Tuesday, December 30, 2008

Women on the Bromo's Trip (JILID 1)

Menyadari tanggal 18 desember 2008 pekerjaan saya bisa tuntas, maka tanggal 15 desember kemarin saya sms teman naik gunung saya waktu sma di Semarang... "jadi ke bromo ndak?.. kalo iya.. kamu bisa ndak ambil cuti tanggal 21-22 ? aku bisa pulang tanggal 20 des."
Berawal dari sms itu, kemudian persiapan dilakukan oleh teman saya, karena start perjalanan dari Semarang.
Sekalian karena saat itu saya lagi chat dengan temen silat waktu kuliah, saya ajak sekalian, iseng.. karena ndak yakin, dia dapat exit permit dari suaminya... dan... ternyata suaminya adalah orang hebat juga.. hahahaha.. dia mengijinkan istrinya untuk main ke Bromo bersama saya.
And the story begin................

Dengan rencana agar sampai ke desa terakhir di Bromo agak sorean, maka saya memulai perjalanan dari Semarang jam 5 pagi. Saya berdua dengan teman saya, kemudian menjemput temen saya yang di Kudus. Sampai Kudus sekitar jam 6.00, mau sarapan dulu ah, di soto kudus bu JATMI,... langsung menuju warungnya dengan semangat 45. Ternyata......... belum buka, apes... Akhirnya, karena masih sekitar setengah jam an lagi baru buka, kita putuskan untuk melanjutkan perjalanan. Biasa puasa ini.. hahaha

Giliran nyetir pertama temen saya Yuni, karena dia yang tahu mana mana jalan yang rawan macet dan yang ndak... Kudus Pati Juwana Lasem... dan kita berganti di Lamongan. Karena Yuni berkeras mengajak saya untuk mampir ke Goa Maharani di Lamongan. Pikir dia, saya kan arkeolog... pastilah suka dengan obyek seperti itu. Halah!!!...
Ternyata Goa Maharani, menyatu dengan obyek wisata bahari Lamongan. Goa Maharani sendiri, salah satu goa alam, dengan banyak stalaktit dan stalagmit didalamnya, yang saya tidak dapat ambil gambarnya dengan bagus karena... keterbatasan kemampuan kamera saya...

Berhubung.. yang ada diangan angan adalah Bromo, jadilah... di tempat itu saya hanya berhenti sekitar setengah jam sekalian sarapan yang sudah kadung itu. tentu saja, sarapannya Soto Lamongan, wong berhentinya di Lamongan.
Giliran saya yang nyupir kendaraan, kebetulan jalannya sudah lancar dan tidak awut awutan...

Terus terang, saya pribadi menikmati perjalanan ini, tak perduli tujuannya, namun bersama teman teman masa lalu yang asik, perjalanan jadi sangat berarti. Enjoy banget!! Ndilalah temen seperjalanan juga perempuan perempuan yang asik, ndak rewel... dan easy going.. wis.. mantappppppppp!!!

Akhirnya, sampai Surabaya, mampir sebentar di Sidoarjo... entah kenapa ya kita mau mampir di Sidoarjo... ternyata........BAN MOBIL KEMPES... untunglah begitu keluar pinto tol sidoarjo, ada tukang tambal ban tubeless....
Setelah itu, lanjut ke Pasuruan.... tanpa bayangan apa dan bagaimana perjalanan ke sana, karena kita bertiga sama sama blank tentang perjalanan ini.
Ada sih ancer ancer, bakalan ada yang bisa bantu kita, salah satu guide travel kenalan Yuni, namun saya ndak gitu yakin bakalan berguna...
Ternyata benar perkiraan saya, si guide tidak muncul di tempat yang telah jadi meeting point, akhirnya.... dengan semangat berpetualang, kita melanjutkan perjalanan sendiri naik ke bromo.

