Wednesday, November 15, 2006

Our dangerous mind

Duluuuuu sekali, teman saya bilang bahwa saya ini ada kecenderungan atheis. Menurut saya dia salah besar. Terlalu cepat dia mengambil kesimpulan.

Beberapa waktu yang lalu, teman saya yang lain bilang bahwa saya ini dapat dimasukkan kategori semi atheis. Entah dari sudut pandang mana muncul kategori semi atheis ini.
Menurut saya, dia salah besar juga.

Teman saya yang lain bilang, bahwa apa yang saya lakukan dan pikirkan bisa dibilang seperti sufi.

Kemarin siang , teman saya menggeleng-gelengkan kepalanya saat saya bilang, mana ada yang pernah ke sorga atau ke neraka.

Hari ini?…seorang teman berkomentar bahwa saya itu sebenarnya bukan atheis.. tp skeptis.

Yang pasti, saya bukan atheis. Jikalau banyak ungkapan pemikiran saya terlihat agak keluar jalur dari yang biasanya, ya maklumlah.. pikiran kita ini kan seperti kuda liar. Yang jika tidak di rem akan meloncat dan meronta ronta tanpa kendali.

Pikiran kita memang berbahaya. Jadi.. memang lebih baik tidak usah bermain main dengan pikiran. Jalani saja hidup apa adanya.

4 comments:

Anonymous said...

Sebaliknya. Sepanjang hidup kita harus selalu bermain main dengan pikiran kita, termasuk soal agama dan Tuhan. Dgn begitu biasanya kita akan lebih ikhlas beragama, bhw kita yakin bukan karena didoktrin sejak kecil, tapi yakin kepada Tuhan krn menemukanNya dgn akal kita sendiri.

Nice post anyway..:-)

SinceYen said...

Pikiran bisa berbahaya. Tapi apakah tidak bermain dengan pikiran tidak berbahaya?

Apakabar Sha?

nl said...

temen ku ada yang mengaku sebagai atheis..

gak ngerti, apa yang ada dipikirannya..mungkin terlalu banyak berpikir. mungkin juga karena sama sekali tidak mau berpikir..

Anonymous said...

A= kata imbuhan "tidak memiliki"
Theis = Tuhan, maka atheis 'bisa'
dianggap Tidak berTuhan....

Perlukah manusia berTuhan?
Ya monggo.... mau ya sukur
ndak pun itu suatu pilihan...

Ada beberapa pertanyaan klasik
retorikal dalam hal Ketuhanan apabila
kita berhadapan dengan orang yang
mengaku Atheis, misal:

"dimana Tuhan? Mana bukti keberadaan
Tuhan... "

Kalo ditanya gitu, aku sih biasanya
jawab: jangan tanya aku, tanya dong
dirimu sendiri, alasannya apa sampe
ndak nemu Tuhan?

Pencarian tentang Tuhan sebaiknya tdk
diajarkan atau dibagi pengalamannya
lebih baik kalo " proses pencarian"nya
dialami sendiri sama si pencari...

Salam