Monday, October 23, 2006

Maaf Maaf Maaf

Minggu lalu seorang teman bertanya kepadaku, tentang kapan aku akan merayakan lebaran.
Lah?? aku nanya balik kenapa memangnya..
Dia menjawab, kan ada pengumuman dari Muhammadiyah bahwa 1 syawal jatuh pada tanggal 23 Oktober 2006.
O ya to???
then, aku jawab... hmmm ikut Muhammadiyah kali ya...
Si temen ini langsung berkata,".. janganlah kamu mengambil keputusan karena ikut ikutan. Suatu keputusan yang kamu ambil, haruslah berdasarkan pada pengetahuan dan keyakinan yang kamu miliki..., karena sebaik baiknya keputusan... haruslah karena ilmu yang kamu miliki... " demikian katanya.
Plus ditambahi sms nya," sha 1 syawal ditentukan dengan nampaknya bulan di sore tanggal 29 ramadhan dan menurut bbrp ahli hisab berdasarkan pengetahuan mereka menyatakan 1 syawal = 23 Oktober".

Alamak... tahu soal apa aku tentang bagaimana penentuan jatuhnya tanggal 1 Syawal ini..

Untunglah, Harian Kompas, Sabtu tanggal 21 Oktober 2006 menjelaskan dengan lengkap dan jelas bahkan ada visualnya , bagaimana penentuan 1 syawal berdasar hisab dan rukyat tersebut, jadi aku yang tadinya buta.. jadi lumayan mengerti.

Then,.. akhirnya aku ambil keputusan untuk ikut merayakannya pada tanggal 23 Oktober ini...walaupun aku bukan warga Muhammadiyah.

Tak lama kemudian, aku sms ke salah seorang teman baikku yang lain, bahwa hari Senin tanggal 23 Oktober aku sudah lebaran..
Responnya?? "kenapa..?"
Aku jawab,".. kan berdasar perhitungan hisab jatuhnya tanggal 23 Oktober 2006..lagian juga sudah ada yang mengumumkannya..."
Responnya lagi..."ah.. kamu memang suka nyeleneh..."..

Hehehe...

Ah... what ever the date... that's not important..ya to??
Yang penting..
Kepada semua teman teman blogfam....

"Selamat Hari Raya Idul Fitri 1427 H,
Mohon Maaf Lahir Bathin"

Saya yakin, pasti banyak tulisan tulisan saya yang mungkin tidak berkenan di hati teman teman....
Mohon maaf sebesar besarnya ya....

Selamat libur lebaran bersama keluarga tercinta....

Wednesday, October 18, 2006

What your color???

This poem was nominated poem of 2005; written by an African
Kid......... amazing thought!!!




When I born, I Black,
When I grow up, I Black,
When I go in Sun, I Black,
when I scared, I Black, when I sick, I Black,
and when I die, I Still black...

And you White fellow,
When you born, you pink,
When you Grow up, you White,
When you go in Sun, you Red,
When you cold, you Blue,
When you scared, you yellow,
When you sick, you Green,
and when You die, you Gray...
And you call me colored???

Tuesday, October 17, 2006

Tangan Tuhan??

Jodoh, rejeki, kematian, anak, orang orang selalu bilang bahwa semuanya ada di tangan Tuhan. Semua adalah rencana yang Tuhan berikan kepada kita...

Nah kalau perceraian???? termasuk ndak????

Friday, October 13, 2006

PAMRIH adalah......

Suatu pagi karena sesuatu hal saya menyapa sambil menegur teman dan sehabat terdekat saya, isinya sederhana, hanya sapaan dan satu pertanyaan mengapa.... bla bla bla...

Tahu ndak? apa jawabannya...
"Pagi pagi kok sudah menyerang sih...jangan pamrih dong... kalau... bla bla bla".

Wah... saya ini orang Jawa. Tahu dan mengerti apa artinya pamrih. Buat saya pamrih adalah hal yang jauh jauh dihindari dalam suatu persahabatan dan pertemanan yang tulus. Jika dalam suatu persahabatan salah satu pihak sudah menganggap yang lain punya pamrih, atau salah satu pihak punya pamrih terhadap yang lain.
Entah.. apakah akan jadi persahabatan yang baik.
Bahkan dalam hal hal lain yang memang seharusnya dilakukan, kata pamrih itu harus dibuang jauh jauh. Pamrih adalah sesuatu yang bersifat negatif.