Saat itu sudah sekitar jam 6 sore, hawa sudah dingin saat kita mulai membuka kaca jendela, plong rasanya bisa mencium hawa gunung lagi... dan... gawat!!, kabut sudah mulai datang menyergap. Jarak pandang lampu mobil hanya sekitar 10 meter. Mana jalan sudah mulai berkelok kelok lagi... Kemudi diambil alih oleh Yuni, karena dia tahu saya punya masalah dengan penglihatan. Kemudian, Saya jadi copilot, melihat kalau kalau ada mobil dari arah berlawanan, karena benar benar saat itu kita tidak sadar, di sebelah kiri apa dan di sebelah kanan apa. Hanya berpatokan pada lampu mobil yang menyorot jalan aspal saja.
Akhirnya... setelah beberapa lama kami bertiga tercekam dengan tebalnya kabut yang menyertai perjalanan ini, kita sampai juga ke wilayah yang sudah bersih dari kabut.

Lega.
Namun kekhawatiran datang lagi, hari sudah mulai gelap. Mana belum sampai desa terakhir lagi.
Tetap dengan yakin kita lalui jalan tersebut, kebetulan ada satu motor orang Tengger yang bertemu dengan kita tadi di POM Bensin terakhir di daerah hotel hotel tadi. Kita lalui jalan selanjutnya dengan mengikuti motor penduduk setempat tersebut. Penduduk yang ramah.

Sampai juga kita ke desa terakhir sebelum naik Bromo, nama desa itu adalah Desa Ngadisari. Di tempat tersebut begitu banyak penginapan ditawarkan oleh penduduk. Baik berupa vila, kamar di rumah penduduk ataupun hotel. Lengkap lah. Namun sedikit mengecewakan karena begitu banyak calo yang merubung kita. Sampai rasanya kita kesel banget. Sudah capek.. bingung.. dirubung banyak orang...
Akhirnya, saya mengabaikan semua mereka, saya putuskan langsung masuk hotel. Lebih pasti tarifnya dan tidak bingung.

Berhubung kita ini kan pergi bertiga, jadinya ya urusan pilih kamar hotel harus ditentukan bertiga, pilah pilih harga (walah... !!) akhirnya.. dipilih kamar tidak ber air hangat!! (mati awak... bisa ndak mandi ini.... ).. namun keputusan bersama lebih penting daripada air hangat!!. (ihik!)
Brrrrr... gila.. dinginnya....ndak deh.. ndak mandi... tp temen saya Yuni tetep mandi dengan semangat.. gila ini anak ya... dinginnya sudah ampun gini, kok mandi pake air dingin pula.. ih...!!!

Saya mencari informasi tentang bagaimana kita dapat mencapai Bromo, saya lebih senang tanya orang hotel, biar ndak kebanyakan informasi masuk, daripada tanya penduduk setempat, bisa dirubung orang 20 lagi ntar...dan yang pasti.. jadi beda beda semua.
Ternyata begini lho.... bayangan saya dan temen temen... bahwa kita bener bener naik gunung Bromo, langsung byaaar.. ilang.
lha gimana... semua bisa dicapai dengan kendaraan. Namun, kita harus memakai kendaraan yang sudah disediakan oleh paguyuban di wilayah ini.
Dengan kendaraan Hardtop (entah bener or ndak nulisnya), kita harus membayar tarif resmi sebesar Rp. 275 ribu sekali jalan dengan rute G. Penanjakan, Gunung Batok dan G. Bromo...
Dengan tarif masuk taman nasional per orang Rp 6 ribu, plus... mungkin tip sana tip sini, akhirnya disepakati tarif sebesar Rp.350 rb. Saya ya maklum maklum aja lah..Pdahal kalau ada yang nawarin jalan kaki.. sih mau mau aja... cuma.. yang ngguide in itu ndak ada yang mau...!!!!
Ada yang menarik dalam kegiatan tersebut, seluruh kendaraan yang dipakai wisatawan dari Desa Ngadisari adalah jeep toyota hardtop. Ada berpuluh jeep di desa ini yang standby. Sistem yang dipakai adalah sistem antrian.. jadi.. semua jeep pasti bakalan dapat jatah. Kata guide di seluruh probolinggo dan pasuruan.. pemilik jeep tersebut terdaftar di paguyuban yang ada di Ngadisari ini. Karena jika musim turis.. bisa ratusan jeep terpakai untuk para wisatawan ini. Jadi... kalau ada yang punya kendaraan jenis jeep ini mau dijual.. jangan khawatir.. bawa aja ke probolinggo or pasuruan.. pasti... laku!!

