Tuesday, March 10, 2009

Si Mata Elang (1)

Menemukan sebuah nama lewat facebook, membuatku kembali ke masa remajaku saat lulus SMA dan sedang sibuk mencari sekolahan ke sana kemari.
Orang tua bilang, harus cari sekolah negeri, atau sekolah dengan ikatan dinas, karena mereka tidak mampu jika harus membiayai sekolahku ke perguruan tinggi swasta.
.......

Memasuki peron stasiun Tawang, siap dengan tas baju dan oleh oleh untuk saudara yang ada di Jakarta. Kereta bisnis Semarang Jakarta baru akan berangkat jam 7 malam nanti.
Mataku menangkap anak anak seusiaku, berempat, sepertinya akan ke Jakarta juga. Ah.. palingan juga anak-anak yang akan main ke Jakarta, demikian pikirku.

Pemberitahuan bahwa kereta akan segera berangkat membuat aku dan ibu bergegas memasuki gerbong kereta. Mencari nomor tempat duduk, menaruh barang dan kemudian duduk dengan nyamannya. Kereta bisnis saat itu lumayan bagus, karena belum ada kereta eksekutif seperti sekarang ini.
Begitu tepat kereta bergerak perlahan, tiba-tiba rombongan anak anak yang tadi sudah aku lihat di peron, memasuki gerbongku, dan.... ooops... duduk tepat di belakang kursiku....
Ada satu mata elang yang menarik perhatianku.
Mata yang tenang, tajam dan berkharisma.

Hmm.. mendengar celotehan mereka dari tempat dudukku, membuat aku tertawa sendiri. Dan daripada bengong, aku lebih memilih membaca buku soal latihan untuk masuk STAN yang dulu aku beli saat pendaftaran. Ibu lebih senang berdiam diri, karena anak anak itu sudah rame sendiri.
Sepertinya si mata elang tahu aku sedang mengerjakan soal soal STAN, mungkin waktu dia jalan di selasar melihat aku dan buku soalku tersebut. Kasak kusuk mereka membuat aku tahu, bahwa mereka juga kan mengikuti ujian masuk STAN. Dan dari celotehan mereka juga, aku tahu mereka anak SMA 1.

Capek membaca soal soal latihan yang sudah berkali kali aku bolak balik, akhirnya kuputuskan untuk membaca koran. Iseng.
Rupanya anak anak itu menunggu kesempatan tersebut, begitu aku terlihat memegang koran, si mata elang dengan sopan meminjam buku soal soal masuk STAN tersebut.
Ehm... dengan senang hati aku meminjamkan. Tanpa basa basi dan tanpa pendahuluan perkenalan lebih dulu sekalipun.
Kudengar mereka kemudian sibuk mengerjakan soal soal yang ada di buku tersebut.
Syukurlah... buku tersebut dapat berguna juga untuk orang lain.

Menjelang masuk stasiun Gambir, si mata elang mengembalikan buku tersebut dengan ucapan terima kasih dan senyuman yang kalem. Mau tanya nama, malu, karena si mata elang juga tidak menanyakan namaku. Sifat diam dan penutupku terhadap orang baru, membuat aku menjaga jarak dan tidak ingin beramah tamah dengan gerombolan anak laki laki tersebut.

Aku dan ibu turun di stasiun Gambir tanpa menoleh sedikitpun ke arah anak anak tersebut. Ibu juga tidak menyinggung sama sekali soal peminjaman buku soal tersebut.
.....

(bersambung)

1 comment:

Anonymous said...

hmm... menarik, kenangan yang asyik. apalagi judulnya, ada kata "Elang", nama yang juga sangat kusukai, hahhaa...

Kudu dilanjutkan lho, Bu. Dan jangan lama-lama....