Terus terang saya marah sekali. Ingin sekali mempertanyakan apa maksud dirinya mengatakan bahwa saya punya "pamrih".
Namun, karena saya pikir tak ada gunanya mempertanyakan hal tersebut, jadi saya hanya menjawab sms tersebut dengan permintaan maaf.
Lagian bulan puasa ini, katanya harus sabar ya to?
Namun jika hal yang sangat prinsip buat saya dipertanyakan dan diragukan, tentu saja membuat saya tersinggung berat.
Saya tetap marah, namun saya lebih baik marah dalam diam.
Entah, kapan marah saya akan pupus. Namun saat ini saya sedang tidak ingin mempertanyakan masalah kata "pamrih" tersebut kepada yang bersangkutan.
Hati saya terlalu sakit dan sedih, bahkan menangis karena kata tersebut menyentuh hati nurani saya yang terdalam, sambil bertanya kepada diri sendiri, "Sejelek itukah pandangan sahabat saya tentang apa yang saya lakukan?"

Saya ingin protes. Caranya? saya kutip beberapa maksud kata "PAMRIH" di bawah ini. Semoga penjelasan di bawah dapat menjelaskan tentang definisi kata pamrih tersebut.

Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia:
Pamrih adalah maksud yang tersembunyi dalam memenuhi keinginan untuk memperoleh keuntungan pribadi; kepamrihannya : kepentingan khusus yang ingin dikejar untuk diri sendiri.

Dari Buku berjudul "PANEMBAHAN SENOPATI", karangan Dr. Purwadi:
Pamrih merupakan sesuatu hal yang sebaiknya dihindarkan.
Bertindak karena pamrih berarti hanya mengusahakan kepentingan sendiri individualnya saja dengan tidak menghiraukan kepentingan kepentingan orang lain.

Secara sosial pamrih itu selalu mengacau karena merupakan tindakan tanpa perhatian terhadap keselarasan sosial. Pamrih sekaligus memperlemah manusia dari salam, karena siapa yang mengejar pamrihnya memutlakkan ke aku annya sendiri. Dengan demikian ia mengisolasi dirinya sendiri dan memotong diri dari sumber kekuatan batin yang tidak terletak dalam individualitasnya yang terisolir, melainkan dalam dasar numinus yang mempersatukan semua ke aku an pada dasar jiwa mereka. Ia mencari kepentingan-kepentingannya dalam dunia dan dengan demikian mengikat diri pada dunia luar sehingga ia kehilangan kesanggupan untuk memusatkan kekuatan batin dalam dirinya sendiri..

Pamrih terutama kelihatan dalam tiga nafsu, yaitu selalu mau menjadi orang pertama atau nepsu menange dhewe (Jawa), menganggap diri selalu betul atau nepsu benere dhewe dan hanya memperhatikan kebutuhannya sendiri atau nepsu butuhe dhewe.

Sikap sikap lain yang tercela adalah kebiasaan untuk menarik keuntungan sendiri dari setiap situasi tanpa memperhatikan orang lain atau aji mumpung.

Tuesday, October 10, 2006

Kadang kadang hidup tidak berjalan sesuai dengan keinginan dan rencana kita.

Jadi Tukang Kritik?????

Kemarin setelah berdiskusi sejenak tentang festival film Iran di stasiun televisi swasta dengan seorang teman, dengan nada bercanda, temen tersebut bilang begini:” kamu ini apa apa kamu kritik. Mendingan jadi kritikus aja”.

Tiba tiba saya tersadar, sepertinya apa yang teman katakan tersebut mungkin ada benarnya juga.

Saya selalu menulis hal hal yang saya rasa tidak bersifat membangun, karena selalu mengkritik dan mengkritik.

Namun, apakah kritikanku itu selalu bersifat negatif? Kadang kadang positif juga kan? Hanya orang lain yang dapat menilai.

Saya memang selalu mencermati suatu keadaan dan kondisi dengan kritis. Bukan karena negatif thinking, namun, jika memang suatu keadaan tersebut sangat tidak memihak kepada rakyat banyak apakah mengkritik suatu kebijakan atau produk menjadi tidak bersifat membangun???

