Membaca buku Arus Balik karya Pramoedya Ananta Toer ini, saya seolah olah terseret lagi ke masa lalu. Sebagaimana saya membaca buku Senopati Pamungkas nya Arswendo beberapa tahun lalu.
Begitu membuka bab pertama, serasa tak ingin berhenti untuk menyelesaikannya. Akhirnya dengan kadar paksaan yang cukup tinggi, selesai juga buku setebal… halaman tersebut kurang dari dua minggu.
Isinya? Sangat menarik dan seru. Namun kala kita membaca buku tersebut, memori kita akan sejarah harus dipisahkan secara jelas dengan kemampuan kita menyerap cerita fiksi dari om pram ini. kalau tidak, bakalan puyeng deh, karena bolak balik kita jadi memeras memori kita tentang pengetahuan sejarah Indonesia. Bener.
Bisa confuse bener bener deh. Atau bahkan kita bisa jadi tendensius dan memandang alur cerita yang ada adalah hal yang benar benar terjadi dalam salah satu periode sejarah Indonesia kita.
Latar belakang ceritanya berkisa antara akhir abad 15 menuju awal abad 16 saat kerajaan Majapahit sudah runtuh dan menjadi kadipaten atau kerajaan kecil kecil.
Saat dimana portugis mulai meraja lela melanglang buana ingin melebarkan dan memamerkan kemampuannya. Setting lokasi kadipaten Tuban, yang dahulu kala merupakan salah satu kota pelabuhan terkenal juga. Dari latar belakang cerita tersebut, jadi bisa dimengerti mengapa Tuban pada masa kemudian tidak menjadi Bandar pelabuhan besar lagi.
Kerajaan Demak, Pasundan dan beberapa kesultanan kecil kecil beriring berjalan bersama dalam cerita tersebut. Misalnya, Demak, Jepara, Lasem, Blambangan, dan beberapa wilayah lain di sekitar Tuban.
Disamping itu setting waktu yang menurut saya cukup penting adalah setting waktu saat Fatahilah menaklukkan Banten.
Wah.. cerita yang ada tentang fatahilah di banten, bisa bikin kita bingung deh. Berubah total kronologis sejarah Indonesia abad pertengahan.
Betapapun, perang dimanapun dan kapanpun di dunia ini, benar benar bukan hal yang bermanfaaat. Entah bagi yang diperangi maupun yang memerangi. Dibalik hal tersebut ada banyak orang tidak berdosa yang menjadi korban demi masalah politik dan kekuaaan belaka.
Satu hal yang penting dari buku ini menurutku adalah, seolah olah buku ini menggugat, mengapa kejayaan Majapahit tidak bisa dilanjutkan. Dahulu yang terjadi adalah ekspansi dari selatan ke utara, dari singosari ke melayu, ke campa, dan ke wilayah wilayah lain di sebelah utara.
Namun.. pada masa kemudian yang terjadi adalah.. ekspansi dari utara ke selatan. Dari negara Eropa ke Asia. Dari Portugis ke wilayah nusantara.
Itulah yang disebut arus balik.
Arus balik yang sudah jadi tidak terbendung lagi, bahkan sampai berlanjut dengan ekspansi Nederland yang jadi berurat berakar selama beratus ratus tahun tersebut.
Om Pram dengan kemampuan data sejarahnya yang kuat, dapat merangkai dengan bagus dan kuat dengan tokoh tokoh karakter fiksinya.
Sebagaimana buku cerita Senopati Pamungkas karangan Arswendo Atmowiloto yang tebelnya kurang lebih 20 cm karena terdiri dari dua jilid, cerita dengan latar belakang ambruknya raja kertanegara dan kemudian berlanjut dengan berdirinya kerajaan Majapahit oleh Raden Wijaya.
Arswendo juga piawai mengolah data sejarah yang cukup akurat dengan tokoh fiksi yang dia tempatkan. Iya lho, bener.. data sejarah bagus dan karakter fiksi yang bagus, dapat membuat kita jadi terhanyut antara mana yang nyata dan mana yang tidak nyata.
Tokoh Wiranggaleng di buku Arus Balik, adalah tokoh Upasara Wulung di Senopati Pamungkas.
Hebat. Saya jamin data sejarah yang tertulis sebagai setting pada kedua buku tersebut adalah akurat.
Jadi… memang kedua buku tersebut secara tidak langsung merupakan rangkaian cerita yang berlanjut walaupun mungkin kedua pengarang pengarang mungkin tidak bermaksud seperti itu.
Entah, mengapa bisa sama, siapa menginspirasikan siapa. Saya tidak tahu. Yang penting kedua buku tersebut…. Adalah buku yang bagus dan hebat menurut saya. Hanya orang pintar dengan kesadaran sejarah yang kuat yang dapat menulis buku buku tersebut.
Buat saya sendiri, buku Senopati Pamungkas adalah buku dengan isi yang sangat sangat membuat saya jadi sadar, bahwa hidup ini sangat murni jika kita dapat melewati batas batas tidak nyata yang dibikin oleh manusia itu sendiri.
Demikian juga buku Arus Balik, didalamnya banyak terkandung hal hal yang yang hampir sama, didalamnya Wiranggaleng dan Idayu banyak menggugat keberadaan batas batas tidak nyata yng dibikin oleh manusia dengan nama Tuhan.
Ada banyak gugatan dari hati nurani yang terdalam yang muncul jika kita membaca kedua buku tersebut di atas dengan mata dan hati sekaligus.
3 comments:
makasih reviewnya sha. amazing deh klo ada orang bisa bikin fiksi berdasar sejarah.
eh iya, maap lahir batin ya sha...
mo senen or selasa, yg penting kita lebaran nih,..maaf lahir batin yah
Post a Comment