Thursday, March 12, 2009

Si Mata Elang (3)

Hanya belajar dan belajar yang aku kerjakan di rumah. Puasa Senin Kamis, itu yang diajarkan ibu. Ibu sendiri juga ikut puasa senin kamis.....Menjelang Sipenmaru, kegiatanku ya hanya belajar soal soal terus menerus.
Mau main??? Ndak nyaman, belum dapat sekolahan kok mau seneng seneng.


Suatu siang, datang tukang pos, menyerahkan surat dari BPPT. Panggilan untuk tes lagi di Jakarta. Jadi inget, beberapa bulan lalu saat ada pengumuman dari BPPT tentang adanya program AFS. Hmmm, ternyata harus ke Jakarta lagi.


Belajar lagi, lagi dan lagi. Apalagi di surat itu tertulis, soal ujian dalam bentuk essay, bukan multiple choice.
Tiba saat keberangkatan ke Jakarta lagi. Sedikit khawatir, karena pastilah persaingan ujian akan ketat sekali, mengingat nilai rapor yang terkirim hanyalah nilai pas pas an.
Berangkat bersama bulik, karena ibu tidak dapat bolos terus menerus, dan kebetulan juga bulik ada urusan di Jakarta.
Dengan kereta bisnis seperti biasa aku ke Jakarta.


Dan... terpana aku melihat si mata elang, di peron Stasiun Tawang. Sendirian, tanpa teman.

Aku lihat dia juga memandangku.
Ingin aku menghampiri dan menyapanya. Namun, apa daya? kenal saja tidak.

Bagaimanapun, kontak yang terjadi hanyalah kontak mata, itupun sesaat. Namun, tiba tiba aku sadar, bisa jadi dia juga ikut tes yang sama.
Perasaan tersebut membuat aku nyaman. Ada rasa kebersamaan walaupun itu hanya datang dari sisiku.

Ujian tersebut dilakukan selama dua hari berturut-turut di tempat yang sama dengan ujian masuk STAN sebelumnya. Bedanya? peserta saat ini tidak sebanyak peserta ujian masuk STAN yang lalu.
Aku langsung tahu, bahwa hasil ujian ini pasti jelek, karena semua soal Fisika, Kimia, Biologi dan Matematika berupa essay.

Biarlah, namanya juga usaha. Tidak ada salahnya.

Kebetulan, sekitar sehari atau dua setelah tes tersebut adalah pengumuman hasil ujian STAN kemarin. Daripada bolak balik menghabiskan ongkos transport, maka aku sekalian nunggu pengumuman STAN tersebut.
Hasilnya??? tidak lolos.
Sedih? iya. Menangis? tidak.
Aku masih punya harapan dengan ujian Sipenmaru.

Untuk sesaat, lupa aku dengan hal-hal yang berkaitan dengan si mata elang. Lenyap seiring dengan masa penantianku akan Sipenmaru dan hasilnya. Sekolah lebih penting daripada urusan seperti itu. Toh, kenal pun tidak. Apalagi tahu namanya.

(bersambung)

1 comment:

Anonymous said...

hmm.... pendek amat? kenapa ga kenalan aja? duhh.. tahan amat memendam rasa?

lanjut lagi, bu.