Sudah barang tentu kita tidak dapat dong, menutup mata dengan suatu keadaan atau pada suatu produk yang menurut kita bersifat tidak mendidik. Ya kan??? Mosok iya kita diam saja. Terima jadi. Sudah.
Mungkin memang ada yang lebih suka seperti itu, karena sadar bahwa kita tidak dapat mengubah keadaan yang ada. Mungkin memang begitu.

Saya pribadi mungkin juga tidak punya daya dan upaya untuk dapat mengubah sesuatu yang dirasa tidak layak. Namun at least, jika saya dapat menulis dan tulisanku dapat terbaca, dan jika ada satu saja yang setuju, berarti rombongan bertambah satu kan???
Jika rombongan tersebut lama lama menjadi besar, dan jika dimasa kemudian ada yang kemudian jadi pejabat negara atau jadi anggota dprd atau bahkan ada yang kemudian jadi pengusaha sendiri pada waktunya, dia kan bisa menyuarakan apa apa yang kita kritisi selama ini. Dan kemudian diharapkan dapat membuat keadaan menjadi lebih baik.
Gampangnya, dapat ditulis… kita harapkan generasi kita nanti akan membuat Indonesia jadi lebih baik.
Begitu kan???

Mungkin seperti pepesan kosong ya tulisan tulisan saya yang bersifat kritik selama ini. Namun, mudah mudahan dapat memberi masukan dan ide untuk ke masa yang akan datang. Paling tidak kan, jika ada sesuatu yang menurut kita tidak baik atau tidak menguntungkan rakyat banyak, atau tidak mendidik rakyat banyak, kita kan bisa say no. Serta tidak menjadi bagian di dalamnya. Itu hal paling kecil yang dapat kita lakukan.

Saya jadi teringat dengan pentas monolog si butet dalam “matinya seorang tukang kritik” beberapa waktu lalu.
Apa jadinya jika negara ini sudah tidak ada yang mengkritisi.. apakah berarti negara ini sudah jadi negara adil makmur sejahtera kerta raharja????
Jadinya… seperti negara yang penduduknya seperti robot. Manut aja. Sana sini manut. Sana sini setuju. Sendhika dhawuh.
Ya kan???

So,.... saya masih boleh kan mengkritisi sesuatu jika saya rasa berjalan tidak sesuai dengan hati nurani????

Film Anak Anak dari Iran,.... membuat iri...

Di tengah tengah maraknya berbagai macam tampilan sinetron bernada dakwah di berbagai stasiun televisi swasta di Indonesia, yang mana kesemuanya satupun tidak ada yang dapat membuat saya tertarik untuk menontonnya, ternyata ada satu rangkaian acara yang cukup membuat saya mau menunggu acara tersebut ditayangkan , yaitu Festival film Iran.
Saya mulai mengenal film Iran beberapa tahun lalu, saat RCTI menayangkan film berjudul children of heaven, atau apa lah..saya lupa judulnya. Ceritanya tentang seorang anak laki laki yang bergantian sepatu dengan adik perempuannya tiap kali akan berangkat sekolah. Dan pada saat diadakan lomba lari dengan hadiah nomer 3 adalah sepatu, si anak laki laki ini dengan semangat ikut lomba tersebut dengan harapan mendapatkan sepatu.
Namun apa daya… di saat akhir perlombaan, ternyata dia mendapatkan juara I yang hanya mendapatkan tropi. Jadi di tengah rekan rekan dan gurunya nya yang gembira dan membopong dirinya, dia terpekur sedih karena tidak dapat membawa sepatu hadiah itu pulang.

Nah, di bulan puasa kali ini, Lativi menayangkan beberapa film anak anak dari Iran pada minggu minggu awal lalu. Sayang memutarnya di hari kerja, namun kadang kadang saya sempatkan pula untuk memaksakan diri menonton tayangan film tersebut. Karena tidak setiap saat film-film tersebut ditayangkan ulang.

Dan ternyata ANTEVE juga menayangkan beberapa film anak anak Iran tersebut pada hari Minggu pukul 13.30. Demi film film tersebut saya bersedia standby di rumah.