Lanjut....
Kita diminta berangkat jam setengah empat pagi, supaya bisa mendapatkan pemandangan matahari terbit...
Akhirnya.. perjalanan pagipun dimulai. Gelap, namun tidak berkabut, gerimis... (gawat kalau hujan nih!). Dengan sopir yang berlagak sebagai seorang guide... dengan menceritakan legenda tentang terjadinya kawah di G Bromo tersebut. Ya.. lumayan lah, walaupun cerita seperti itu sudah pernah kita baca waktu dulu. Dia bercerita banyak hal, bagaimana kalau saat rame, bisa bisa seluruh hardtop di pasuruan dan probolinggo semua dipake untuk naik.

Waktu melewati lautan pasir, kami melihat ada sekitar 2 kendaraan hardtop lagi yang menyusul kami. Dalam hati saya berpikir, wah seru nih cuma sedikit pengunjung hari ini, maklum ini kan hari Senin. Begitu sampai G. Penanjakan.... hah............???!!! kaget! ternyata sudah ratusan orang di sana. Halah!!!!! ternyata sebagian naik dari Probolinggo, jadi tidak melewati Desa Ngadisari.
Bayangan saya tentang pemandangan alam yang pure alami.. ilang sudah.

Jadi.. di G. Penanjakan di bangun sebuah tempat duduk bertingkat.. seperti teater terbuka gitu, dengan pemandangan ke arah g. bromo, g batok dan g. semeru.
Kira kira menampung sekitar..... 200 or 300 atau malah 400 pengunjung kali ya...




Namun, dengan semangat... sama sama ingin melihat matahari terbit di Bromo, ya akhirnya saya berbaur juga dengan mereka semua, entah rombongan dari mana saja itu.
Tunggu punya tunggu,... katanya sunrise jam 05.15.....kok itu kabut tebal ndak ilang ilang ya.... gawat itu....
saya sendiri harap harap cemas... kalau sunrise bener bener ndak muncul... sia sia lah perjalanan Semarang - Bromo ini?????
Jam 05.15 lewat.... jam 05.30... lewat juga... jam 05.45 lewat juga... wis.. pasrah.. bakalan lewat bener ini... kabutnya tebel banget...
Saya rada manyun, karena sunrise ndak nongol... cuma ngintip..dikit.. ilang lagi.. berkali kali cuma ngintip. Sedih karena bakalan ndak dapat gambar bagus deh perjalanan kali ini.


Hhhh..!... ya sudahlah dia tidak jadi nongol ndak papa.. akhirnya saya hanya menunggu kabut hilang untuk dapat melihat pemandanganan bromo batok semeru.....
Gila perjuangan menunggu kabut hilang itu seru juga.. bahkan bule bule yang bersama sama menunggu kabut hilang pun menyerah dan meninggalkan tempat tersebut... jam demi jam berlalu....
Namun saya dan teman teman tetep bertahan, akhirnya... kabut sedikit demi sedikit menghilang... dan cepet cepet pasang aksi untuk ambil gambar-gambar panorama yang ada...
sampai bule bule yang sudah pergi tadi.. lari gedebugan pada datang lagi....berburu dengan kabut...
dan.. tiba tiba.........ssssssssssssssset.. kabut datang dengan cepat.. pemandangan pun buram lagi...
Tunggu lagi......... sampai kita bener bener mendapatkan gambar paling memungkinkan yang bisa disimpan dalam kamera digital yang berkemampuan terbatas ini.
Kabut memang sengaja menggoda kita hari itu, dateng dan pergi dengan begitu cepat. Menyebalkan.... namun... membuat kita jadi sangat tidak berdaya melawan kehendak alam. Itu baru kabut di gunung... gimana dengan bencana alam....


Akhirnya.... dengan sedikit menyesal karena tidak dapat melihat sunrise, kami tinggalkan penanjakan, setelah mendapat beberapa foto yang tidak memuaskan saya pribadi.


Perjalanan dilanjutkan menuju bromo melewati lautan pasir..... Untunglah udara cerah waktu kita turun dan tidak hujan. Untuk sampai di kawah G.Bromo, pengunjung dapat memilih, mau jalan kaki atau naik kuda... jika naik kuda tarifnya Rp.75 rb per orang.

