Thursday, November 23, 2006

Ndak Mau .."Insya Allah" ..!!!!

My lil sweetie, alias si bontot, sekarang lebih kritis. Dia bisa menilai kapan ibu nya serius jawab pertanyaan dia atau Cuma basa basi saja.



* kiri : si bontot sekarang, kanan : aku 33 tahun yang lalu

Suatu hari terjadi percakapan berikut ini:
Sweetie : Bu, liburan sekolah nanti boleh ndak aku liburan ke semarang?
Saya : Ya,.. insya allah, kita lihat nanti..
Sweetie : Ah.. ndak mau Insya Allah Insya Allah… Boleh atau tidak!
Saya : Lho.. kan kata bu guru juga selalu bilang Insya Allah kalau bisa to?
Sweetie : Ndak mau. Boleh atau tidak!!!
Saya : ………….????

Kadang kadang dalam percakapan percakapan yang lain pun, my lil sweetie ini tidak mau jika diberi jawaban Insya Allah. Kepada kakaknya juga begitu, jika kakaknya menjawab Insya Allah, malah dia laporan "bu.. ini lho danang insya allah - insya allah terus..". Harus ya atau tidak boleh,!" katanya disertai dengan nada galaknya…

Entah, apa yang ada di benak si bontot. Sepertinya dia tahu, kalau jawaban Insya Allah itu jawaban yang tidak pasti alias basa basi. Terutama untuk jawaban jawaban dari pertanyaan dia yang sifatnya meminta. Hahaha….

Jadi inget diri sendiri.. kalau dapat jawaban dari seorang teman yang berbunyi “Insya Allah”… saya biasanya bilang.. “jangan Insya Allah lah..yang pasti gitu bisa atau ndak”.

Dan jika tetap hanya mendapat jawaban “Insya Allah”.. biasanya saya cuma bisa bilang.. ya sudah. Lha sudah bilang Insya Allah mosok mau maksa.

Hanya kepada teman teman terdekat, saya tidak mentolerir jawaban Insya Allah. Jawaban harus pasti. Ya atau tidak. Karena didalam jawaban Insya Allah tersebut, bisa terkandung jawaban positif dan negatif dengan ukuran prosentase yang sama besarnya. Jadi.. harus yang pasti. Ya.. orang kadang menghindar dari sesuatu dengan jawaban “Insya Allah.. aku usahakan”.. begitu biasanya.

Jadi… sekarang kalau menjawab pertanyaan anak anak… saya selalu memilih jawaban yang pasti. Ya atau tidak. Boleh atau tidak. Atawa tidak sekarang. Jika mereka diberi jawaban tidak, biasanya berlanjut dengan pertanyaan “mengapa?” dari mereka…untuk itu saya selalu sudah mempersiapkan alasan alasannya. Begitu kan?…

Susahnya punya anak kriting... eh kritis.....

5 comments:

Arie said...

Wah menarik juga tulisan kamu ini untuk di komentari he he he ...
Bayangkan sebuah kata yang seharusnya menjadi dambaan jawaban sekarang justru menjadi sekedar kata kata akesoris (lips service) saja...
Kata Insya Allah dalam pengertian awalnya adalah sebuah kata yang mengandung janji kuat .... yang bisa batal hanya karena adanya kuasa Allah, tidak boleh batal oleh selain dari kuasa Allah..
atau artinya apabila seseorang telah berjanji dengan ucapan Insaya Allah seharusnya di harus menepatinya tepat seperti ucapannya tidak kurang 1 derajat pun dari ucapannya karena janji tadi telah mengatas-namakan Sang Khalik
dan tentunya kita tidak ingin menjadikan Allah menjadi sekedar tameng dari ketidak berdayaaan kita saja...

Bayangkan kalau seseorang (entah anak atau pasangan kita) selalu menjadikan nama kita sebagai tameng dari ucapan ucapan mereka yang tidak bisa mereka implementasikan....
Wah pasti muarahhhh besar kita terhadap mereka ...

So ya mari kita luruskan ada baiknya apabila kita tidak bisa ya katakan tidak bisa, kalau bisa tapi tidak yakin dengan diri kita katakan saja.... tidak yakin bisa tapi ankan mengconfirm kembali apabila bisa....

So mari yukkk kembalikan makna kata kata Insya Allah ketempatnya...

Sehingga nantinya si kecil tidak lagi meminta kepastian bisa ata tidak tapi dia akan minta jawaban Insya Allah bisa atau tidak...

Bunda RaRa said...

kitingnya sama hhehehe

dodY said...

hehehee... suka duka jadi bunda ya, jeng! hehehe!

Arie said...

Ada sedikit beda sepertinya...
si lil sweetie sepertinya tahu sekali bahwa dia hendak di foto tapi si lil mom kayaknya malah bingung.... heheheh

Anak sekarang ... dah melek tekhnologie ya begitu itulah...

Anonymous said...

setidaknya kmu jelasin dong makna Insya Allah sesungguhnya. Jangan pasrah gitu...:-)
Meski misalnya hampir semua orang menyalahgunakan kata tersebut, setidaknya tidak dengan anak2 kita. Dan itu harus dimulai dari kita sebagai ortu..:-)