Ada yang menarik dari film film tersebut yang tidak saya dapatkan pada beberapa film Indonesia. Beberapa poin yang menurut saya membuat film tersebut saya nilai bagus adalah:
1. Detail setting filmnya sangat natural. Tidak terkesan dipaksakan dan dibuat buat. Dari setting yang ada, kita dapat melihat the real life keadaan di Iran. Baik yang di pedesaan, maupun di pinggiran kota. Sangat nyata. Senyata kehidupan kita sehari hari.
2. Skenarionya sangat dekat dengan kehidupan yang sangat nyata. Tidak ada yang dilebihkan dan dikurangkan.(bandingkan dengan cerita dari Indonesia, kalau tidak jahat banget, yang baik banget, kaya banget, miskin banget, etc, etc).
Penulis ceritanya bagus, karena dia dapat mengeksplorasi satu peristiwa kecil dan sederhana menjadi cerita yang panjang namun tidak membosankan, dengan rangkaian gambar yang bagus pula.
3. Cerita dan karakter tokohnya sangat kuat. Bersifat mendidik namun tidak terkesan menasihati. Bahkan hal hal yang menakutkan yang berbau punishment dari langit tidak ada sama sekali. Jauh banget deh sama sinetron sinetro yang sok mendidik dan menasihati dengan berkedok hukuman dari langit, atau menakut nakuti dengan kedok agama yang ada pada saat ini.
Tokohnya, sangat dekat dengan kehidupan kita. Tidak ada yang terlalu cantik. Tidak ada yang terlalu jelek. Natural, sangat sangat natural.
4. Dan sepertinya biaya produksinya tidak terlalu besar. Mengingat tidak ada mobil merci di sana, baju baju wah yang dipamerkan, atau rumah gedongan yang dipakai sebagai setting, bahkan sekolah sekolah mahal juga tidak ada di sana. Namun rumah yang miskin banget juga tidak ditampakkan. Walaupun kita tahu misalnya latar cerita itu adalah keluarga yang kekurangan, namun kekurangan itu tidak dieksploitasi habis. Yang dieksploitasi habis adalah, bagaimana seorang anak menghadapi hidup yang kekurangan namun tetap bisa survive, misalnya: bagaimana seorang anak berusaha dengan segala cara supaya dapat ikut ujian akhir dengan seorang adik bayi tetap dijaganya (film “Hayat”); atau bagaimana seorang anak membawa kaca jendela, guna mengganti kaca jendela sekolahnya yang dipecahkannya; atau bagaimana seorang anak terkunci dalam gerobag dagangan orang tuanya; dan lain lain yang tidak dapat saya ceritakan satu persatu.

The point is.. saya angkat jempol dengan para pembuat film tersebut. Sepertinya dalam keterbatasan yang ada, mereka dapat membuat film dengan sangat bagus (kebetulan film film tersebut banyak mendapat penghargaan dari sebuah festival film di eropa).
Memang sih, buat penggemar film Hollywood yang dar der dor dan wah.. pasti bakalan agak malas menonton film ini. namun, saya jamin, film film tersebut dapat membuka mata dan pikiran, bahwa ternyata kisah sederhana dapat dituangkan menjadi sebuah film bagus dan kaya makna.

Tulisan di atas tidak bermaksud mengabaikan produksi film dan sinetron Indonesia, karena beberapa dari film Indonesia saat ini sudah mulai menunjukkan kwalitasnya.
Apalagi karya Garin Nugroho dan beberapa sineas muda lainnya yang kadang mendapat penghargaan di festival film internasional.
Namun saya hanya ingin menunjukkan betapa film yang bersifat memberikan nasihat atau didikan masih dapat dikemas dengan rangkaian gambar yang bagus dan jalinan cerita yang kuat juga.
Selain itu.. ingin supaya film anak anak Indonesia ini lebih membumi.