Berhubung ceritanya saya dan temen saya kangen naik gunung.. ngapain juga naik kuda...???? dan ngalahlah.. temen saya dari Kudus, akhirnya kami bertiga naik kaki...
Namun, berjalan di jalan yang sama dengan jalan yang dilalui kuda, membuat saya rada tutup hidung juga.... bau kotoran kuda nya itu lho... ampun... Jadi selain jalan kaki kita harus pintar pintar cari jalur yang rada bersih dari kotoran kuda....
Untuk mencapai kawah, kita harus menaiki sekitar 250 anak tangga, entah benar entah ndak, lupa mau ngitung... keburu sesek nafas, karena asap belerang turun bersama angin...

Kebanyakan orang pasti pernah dengar nama upacara kesadha... nah.. pura dibawah ini adalah pura tempat dilakukan sebelum sesaji dilempar ke kawah G. Bromo. Biasanya tengah malam dilakukan acara tersebut sampai fajar. Begitu fajar.. bubar. Menarik.. tp.... kata si guide bisa ramai sekali saat upacara kesadha... ratusan... mobil bisa parkir berjejer sepanjang jalan desa untuk mengikuti ataupun menghadiri atau cuma melihat saja.




Saat kita sampai di bawah... rombongan yang sebegitu banyaknya tadi sudah bubar... aneh ya. Ternyata.. bisa sepi juga.. tinggal mobil hardtop yang kita sewa dan satu mobil yang dibawa kru MTV yang sedang meliput Bromo. Kalau saya ini turis.. mungkin saya langsung pulang ke hotel.. namun karena saya ini.. tukang kluyuran.. ya sudah.. santai aja dulu di lautan pasir ini dengan penduduk setempat.... yang kebanyakan mencari nafkah dari para turis.... Jadi begitu turis bubar.. mereka berkumpul... menghangatkan diri di depan arang yang dibakar. Saya rada tertarik dengan kegiatan tersebut.. maka.. jadilah... ikutan menghangatkan tangan... ngobrol sana ngobrol sini... langsung.. insting antropolog nya keluar.. (hahahahaha! sok banget ya???)
Akhirnya... dapat tawaran naik kuda... gratis sebenarnya.. tapi kok saya ndak tega....entah... lebih baik mereka berusaha begini.. daripada ribut minta sana minta sini... ya kan???? Lagian tadi saat kita jalan ke Bromo, juga ndak gitu ngeselin kok cara nawarin mereka, begitu guide kita ngomong... tamunya mau jalan kaki.. mereka langsung membubarkan diri. Jadilah... saya pinjam kuda sebentar untuk berpose sebagai.... koboi kesiangan...

Women on the Bromo's trip.. with the jeep driver.
Ada dua tujuan lain setelah G. Bromo, yaitu di pasir berbisik dan padang savana... Namun... kabut sudah mulai turun lagi, karena saya dan teman teman kelamaan nongkron di lautan pasir dengan penduduk setempat.......
Akhirnya... back to the hotel... dan.... brrrrrrrrr dinginnya air membuat saya enggan mandi. Namung mengingat.. tadi sudah berkumpul dengan kuda... akhirnya dengan sedikit ngomel ngomel.. mandi juga akhirnya.. hahahaha!!!
And the story back to Surabaya dan Semarang... will be continued next....
Satu yang sangat berkesan bagi saya dan teman-teman... perjalanan tersebut.. walaupun tanpa tujuanpun... akan tetap berkesan. Entah kenapa... it s a wonderful trip.... yang pasti.. women only. Jadi.. teman yang cocok adalah hal yang sangat penting dalam satu perjalanan jauh.
Mungkin tahun depan eh salah tahun ini.. kita akan jalan lagi... and... of course... WOMEN ONLY!!!! ada yang mau gabung.... ?????
...

1 comment:

ika rahutami said...

wow seru banget...
aku dah lama pingin gini, dan exit permit pasti bisa dipaksa hehehe, tapi nggak punya genk jalan. maklum gank ku baru punya baby semua...
mau mau mau.. dong kapan2 gabung