Monday, March 16, 2009

Si Mata Elang (4)

Menunggu pengumuman Sipenmaru ternyata benar benar menjadi hal yang paling tidak mengenakkan buatku. Ndak enak makan, ndak enak tidur, ndak enak santai-santai, bahkan mau mau dolan dolan pun rasanya ndak enak. Seakan ada perasaan bersalah jika saya tidak prihatin selama proses menunggu itu.
Di rumah, di rumah dan dirumah.

Sehari sebelum pengumuman Sipenmaru, aku benar benar seperti orang stress. Harap-harap cemas. Apa yang akan aku lakukan kalau tidak lolos sipenmaru,.. adalah hal yang benar benar belum terpikir sama sekali.
Semalaman benar benar ndak bisa tidur.
Dan, begitu koran Suara Merdeka dateng pagi-pagi, aku langsung melompat dari tempat tidur dan mengambilnya dari teras rumah.
Lembar pengumuman langsung aku cari, dan.. lho...? kok begini model pengumumannya? pengumuman yang tertera hanya yang di terima di UNDIP dan IKIP Semarang. Dan tidak ada namaku di fakultas-fakultas yang aku pilih....
Lemas sudah. Tetangga sebelah kanan sudah ribut tanya aku, diterima atau ndak. Aku cuma bilang, ndak ada nomorku.
Namun aku ndak yakin, mosok iya, di pilihan kedua aku ndak diterima sama sekali... Iya Undip dan IKIP adalah pilihan kedua semua. Pilihan pertamaku ada di UGM semua.
Dan Suara Merdeka tidak melampirkan pengumuman peserta sipenmaru yang mengambil pilihan di universitas lain.

Akhirnya, aku putuskan melihat pengumuman di Undip saja. Biar lebih lega, kalau memang tidak diterima ya jelas.
Sekitar jam 9 pagi aku dengan bermotor menuju Undip. Sendirian, karena sedang tidak ingin berbagi kecemasan dengan teman-temanku.
Sampai di pelataran depan Undip, hanya tinggal kertas kertas pengumuman berserakan, kelihatannya kegiatan pembagian lembar pengumuman sudah dari pagi tadi. Hanya tinggal beberapa orang terlihat di area itu. Akhirnya, karena aku tidak mendapatkan lembar pengumuman nya, aku putuskan melihatnya di papan pengumuman.
Motor kubawa sekalian ke depan papan pengumuman, karena sudah sepi. Akhirnya, dengan mengurutkan nama dan nomor ujianku... Ah.. itu dia namaku. Thanks God.
Ternyata Suara Merdeka memang hanya mengumumkan orang orang yang diterima di Undip dan iKip. Tidak ada pengumuman bagi orang yang mengambil pilihan di tempat lain.

Lega. Aku telusuri lagi nama nama yang ada, mencari nama teman-teman. Hhhhh... kecil kecil banget nih. Harus lebih dekat nih lihatnya.
Saking seriusnya aku melihat nama-nama di papan pengumuman dengan mengurutkannya satu satu dengan ujung telunjukku, tidak sadar, aku menabrak orang di sebelahku yang juga sedang mengurutkan nama-nama di papan pengumuman.

Ah... begitu aku menengok ke orang tersebut untuk minta maaf, aku tercengang...
Tidak ada kata maaf terucap, hanya terkejut.
Dia, si mata elang. Ada di dekatku. Di sebelahku.
Untuk sejenak aku hanya berdiam diri. Sepertinya dia juga terkejut. Entah apa yang ada di benaknya. Aku dan dia hanya berpandangan, diam.
Namun yang pasti, apa yang ada di benakku adalah, hah.... bagaimana mungkin ini terjadi.
Hanya ucapan," eh kamu......" yang terucap dari mulutku. Si mata elang hanya tersenyum. Ini raut wajahnya sangat tegas. Alisnya tebal hitam rapi. Matanya, tajam dan dalam.

Deg deg an..
Kembali aku melihat ke papan pengumuman. Dia juga kembali menatap papan pengumuman.
Bergejolak hasrat di dada, ingin menyapa dan berbicara dengannya. Aku harus!. harus berani.
Akhirnya, setelah keheningan sesaat, aku beranikan diri bertanya.
"STAN, lolos ndak?"
Dia menjawab," Tidak. Kamu??"... aku jawab "tidak".

Akhirnya, karena aku juga ingin tahu, dia diterima sipenmaru atau ndak, aku tanya," sipenmaru? ada ?".....
jawabnya," ada... di teknik sipil. kamu?".... aku jawab," ada".

Diam dan hening datang lagi. Entah berapa lama keadaan itu terjadi. Namun tiba tiba aku sadar, tiba tiba hanya tinggal 4 atau 5 anak yang ada di sekitar papan pengumuman.
Ah. ya. Aku belum tahu namanya, namun dia tidak mengajak kenalan juga. Bagaimana mungkin dia tidak mengajak kenalan ? Aku sendiri? ngajak kenalan? ndak ah.... malu.

Dan tiba tiba, secara bersamaan, keluar kalimat sama terucap dari aku dan dia," mana namamu...??"
Dengan grogi, aku tunjukkan namaku dan dia juga tunjukkan namanya.
Akhirnya, aku bisa tahu namanya juga.....
Ah.. proses kenalan yang tidak wajar nih...

Setelah saling menunjukkan nama, keadaan jadi agak cair. Aku dan dia berbicara tentang tes masuk STAN dan AFS yang sama sama kita ikuti dulu.
Tiba-tiba datang temannya, mengajak pulang. Tidak sadar, sudah siang dan panas di pelataran pengumuman undip itu. Tapi aku dan dia ndak sadar, sudah lama ada di tempat itu.

Kita berpisah. Begitu saja. Hanya ucapan selamat atas keberhasilan lolos sipenmaru menjadi salam penutup kita.

Senyum menemani perjalananku pulang ke rumah. Bahagia bisa mengabarkan adanya namaku di pengumuman sipenmaru kali ini. Si mata elang juga membayangi langkahku. Senyuman dan pandangan matanya tidak lepas dari benakku.

(bersambung)

1 comment:

Anonymous said...

selalu pertemuan tak terduga, seakan takdir mulai memintal benang rahasia, dengan simpul yang tak jelas akan mengikat siapa.

teruskan!