Friday, October 06, 2006

Amuk Massa, memprihatinkan

Entah sudah untuk kesekian kalinya, berita tentang massa yang mengamuk menjadi salah satu berita yang rutin terdengar. Tidak hanya di satu wilayah di bagian Indonesia ini, namun hampir merata di seluruh wilayah Indonesia.
Dari skala kecil yang hanya menduduki kantor, sampai merusak bahkan membakar gedung.
Dari yang menuntut hak, sampai hanya gara gara kesebelasannya kalah main bola, bahkan kadang hanya gara gara satu orang disenggol warga desa lain, kedua warga desa bisa tawuran masal.
Dari yang berkedok mempertahan hak,.. sampai yang memakai adat sebagai alasan. Contohnya.. di papua tuh… antar suku berantem ndak berhenti henti…
Jadi yang ada, massa melawan satpol pp, massa mencari hakim di kantornya, massa merusak kantor orang, massa merusak pagar, massa penghuni liar atas tanah orang marah waktu disuruh pergi, etc etc.. yang kadang kadang tidak masuk akal.

Hal tersebut mengherankan, bangsa Indonesia yang jaman dulu dikenal ramah tamah dan suka bergotong royong sebagaimana dalam buku buku tentang Indonesia, sepertinya sekarang jadi berubah total beberapa tahun terakhir ini.
Amuk massa sudah jadi sikap akhir yang diambil masyarakat jika keinginan mereka tidak terpenuhi, atau.. jika ingin menuntut sesuatu.
Apakah dialog antara petinggi baik itu dari unsur pemerintah atau unsur swasta sudah tidak dapat dilakukan dengan baik baik? Ataukah memang masyarakat sekarang lebih cepat naik darah?


Memprihatinkan memang. Namun kita memang tidak bisa menutup mata dengan factor yang melatarbelakangi semua peristiwa di atas.

Apakah amuk massa tidak dapat dihentikan??? Berdialog lah dengan baik baik. Bukankah musyawarah untuk mencapai mufakat adalah hal yang sering digembar gemborkan jaman dulu???

Salah siapakah ini, sehingga bangsa Indonesia jadi seperti sekarang ini???

Thursday, October 05, 2006

PUASA DAN LEBARAN

SETIAP BULAN RAMADHAN:

1. Hampir di seluruh daerah bunyi dar der dor mercon yang memekakan telinga yang tidak kenal waktu selalu ada. (Cuma di wilayahku aja yang ndak ada kali, tp melihat banyaknya perampasan orang berjualan mercon, tdk menutup kemungkinan pasti banyak orang yang masih senang masang mercon di bulan ini)
2. Suara doa yang hingar-bingar dari loud speaker masjid bergaung ditengah malam sering menggeser lelapnya tidur kita. Sepertinya tidak bertoleransi dengan umat lain yang membutuhkan istirahat juga. Coba bayangkan, jika rumahmu tepat di depan masjid. Alamat tiap kali lagi seru serunya gitu, kita tidak dapat berkomunikasi bahkan via telpon dengan orang lain, saking kencengnya itu volume.
3. Ronda pagi hari untuk membangunkan orang agar sahur dengan bunyi2an yang memekakkan telinga mengalahkan kokok ayam dipagi hari. Syukurlah, hal tersebut tidak terjadi di wilayahku saat ini. Tahun tahun lalu masih ada. Mungkin kesadaran bahwa semua orang sekarang sudah mempunyai jam weker sudah timbul.
4. Tempat hiburan dilarang untuk ini-itu dan gini-gitu walaupun bukan untuk umat Islam, pelarangan ini ujung2nya sering diikuti dengan razia tempat hiburan oleh Organisasi massa Muslim yang sering2nya jadi kerusuhan. Hal tersebut meningkat pesat saat belum masuk bulan Ramadhan. Seolah olah mereka yang merasa jadi tersuci ingin mensucikan bulan Ramadhan ini dari hal hal yang bersifat negatif. Lha nanti.. kalau sudah tidak Ramadhan boleh lagi dioperasikan semua hal hal tersebut. Kalau perlu… kita join. Ya ndak???
5. Harga barang2 dan bahan kebutuhan pokok mengalami kenaikan luar biasa! Aji mumpung. Mumpung bisa dapat untung besar. Mumpung orang pasti pada butuh. Mumpung orang tidak punya pilihan lain selain setuju dengan harga yang melangit tersebut.
6. Harga tiket angkutan pesawat kapal kereta bis dan angkutan umum juga melipat-ganda. Untung untung bensin ndak ikutan naik ya. Kalau iya… bisa terjadi people power kali.

lalu... SETIAP LEBARAN:

