Tuesday, December 02, 2008

Sekilas lintas dari Gorontalo


Bandara di Gorontalo ada di luar kota, kurang lebih 30 km ke arah luar kota. Lumayan jauh ya, tapi ya gitu deh... entah apa pertimbangannya bandaranya terletak jauh dari kota provinsi. Bandaranya sendiri tidak terlalu besar, namun cukupanlah untuk satu provinsi yang baru terbentuk pada tahun 2000.
Dalam perjalanan dari bandara ke kota Gorontalo, kita melewati satu tanda kota, ceritanya sih macam eiffel skala lokal. Jangan salah, ada lift nya segala lho.

Saya tidak tertarik untuk berhenti ataupun singgah di tempat tersebut, tidak begitu menarik saya pikir. Habis gimana, ndak ada identitas uniknya babar blas.. sedikit rada.. gimana gitu.. seperti memaksakan diri.



Kota Gorontalo berukuran sedang, tidak begitu besar, dan tidak begitu ramai untuk ukuran ibukota provinsi pula. Not so bad lah..
Ada beberapa bangunan khas setempat yang masih dipertahankan, semacam bangunan di bawah ini.


Soal makanan, jangan tanya. Kebingungan cari yang unik itu pasti. Ada juga binte sop. Saya pikir makanan jenis apa, ternyata jagung diberi kuah....
Drpd bingung cari yang khas, ya makan aja sop konro... atau coto makasar pasti ada.
Jadi genap tiga hari di Gorontalo setelah kembali dari pedalaman, saya cuma makan coto makasar, sop konro, coto lagi, sop lagi.... halah.... bener bener nambahin lemak.

Kebingungan cari yang khas di Gorontalo. Cuma dapat satu, yaitu bentor. Bentor adalah paduan antara sepeda motor bebek yang dibongkar bagian depannya untuk disambung dengan rangka becak. Jadilah becak motor. Bentor inilah yang paling khas di wilayah Gorontalo. Tidak hanya di ibukota provinsi, namun di seluruh wilayah yang saya lewati tidak lepas dari keberadaan bentor.
Satu bentor dapat mengangkut 3 orang, satu dibelakang pengemudi, dua orang di depan. Kalau bawa barang banyak, naik bentor ini lumayan juga berfungsi. Namun, jangan harap naik bentor jarak jauh, masuk angin iya kali. Keberadaan bentor ini menggusur angkutan umum dalam kota di Gorontalo, karena orang orang lebih senang menggunakan bentor untuk pergi dari satu tempat ke tempat lainnya. Tarif dekat Rp.2000/orang. Agak jauh 2500 - 4000 per orang.


Jadi kalau kita naik bentor 2 orang, untuk jarak dekat ya jadi 4000, tp jika tetep satu orang ya bayarnya hanya 2000. Saya lumayan senang naik bentor. Cepat dapatnya dan tinggi mobilitasnya, yang pasti murah pula. Cuma rada ngeri kalau jalannya agak ngebut...

Tujuan saya sebenarnya bukan ke gorontalo, tp ke salah satu kabupaten dekat teluk Tomini. Kabupaten Pohuwato, salah satu kabupaten hasil pemekaran yang baru terbentuk tahun 2003. Ibukotanya bernama Marisa. Bisa dibayangkan, Marisa bukan kota yang cukup besar untuk disebut sebagai ibukota Kabupaten, namun ya harap dimaklumi aja lah.. namanya juga kota masih berbenah. Mau foto copy aja.. pake jam istirahat dulu..

Jadi .. se terburu buru nya kita.. jika kita foto copy pas saat istirahat siang... silakan memble.. bakalan ndak dilayani..... walaupun petugasnya kita lihat ada di tempat itu.. ndak bakalan njamah mesin foto copy deh.

Toko toko disini juga masih pake jam tidur siang....entah itu toko kecil, toko setengah gede, bahkan level supermarket kecil pun baru akan buka lagi jam empat or setengah lima sore an gitu..
Jadi.. akhirnya sempet juga kita nunggu di depan toko sampai jam setengah lima untuk beli perlengkapan survey, gara gara.. setelah kota itu. .bakalan ndak ada lagi tempat untuk belanja belanja...perlengkapan.
Gila ya.. mana bisa jadi ibukota kabupaten kalau gitu caranya...

