak dari kacang hijau masih mentah, hingga jadi bakpia. Bagaimana semuanya masih menggunakan tenaga manusia dalam pembuatannya, alias masih tradisional semua dan pake tangan banyak manusia. Inget inget, jadi mikir juga kalau mau beli bakpia.. habis.. itu semua sudah di mek mek oleh tangan banyak orang.
Ah.. tapi setelah itu kan masuk oven yang tinggi temperaturnya ya… it s mean… hygiene tetap terjaga. Semoga.


Dari liputan kecil tersebut, the point is… ternyata buat orang Yogya sendiri..yang sudah biasa dengan segala hal berbau Yogya, melihat liputan orang India melihat Yogya ini, masih tetap menarik di mata orang Yogya. Lebih menarik daripada liputan Jalan jalan yang dibuat Trans TV dengan Bondan sebagai Host nya. Ini bukan menilai.. tp Cuma mengevaluasi. Berharap acara kuliner dari orang Indonesia sendiri bisa lebih menarik daripada yang ada sekarang.
Acara Jalan jalan yang merupakan wisata kuliner di Indonesia sendiri merupakan acara yang cukup bagus, dan menarik, sampai kemudian saya menemukan acara Russiyo Rusi pas jalan di Indonesia ini.. saya jadi menyadari bahwa acara kuliner bisa lebih menarik lagi dengan kemasan yang lebih dalam. Sangat menarik dan sangat eksotik ya Yogya itu…

2 comments:

Arie said...

Dan Sha cara kamu meng-ungkapkan dengan gaya tulisanmupun membuat hal yang biasa menjadi luar biasa, aku jadi bisa menerawang lebih detail tentang si nenek yang tengah membuat gudek atau kenakalanmu bermain api di dapur nenek mu....... bravo untuk mu Sha

Anonymous said...

ya inget lah kalo orang indonesia itu
jarang sekali memperhatikan detail
karena selalu melihat yang besar2 saja
yang megah, yang indah.. padahal
keindahan ada pada detail kecil
seperti Yogya... kalo gak ada pernik2
detail seperti : batik, gudeg, perak,
lesehan... cuma sebuah kota biasa..
justru detailnya yang bikin khas....
So belajarlah menghargai detail....
"small is beautiful "