Rakyat dibiasakan / dibudayakan ( lihat aja keputusan hari libur kejepit bersama ) untuk menikmati liburan kejepit terpaksa, agar hilir-mudik dari kota kerja ke desa masing2, itupun kalo untuk golongan menengah kebawah dengan cara berdesak-desak seperti ikan asin/teri dengan biaya tinggi, atau naik motor konvoi beratus2 kilometer memusingkan polisi lalu lintas dan DLLAJR, kesemuanya untuk melestarikan konsep budaya tahun 60-han yang bunyinya "mangan ora mangan kumpul"... duh duh.. ajaran ki sopo itu ya? (ingat bukunya UMAR KAYAM.. 4 jilid)

Aneh... anehnya bagi pelaku yang menjalaninya, hal ini justru adalah kebanggaan, bangga bisa pulang kampung bawa barang2 elektronik murahan untuk dipajang di rumah orang tua/ mertua di kampung, bangga beli/bawa seransel baju kodian di pasar senggol yang nampak keren buat keponakan2, bangga pake sepatu NIKE tiruan, kacamata RAYBAN aspal, dan MP3 player asbun yang notabene semuanya buatan negara Taiwan atau cina yang bisa dibeli dg harga murah di glodok.

Lalu sering terjadi migrasi temporer dari anggota partay kay pang Indonesia ( Partai Pengemis ) dari daerah ke kota... " habis di kota uang persenannya lebih gede ketimbang di daerah, dan orang2 kaya numpuknya di kota2 besar" *menurut salah satu anggota kay pang yang kena sweeping penertiban. Walaupun anggota partai tersebut sebenarnya di daerah pada punya rumah dan penghasilan, namun berubah jadi kere saat masuk Ramadhan dan Lebaran.

Ritual agama Islam yang seharusnya indah dan khusyuk itu kok seakan tidak membawa berkah ya di negara kita ini?, malah mengganggu ketenangan umum, dan malah menambah beban berat ekonomi rakyat! Di negara maju, hari besar agama tidak dipakai untuk memeras rakyat lho!, malahan biasanya harga2 barang di sale alias obral, nah malah menyejahterakan toh?.
Itu kalau bisa dibilang ritual agama Islam. Kalau aku bilang sih, itu bukan ritual agama.

Ealah, Ramadhanku dan Lebaranku di Indonesia ini....

Wednesday, October 04, 2006

Dagelan yang paling lucu dan paling menyedihkan

Ada dagelan yang lebih lucu dari grup pelawak manapun yang pernah ada.
Hari Senin sore kemaren ( 2 Oktober 2006), saya sempat melihat satu berita di salah satu stasiun televisi yang isinya adalah sebagai berikut:

Terdapat satu kelompok manusia yang mengatasnamakan dirinya dengan nama kelompok… ???? (saya lupa namanya)mana pake membawa bendera lagi... waduh!!!, mendatangi kantor departemen Hukum dan HAM di Jakarta, mereka berharap dapat bertemu dengan menteri, karena tidak ada mereka hanya diterima oleh salah satu direkturnya.
Tuntutannya????
Menuntut pembebasan Tommy Soeharto secepatnya.

Memang sih setahuku juga minggu lalu atau kapan itu ada berita tommy soeharto mau dibebaskan, namun entah sudah atau belum aku tidak tahu.

Yang menjadikan event itu jadi dagelan yang bikin sedih adalah…. Memang mereka itu siapa sih? Apa koneksinya dengan TS? Dibayar berapa mereka?

Betapa hati nurani sudah dapat dibeli dengan uang……
Betapa martabat sudah dapat dijual…
Betapa harga diri sudah dapat dihargai dengan materi….

Tuesday, October 03, 2006

Kering nian kemarau kali ini

Minggu minggu terakhir ini, entah kenapa siang hari di Jakarta begitu panas, terik, kering.
Wajah ini rasanya jadi kering juga…. Udaranya juga terasa kering dan berdebu.
Tidak seperti biasanya.
Walaupun di dalam kendaraan, ber AC, tetap saja, terasa ada yang berbeda saat saat ini. kering.
Kemarau kali ini begitu kering dan berdebu.

Tak terbayangkan jika tinggal di dekat kota kota yang saat ini sedang berasap tebal karena kebakaran hutan.