Dari Marisa, perjalanan diteruskan ke arah Palu dengan melewati jalan Trans Sulawesi, jalannya berkelakkelok ndak keruan.

Satu hal yang perlu dicatat adalah, sepanjang perjalanan dari Gorontalo ke tempat tujuan yang sangat menarik adalah, keberanian penduduk setempat dalam mengecat warna rumahnya. Berani. Warna warna cerah sangat banyak di temui pada rumah rumah sepanjang jalan tersebut. Pink, hijau nyeter, kuning, orange, dah pokoknya warna warna real estate yang berani berani deh. Kalah deh saya dalam urusan pemilihan warna.







Asli.. penuh warna warni pemandangan rumah di daerah ini, mana setiap rumah pasti ada tanaman bunganya.. entah itu berbunga merah, putih, kuning atau apapun, tp pas berwarna warni tanamannya... (saya cuma mikir.. ini program PKK pasti berhasil di tempat ini hehehe)

Melewati jalan trans sulawesi serasa melewati jalan dari Yogya ke bantul, atau ke godean, atau ke arah purworejo. Lha gimana.. ijo royo royo.. benar benar melambangkan desa yang indah dan permai gitu..pohon kelapa melambai lambai, sapi sapi berserakan, rumah rumah yang kelihatannya apik dan resik gitu.
walaupun entah, gimana kondisi sosial ekonomi sebenarnya di daerah ini..

Tujuan saya adalah satu tempat di kawasan hutan Randangan, Popayato dan Lemito, tempat tersebut masih didalam kabupaten Pohuwato. Akhirnya meninggalkan jalan trans sulawesi saya masuk ke dalam kawasan hutan... walaupun begitu, berhubung masih ada pantai pantai bagus di wilayah tersebut, ya tiap kali turun dari pedalaman saya sempatkan ke pantai lah sejenak...belum komersial kok pantainya... jadi siapapun dipersilakan.
Tetap tertarik dengan gumpalan awan, dimanapun tempatnya, tetep aja awan membuat saya jadi sentimentil. (hahaha...)



Entah kenapa, saya selalu senang dengan bau hutan, bau alam bebas, bau semak belukar di gunung, bau tanah yang baru kena hujan setelah kering sekian lama, bau pagi hari di tengah rimbun belantara...


Pengumpul rotan yang saya temui di tengah hutan

Sunset dan sunrise are my fave pics..
jadi begitulah... selalu berusaha menangkap event itu sedapatnya...walaupun pake jungkir balik dulu..




sunset
sunrise dari atas pesawat gto-ckg

my best picture i ever had



ya untuk sementara cerita saya tentang gorontalo secukupnya saja... foto foto juga secukupnya..
lainn lainnya menyusul... setelah ada waktu membongkar bongkar foto.

5 comments:

ika rahutami said...

tidur siang... siesta dong. di semarang juga masih ada beberapa toko kuno yang kayak gini..
btw... aku jadi pingin membau lumut hutan juga...
ajak aku dong....

astrid savitri said...

Ternyata Gorontalo indahnya bukan main ya!

Anonymous said...

foto2nya keren..

imgar

SinceYen said...

Abis jalan-jalan lagi????!!!! Iri mode on!!!!

Gorontalo, waaahhh terakhir ke sana udah 9 taon yg lalu!!!! Pastiudah banyak berubah ya.
Sha, itu pohon gede jadi inget pohon tua di Tangkoko.

Ahh baca perjalananmu bikin kangen buat merambah Indonesia lagi...

Dahsat said...

Aniiik! Sori agek kasih komentar. Kemaren aku baru aja pulang kampung di Magetan. Wow wow meski aku pernah ke Gorontalo beberapa kali, namun aku sangat tertarik dengan hasil jepretan foto-fotomu apalagi tentang awannya. Pastinya awakmu seneng yo melihat keindahan awan di atas bumi Pohuwato. Maklum lah awakmu kok domisili di Jakarta yang awannya selalu mendung oleh asap!
Aniiik: Akan lebih sempurna lho kalau awakmu sempat jepret foto dari atas benteng Otanaha, Otahiya, dan atau Ulupahu. Akan nampak pemandangan indah Danau Limboto yang sudah mendangkal karena proses alam. Gak papa lah nanti khan awakmu ke Goronalo lagi,,,,,,,dan jangan lupa mampir ke MANADO untuk nengok temanmu yang satu ini. Oke tambah sukses!